Kupi Beungoh
Generasi Sehat, Aceh Kuat di Masa Depan
Tema nasional tahun ini, “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat,” hanya bermakna jika disertai keberanian melihat kenyataan
Oleh: Prof. Dr. dr. Rajuddin, SpOG(K), Subsp.FER
Setiap 12 November, bangsa ini diajak bercermin pada kondisi kesehatannya. Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 tahun 2025 mengingatkan bahwa pembangunan tidak akan kokoh berdiri di atas masyarakat yang sakit dan rapuh.
Tema nasional tahun ini, “Generasi Sehat, Masa Depan Hebat,” hanya bermakna jika disertai keberanian melihat kenyataan dan komitmen sungguh-sungguh untuk memperbaikinya.
Aceh memiliki sejarah panjang dalam perjuangan kesehatan. Jika dulu kita melawan malaria yang menghantui kampung-kampung, kini tantangannya berubah menjadi kematian ibu, stunting, anemia remaja, penyakit tidak menular, HIV/AIDS, serta kesenjangan layanan antara kota dan wilayah terpencil.
Kita memang telah melewati masa wabah, tetapi belum sampai pada tahap ketika setiap anak Aceh dapat tumbuh sehat tanpa kecemasan.
Baca juga: VIDEO BREAKING NEWS - Tenaga Medis RSIA dan RSJ Aceh Geruduk Kantor Gubernur
Kualitas Generasi Ditentukan oleh Keberanian Hari Ini
Slogan “Generasi sehat, masa depan hebat” tidak boleh berhenti sebagai kampanye. Ia adalah peringatan bahwa kualitas anak-anak Aceh dua dekade mendatang ditentukan oleh keputusan kita hari ini.
Jika kita gagal menyediakan gizi, air bersih, layanan bermutu, dan pendidikan kesehatan, maka kita sedang menyiapkan panggung bagi rendahnya produktivitas, rapuhnya kesehatan mental, dan siklus kemiskinan yang sulit diputus.
Di Aceh, semua itu bukan wacana. Stunting memang menurun, tetapi masih di atas target nasional. Angka kematian ibu tidak turun secepat harapan. Remaja putri anemia masih mendominasi laporan puskesmas, sementara penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, stroke terus meningkat dan memotong usia produktif keluarga sebelum waktunya.
Krisis Layanan Terhenti Tanpa Kita Sadari
Di lapangan, sejumlah layanan kesehatan vital mengalami stagnasi, bahkan berhenti tanpa banyak diketahui public mulai dari skrining penyakit infeksi, program gizi berbasis sekolah, hingga pelayanan rutin bagi ibu hamil.
Kita sering tenggelam dalam tumpukan administrasi, tetapi lupa bahwa di balik setiap lembar dokumen terdapat manusia dengan nyawa dan masa depannya.
Krisis kesehatan jarang datang dengan ledakan. Ia hadir secara perlahan dan diam-diam: satu alat rusak dan tidak segera diganti, satu program tertunda, satu reagen tidak tersedia, satu kunjungan lapangan dibatalkan. Masyarakat mungkin tidak merasakannya secara langsung, namun data kesehatan pelan-pelan mencatat luka kecil yang suatu hari menjelma menjadi luka besar.
HKN ke-61 ini seharusnya menjadi alarm yang membangunkan kita bahwa sistem kesehatan tidak boleh dibiarkan berjalan autopilot. Ia harus dikelola dengan integritas, disiplin, dan keberanian untuk mengakui kekurangan sebelum masalah kecil berubah menjadi bencana kesehatan masyarakat.
Baca juga: Abu Daud Beureueh, Pejuang Asal Pidie Aceh yang Layak Diangkat Jadi Pahlawan
Menggeser Fokus: Dari Bangunan ke Manusia
Aceh sering berbangga dengan rumah sakit baru, IGD megah, dan perangkat medis canggih. Semua itu penting, tetapi ada pertanyaan sederhana yang harus berani kita ajukan: apakah gedung itu benar-benar hidup?,
Apakah alatnya benar-benar digunakan?, Apakah tenaga kesehatannya cukup?, Apakah pasien merasakan manfaatnya?
Terlalu sering, pembangunan fisik berlari lebih cepat daripada pembangunan manusianya. Kita memiliki gedung, tetapi belum memiliki tenaga. Kita punya alat, tetapi belum punya operator. Kita punya program, tetapi belum memiliki sistem pengawasan yang memastikan program itu berjalan.
Jika Aceh ingin melahirkan generasi sehat, maka orientasi pembangunan harus bergeser dari sekadar membangun infrastruktur menuju membangun ekosistem kesehatan yang utuh: tenaga kesehatan yang terlatih dan dihargai, sistem rujukan yang benar-benar hidup, pembiayaan yang transparan dan berkelanjutan, serta layanan promotif dan preventif yang bekerja aktif di sekolah, dayah, dan gampong.
Kesehatan adalah Investasi Masa Depan
| Redenominasi: Tiga Nol Syahid, Uang Gelap Tersesat di Jalan Terang |
|
|---|
| Tata Kelola dan Sistem Akuntansi Masa Sultan Iskandar Muda dalam Perspektif Good Governance Modern |
|
|---|
| BPJS Ketenagakerjaan Syariah di Bumi Serambi Mekkah |
|
|---|
| Menjaga Indonesia dari Paham Agama Keras |
|
|---|
| Kemandekan Investasi dan Industrialisasi di Aceh, Bagian I |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Prof-Dr-dr-Rajuddin-SpOGK-SubspFER-11-11.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.