Perang Gaza
Kembalinya Israel ke Medan Perang Pembantaian di Gaza adalah Rencananya Sejak Awal
Namun penting untuk diingat bahwa ini adalah negosiasi yang sebagian besar terhenti dan gagal setelah Israel menolak untuk memasuki negosiasi tahap ke
Negosiasi pada tahap kedua kesepakatan gencatan senjata, yang akan membebaskan hampir 60 tawanan yang tersisa dan menetapkan gencatan senjata permanen, telah menemui jalan buntu karena desakan Israel agar tahap pertama diperpanjang hingga pertengahan April.
Hamas telah membebaskan sekitar tiga puluh tawanan dengan imbalan hampir 2.000 tahanan Palestina sejak dimulainya gencatan senjata .
Meskipun Israel tidak secara tegas menyatakan diakhirinya gencatan senjata, pejabat senior mengindikasikan bahwa serangan terhadap Gaza akan terus berlanjut.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan “gerbang neraka” akan terbuka di wilayah kantong tersebut jika tawanan yang tersisa tidak dibebaskan.
“Kami tidak akan berhenti bertempur sampai semua sandera kembali ke rumah dan semua tujuan perang tercapai,” kata Katz dalam sebuah pernyataan.
Melaporkan dari Amman, Yordania, Hamdah Salhut dari Al Jazeera mengatakan bahwa sementara Israel menuduh Hamas menolak berbagai proposal yang dibuat oleh negosiator, pembicaraan telah terhenti setelah Netanyahu menolak untuk memulai negosiasi pada tahap kedua kesepakatan gencatan senjata pada tanggal 6 Februari.
“Beberapa analis Israel, beberapa di dalam oposisi politik dan beberapa di dalam pemerintahan Netanyahu sendiri mengatakan bahwa ini adalah rencana sejak awal – dimulainya kembali pertempuran, untuk kembali ke perang skala penuh,” kata Salhut.
“Dan faktanya, ada kepala staf angkatan darat baru yang mengatakan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun perang – seraya menambahkan bahwa Israel masih memiliki banyak tujuan yang harus dicapai terkait Jalur Gaza, yang berarti bahwa mereka belum sepenuhnya menyelesaikan aksi militer mereka.”
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Israel telah berkonsultasi dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenai serangan tersebut.
Perang Israel selama 18 bulan di Gaza telah meratakan sebagian besar wilayah itu, menghancurkan rumah, rumah sakit, dan sekolah hingga menjadi puing-puing.
Pasukan Israel sejauh ini telah membunuh lebih dari 48.000 orang di wilayah tersebut, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Pesawat Tempur dan Tembakan Artileri Terus Terdengar di Langit Gaza, Rumah-rumah, Tenda jadi Sasaran
Jurnalis Al Jazeera Maram Humaid dalam laporannya dari Deir el-Balah, Jalur Gaza mengatakan, "Kami terbangun oleh suara ledakan dahsyat dari serangkaian serangan udara yang menargetkan berbagai wilayah di Jalur Gaza, dari utara ke selatan, termasuk Jabalia, Kota Gaza, Nuseirat, Deir el-Balah, dan Khan Younis."
Serangan itu menghantam rumah-rumah, bangunan tempat tinggal, sekolah-sekolah yang menampung orang-orang terlantar dan tenda-tenda, mengakibatkan sejumlah besar korban, termasuk wanita dan anak-anak, terutama karena serangan itu terjadi pada jam-jam tidur.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan sedikitnya 232 orang tewas dalam serangan Israel Selasa dini hari.
Tak lama setelah serangan tersebut, kantor Perdana Menteri Israel Netanyahu mengumumkan dimulainya kembali perang di Gaza, dengan menyatakan bahwa hal itu dimaksudkan untuk menekan Hamas agar membebaskan tawanan.
Hingga saat ini, penembakan artileri terus berlanjut di sebelah timur Deir el-Balah, disertai dengan kehadiran terus-menerus pesawat tempur Israel di langit.
