Kupi Beungoh

Perutmu, Otak Keduamu: Rahasia Kesehatan Mental yang Sering Terabaikan

Tak heran jika masalah seperti kecemasan, stres, atau bahkan depresi sering kali berkaitan dengan kesehatan usus.

Editor: Firdha Ustin
FOR SERAMBINEWS.COM
dr Imam Maulana 

Oleh dr Imam Maulana *)

Pernahkah Kamu merasa lebih mudah marah atau cemas saat perut kosong? Atau mengalami gangguan pencernaan ketika sedang stres? Fenomena ini bukan sekadar kebetulan.

Para ilmuwan kini mengakui bahwa usus memiliki peran lebih dari sekadar mencerna makanan—ia juga berfungsi sebagai otak kedua yang memengaruhi emosi, suasana hati, hingga daya pikir kita.

Konsep ini bukan sekadar teori. Secara ilmiah, otak dan usus terhubung melalui gut-brain axis atau sumbu otak-usus, sebuah jalur komunikasi dua arah yang memungkinkan kondisi pencernaan memengaruhi kesehatan mental, dan sebaliknya.

Tak heran jika masalah seperti kecemasan, stres, atau bahkan depresi sering kali berkaitan dengan kesehatan usus.

Peran Usus dalam Kesehatan Mental

Sebagian besar dari kita menganggap otak sebagai pusat kendali utama tubuh.

Namun, ada fakta yang jarang diketahui: lebih dari 90 persen serotonin—hormon yang berperan dalam regulasi suasana hati, tidur, dan kecemasan—diproduksi di usus, bukan di otak.

Jika keseimbangan bakteri dalam usus terganggu, produksi serotonin pun bisa menurun, yang berpotensi menyebabkan gangguan psikologis seperti stres berkepanjangan dan depresi.

Selain itu, dalam usus terdapat triliunan mikroba baik (mikrobiota) yang berperan besar dalam menjaga keseimbangan sistem imun dan produksi neurotransmiter.

Ketika pola makan kita buruk—misalnya terlalu banyak mengonsumsi gula, makanan olahan, atau makanan tinggi lemak jenuh—keseimbangan mikrobiota bisa terganggu.

Akibatnya, terjadi peningkatan peradangan dalam tubuh yang bisa berdampak langsung pada otak, memicu kecemasan hingga gangguan kognitif.

Tak hanya itu, stres juga dapat memperburuk kondisi pencernaan.

Saat seseorang mengalami tekanan emosional, tubuh meningkatkan produksi hormon kortisol yang dapat memengaruhi pergerakan usus, menyebabkan gangguan seperti sindrom iritasi usus (Irritable Bowel Syndrome/ IBS), perut kembung, atau konstipasi.

Menjaga Otak Kedua untuk Kesehatan Optimal

Jika kesehatan mental dan pencernaan begitu erat kaitannya, bagaimana kita bisa merawat otak kedua ini agar tetap sehat?

Beberapa langkah sederhana berikut bisa diterapkan dalam keluarga: 

  1. Makan makanan kaya serat – Sayuran, buah, dan biji-bijian mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam usus;
  2. Konsumsi makanan fermentasi – Tempe, tape, oncom, atau produk fermentasi lainnya merupakan sumber probiotik alami yang baik untuk keseimbangan mikrobiota usus;
  3. Kurangi konsumsi gula dan makanan olahan – Terlalu banyak gula dapat menyebabkan peradangan dan ketidakseimbangan bakteri usus;
  4. Kelola stres dengan baik – Beberapa cara mengelola stres antara lain adalah dengan rutin berolahraga, berbicara dengan orang terpercaya, menulis jurnal, dan melakukan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi. Meditasi dapat dilakukan setelah shalat 5 waktu untuk membantu menenangkan pikiran dan menyeimbangkan emosi;
  5. Minum air yang cukup – Dehidrasi dapat memperlambat pencernaan dan berdampak pada energi serta suasana hati. Kebutuhan air harian ideal adalah sekitar 30-40 ml per kg berat badan. Misalnya, seseorang dengan berat 60 kg memerlukan sekitar 1,8-2,4 liter air per hari;
  6. Praktikkan mindful eating – Mengunyah makanan dengan perlahan dan penuh kesadaran membantu sistem pencernaan bekerja lebih optimal;
  7. Tidur yang cukup dan berkualitas – Waktu tidur yang baik adalah 7-9 jam per malam dengan jadwal tidur yang konsisten. Hindari penggunaan gawai sebelum tidur dan ciptakan suasana kamar yang nyaman untuk meningkatkan kualitas tidur.
Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved