RAMADHAN MUBARAK
Hikmah Ramadhan dalam Berdayakan Ekonomi Umat
Dengan kondisi ekonomi yang masih banyak dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah, bulan Ramadhan memberikan peluang besar untuk memberdayakan ekonomi
Oleh: Muhammad Yasir Yusuf, Ketua Dewas Bank Aceh/Warek I UIN Ar-Raniry
Ramadhan tidak hanya menjadi bulan suci untuk meningkatkan ibadah dan ketakwaan, tetapi juga momen penting dalam menggerakkan ekonomi umat, terutama di Aceh. Dengan kondisi ekonomi yang masih banyak dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah, bulan Ramadhan memberikan peluang besar untuk memberdayakan ekonomi berbasis syariah dan kepedulian sosial.
Aceh, sebagai daerah yang kental dengan nilai-nilai Islam, memiliki tradisi kuat dalam berbagi dan tolong-menolong. Selama bulan Ramadhan, aktivitas ekonomi masyarakat meningkat, terutama di sektor kuliner, pakaian, dan kebutuhan ibadah. Pasar-pasar tradisional dan pusat perbelanjaan ramai dengan pedagang yang menjual takjil, kurma, dan perlengkapan ibadah. Hal ini menciptakan peluang bagi usaha kecil dan menengah (UKM) untuk berkembang dan memperoleh keuntungan.
Kegiatan pasar takjil yang banyak ditemukan di berbagai kota dan desa di Aceh membuka lapangan pekerjaan sementara bagi masyarakat. Pedagang musiman, dari ibu rumah tangga hingga pemuda memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan pendapatan mereka. Satu sisi, masyarakat yang punya pendapatan lebih bersedekah dengan membeli takjil atau hadiah berupa kain sarung, kurma dan kebutuhan lainnya kepada yang membutuhkan, di sisi lain masyarakat pedagang mendapat tambahan omset penjualan.
Dengan demikian, Ramadhan menjadi bulan berkah yang memberikan efek positif terhadap perputaran ekonomi lokal. Harta orang kaya mengalir kepada pedagang dan masyarakat yang membutuhkan.
Salah satu hikmah terbesar dalam bulan Ramadhan adalah meningkatnya kesadaran untuk berbagi. Aceh memiliki sistem zakat yang kuat melalui Baitul Mal baik di tingkat provinsi sampai unit pengelolaan zakat di tingkat gampong yang berperan dalam menyalurkan zakat, infak, dan sedekah kepada masyarakat yang membutuhkan.
Sedekah untuk anak yatim menjadi kebiasaan baik hampir di setiap gampong. Dengan adanya dana zakat, banyak fakir miskin, kaum dhuafa dan anak yatim yang terbantu dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka, terutama saat harga barang cenderung meningkat di bulan Ramadhan.
Selain zakat, gerakan infak dan sedekah juga semakin aktif selama bulan suci ini. Banyak masjid dan komunitas masyarakatdi Aceh yang mengadakan kegiatan berbagi makanan berbuka puasa gratis bagi mereka yang kurang mampu. Ini mencerminkan semangat solidaritas sosial yang menjadi kekuatan ekonomi berbasis kebersamaan.
Ekonomi berbasis kepedulian adalah gerakan ekonomi yang menitikberatkan pada prinsip gotong-royong, solidaritas, dan kesejahteraan bersama. Konsep ini berfokus pada bagaimana ekonomi dapat berjalan dengan memperhatikan keseimbangan antara keuntungan dan kepedulian terhadap sesama, khususnya bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu. Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk mengembangkan kepedulian sesama kaum muslimin.
Ada dua bentuk upaya yang bisa dilakukan terkait kepedulian dalam membangun ekonomi ummat, yaitu: 1) Meningkatkan kesadaran sosial. Masyarakat harus diedukasi mengenai pentingnya berbagi dan saling membantu dalam ekonomi, baik melalui kajian agama maupun pelatihan kewirausahaan berbasis sosial. 2) Mendorong filantropi berbasis syariah dalam bisnis. Perusahaan dan pengusaha besar bisa berkontribusi melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) berbasis Islam yang berkelanjutan, seperti pemberdayaan petani, beasiswa, atau bantuan modal usaha bagi masyarakat kurang mampu yang dilakukan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Ekonomi berbasis kepedulian tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga menjadi solusi jangka panjang dalam menciptakan kesejahteraan yang merata. Dengan memperkuat nilai kepedulian, ekonomi tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan, tetapi juga pada keberlanjutan dan keadilan sosial.
Bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini harus mampu menjadi titik balik bagi para pengusaha dan orang-orang kaya bahwa hidup itu sebentar, tapi bagaimana menjadikan harta tetap mendatangkan pahala yang berkelanjutan walaupun nafas telah berhenti. Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum untuk memberdayakan ekonomi umat, terutama bagi masyarakat Aceh yang masih banyak hidup dalam keterbatasan ekonomi.
Dengan semangat berbagi melalui zakat, infak, dan sedekah, serta mengembangkan usaha berbasis kepedulian, Ramadhan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan terus memperkuat ekonomi berbasis syariah dan kepedulian bersama, Aceh dapat melangkah menuju masyarakat yang lebih sejahtera dan berdaya secara ekonomi.(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.