Guru Gaza Ceritakan Detik-detik Serangan Israel, Rumah Sakit Banjir Darah, Keledai Membawa Korban
Seorang guru di Gaza, Palestina menceritakan pemandangan yang memilukan, tragis dan sulit dibayangkan saat detik-detikan 16 pesawat tempur Israel menyerang tenda-tenda yang dihuni keluarga di Gaza, Selasa dini hari.
"Kami terbangun dalam keadaan ketakutan, mendengar serangan Israel di mana-mana di Gaza," tutur guru Ahmed Abu Rizq kepada Al Jazeera sebelumnya, saat menceritakan jam-jam awal serangan Israel.
“Kami ketakutan, anak-anak kami juga ketakutan. Kami menerima banyak telepon dari keluarga untuk memeriksa, untuk memeriksa (keadaan) diri kami sendiri. Dan ambulans mulai berjalan dari satu jalan ke jalan lain,” kata Abu Rizq, seraya menambahkan bahwa keluarga-keluarga mulai berdatangan ke rumah sakit dengan “jenazah anak-anak mereka” di tangan mereka.
"Enam belas pesawat tempur Israel terbang tinggi di atas kepala kami, begitu pula pesawat nirawak. Kami benar-benar takut," katanya.
Abu Rizq mengatakan gelombang serangan dan korban terjadi ketika “seluruh sistem kesehatan Gaza runtuh”.
“Jika Anda sekarang berada di salah satu rumah sakit di Gaza, Anda akan melihat darah di mana-mana,” katanya, seraya menambahkan bahwa kereta keledai digunakan untuk memindahkan mereka yang terluka dan sekarat ke rumah sakit.
Israel Serentak Bombardiri Zona Kemanusiaan di Gaza tanpa Peringatan, 200 Lebih Syahid
Militer Israel selama beberapa jam terakhir secara serentak melancarkan serangan udara di Jalur Gaza.
Konsentrasi serangan udara terjadi pada lingkungan padat penduduk, sekolah darurat, dan bangunan perumahan tempat orang-orang berlindung.
"Kami memahami bahwa sedikitnya 200 warga Palestina telah dipastikan tewas, dan lebih dari 200 lainnya dilaporkan terluka, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat," jurnalis Al Jazeera Tareq Abu Azzoum melaporkan dari Deir al-Balah, Gaza, Palestina.
Dia melanjutkan, "Dalam satu jam terakhir ini, kami telah mendengar dengan jelas kehadiran pesawat tanpa awak dan jet tempur Israel di langit wilayah tengah. Kami memahami bahwa di antara mereka yang ditemukan sebagai korban selama serangan tersebut adalah bayi baru lahir, anak-anak, wanita, dan orang tua – di samping juga para pemimpin Hamas tingkat tinggi yang telah dipastikan tewas selama serangan udara tersebut."
Disebutkan bahwa serangan itu dilakukan serentak tanpa peringatan sebelumnya di wilayah yang telah ditetapkan sebagai zona kemanusiaan aman, termasuk al-Mawasi.
Duta Besar Israel untuk PBB Sebut Serangan Brutal Israel Terus Berlanjut hingga Semua Tawanan Dibebaskan
Danny Dannon, duta besar Israel untuk PBB, membela serangan udara brutal zionis terhadap Gaza dalam sebuah posting di X menjelang pertemuan Dewan Keamanan mendatang.
"Angkatan Udara Israel melancarkan serangkaian serangan terhadap target-target Hamas di Gaza. Kami tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada musuh-musuh kami. Saya tegaskan. Israel tidak akan berhenti sampai semua sandera kami kembali ke rumah," katanya dalam sebuah video di samping unggahan tersebut.
"Kami akan menjelaskan dengan sangat jelas kepada Dewan Keamanan bahwa jika mereka ingin menghentikan perang di Gaza, mereka harus memastikan bahwa para sandera dikembalikan ke Israel. Kami berkomitmen untuk membawa mereka kembali."
Israel Hentikan Sepihak Gencatan Senjata, Kembali Bombardir Gaza Dini Hari, 200 Orang Syahid
Israel melancarkan gelombang serangan mendadak di Jalur Gaza pada Selasa dini hari, menewaskan sedikitnya 205 warga Palestina, dan mengakhiri sepihak perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.
