KUPI BEUNGOH
Kilas Balik 145 Tahun Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin
RSUDZA merupakan RS rujukan tertinggi (RS pusat) yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis.
*) Oleh: Azhar Abdullah Panton
MERUJUK pada surat keputusan (SK) Menteri Kesehatan Republik Indonesia (RI) Nomor 551/Menkes/SK/2F/1979, tanggal 22 Februari 1979, tahun ini adalah tahun ke 46 lahirnya Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA).
RSUDZA merupakan salah satu rumah sakit (RS) dari 60 lebih RS yang ada di Aceh.
RS yang beralamat di jalan Tgk Mohd Daud Beureueh nomor 108, Gampong Bandar Baru (Lampriet), Banda Aceh ini adalah RS negeri kelas A yang telah terakreditasi paripurna lima bintang.
RSUDZA merupakan RS rujukan tertinggi (RS pusat) yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis.
Selain itu RSUDZA juga ditetapkan sebagai RS pendidikan utama Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Menilik ke belakang, sejatinya RSUDZA memiliki sejarah yang panjang, dimana usianya sekarang sudah mencapai 145 tahun.
Merangkum dari berbagai referensi, cikal bakal RSUDZA bermula zaman kolonial Belanda, ketika selesainya pembangunan Militair Hospital (Rumah Sakit Militer) Pemerintah Hindia-Belanda di Kutaraja (sekarang Banda Aceh) pada tahun 1880.
RS ini berdiri tujuh tahun setelah Belanda berhasil menduduki Aceh dengan melancarkan ekspedisi militer kedua akhir tahun 1873 dibawah pimpinan Letnan Jenderal Jan Van Swieten.
Rumah Sakit Militer Pemerintah Hindia-Belanda di Kutaraja (selanjutnya disingkat RSMHB) terletak di tepi Krueng (sungai) Aceh dalam wilayah Kuta Alam, Banda Aceh (saat ini menjadi aset RS Tingkat II Iskandar Muda yang lebih dikenal dengan RS Kesdam).
Di zamannya, RSMHB yang juga disebut RS Pante Pirak adalah RS terbesar dan termegah di Sumatera.
RSMHB ini bertipe 2e klasse, setara dengan Groot-Militair Hospital (RS militer) di Weltevreden (Jakarta Pusat) yang selesai dibangun Oktober 1836 (kini Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, yang juga RS kepresidenan).
RSMHB yang memiliki 800 tempat tidur pasien ini telah dilengkapi dengan fasilitas kesehatan modern dan canggih pada masanya.
Disamping memiliki ruang bedah yang representatif, ruang perban, laboratorium, ruang rawat, dan fasilitas pendukung lainnya, RS ini juga telah dilengkapi dengan Rontgen (sinar-X) pada tahun 1898.
Tiga tahun setelah perangkat radiologi ini ditemukan oleh Wilhelm Conrad Röntgen (1895).
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.