Rekaman langsung oleh Al Jazeera menunjukkan anak-anak dan bayi di antara mereka yang tewas dan terluka, ketika serangan menargetkan beberapa daerah di seluruh wilayah kantong itu, termasuk Gaza utara, Kota Gaza, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia telah menginstruksikan militer untuk mengambil "tindakan tegas" terhadap Hamas di Gaza, menuduh kelompok itu menolak membebaskan tawanan dan menolak semua proposal gencatan senjata.
"Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan meningkatkan kekuatan militernya," kata kantor perdana menteri dalam sebuah pernyataan.
Militer Israel mengatakan pihaknya siap melanjutkan serangan terhadap Gaza selama diperlukan dan akan memperluas kampanye di luar serangan udara.
Militer menggambarkan serangan itu menargetkan komandan dan infrastruktur Hamas, tetapi rekaman dan laporan lokal menunjukkan bahwa sejumlah warga sipil telah terbunuh dan terluka oleh gelombang serangan udara tersebut.
Menanggapi serangan udara tersebut, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel telah melanjutkan "perang genosida terhadap warga sipil yang tak berdaya di Jalur Gaza".
"Netanyahu dan pemerintahan ekstremisnya telah memutuskan untuk membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang akan menempatkan para tahanan (Israel) di Gaza pada nasib yang tidak diketahui," kata Hamas pada Selasa pagi.
"Kami menuntut agar para mediator meminta pertanggungjawaban penuh Netanyahu dan pendudukan Zionis atas pelanggaran dan pembatalan perjanjian tersebut."
Ia menyerukan kepada Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam untuk "memikul tanggung jawab historis mereka dalam mendukung keteguhan dan perlawanan gagah berani rakyat Palestina, dan dalam mengakhiri pengepungan tidak adil yang dilakukan terhadap Jalur Gaza".
Ia juga meminta PBB untuk "bersidang segera guna mengadopsi resolusi yang mewajibkan pendudukan untuk menghentikan agresinya dan mematuhi Resolusi 2735, yang menyerukan diakhirinya agresi dan penarikan pasukan dari seluruh Jalur Gaza".
Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa Israel berkonsultasi dengan Presiden AS Donald Trump sebelum melancarkan serangan udara terbaru terhadap Gaza.
"Seperti yang telah diperjelas oleh Presiden Trump, Hamas, Houthi, Iran - semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel tetapi juga AS - akan menghadapi harga yang harus dibayar, dan kekacauan akan terjadi," kata Leavitt kepada Fox News.
“Kelompok Houthi, Hizbullah, Hamas, Iran dan kelompok teroris yang didukung Iran seharusnya menanggapi pernyataan Presiden Trump dengan sangat serius ketika dia mengatakan bahwa dia tidak takut untuk membela orang-orang yang taat hukum dan membela AS dan teman sekaligus sekutu kita, Israel.”
Gencatan senjata antara Hamas dan Israel, yang mulai berlaku pada 19 Januari, menghasilkan pembebasan 33 tawanan Israel dan lima tawanan Thailand oleh Hamas sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 2.000 tawanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Saat ini, 59 tawanan Israel masih berada di Gaza.
Israel, yang didukung oleh Washington, dalam beberapa minggu terakhir menuntut pengembalian para tawanan dengan imbalan penghentian permusuhan hingga April.
Namun Hamas bersikeras pada gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, sesuai dengan kewajiban hukum internasional Israel dan ketentuan perjanjian gencatan senjata yang dicapai pada bulan Januari.(*)
Jajak Pendapat, Mayoritas Warga Israel Yakin tidak ada Orang tak Bersalah di Gaza |
![]() |
---|
Brigade Qassam Sergap Patroli Tentara Israel dengan Bom Tanam, 5 Tewas 20 Luka-luka |
![]() |
---|
Macron kepada Netanyahu: Anda telah Mempermalukan Seluruh Prancis |
![]() |
---|
PBB Sebut Memalukan Penyangkalan Israel atas Kelaparan di Gaza |
![]() |
---|
Tentara Israel Terus Merangsek ke Kota Gaza, Bunuh dan Usir warga Palestina |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.