Berita Luar Negeri

Sosok Erdogan dan Kekacauan ‘Demokrasi’ Turki, Pemimpin yang Sangat Berkuasa Selama 22 Tahun

Massa pengunjuk rasa telah memblokir jalan-jalan untuk menentang pihak berwenang sementara kerusuhan berlanjut hingga malam keenam di Turki.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Anadolu
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan 

Pada tahun 2013, para pengunjuk rasa turun ke jalan, sebagian karena rencana pemerintahnya untuk mengubah taman yang sangat disukai di pusat kota Istanbul, tetapi juga sebagai tantangan terhadap pemerintahan yang lebih otoriter. 

Perdana menteri mengutuk para pengunjuk rasa sebagai "capulcu" (sampah), dan warga sekitar akan memukul panci dan wajan pada pukul sembilan setiap malam sebagai bentuk perlawanan. 

Tuduhan korupsi menjerat putra-putra dari tiga sekutu kabinet.

Protes Gezi Park menandai titik balik dalam pemerintahannya. 

Bagi para pengkritiknya, ia bertindak lebih seperti sultan dari Kekaisaran Ottoman daripada seorang demokrat.

Erdogan juga berselisih dengan seorang ulama Islam yang tinggal di AS bernama Fethullah Gulen, yang gerakan sosial dan budayanya telah membantunya meraih kemenangan dalam tiga pemilihan umum berturut-turut dan telah aktif menyingkirkan militer dari politik. 

Perseteruan itu akan berdampak dramatis bagi masyarakat Turki.

Dilarang mencalonkan diri lagi sebagai perdana menteri, pada tahun 2014 ia mencalonkan diri untuk jabatan presiden yang sebagian besar bersifat seremonial dalam pemilihan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Ia memiliki rencana besar untuk mereformasi jabatan tersebut, menciptakan konstitusi baru yang akan menguntungkan semua orang Turki dan menempatkan negara mereka di antara 10 ekonomi teratas dunia.

Namun di awal masa jabatannya, ia menghadapi dua guncangan dalam kekuasaannya. 

Partainya kehilangan mayoritas di parlemen selama beberapa bulan dalam pemungutan suara tahun 2015, dan beberapa bulan kemudian, pada tahun 2016, Turki menyaksikan percobaan kudeta yang disertai kekerasan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Tentara pemberontak hampir menangkap presiden yang sedang berlibur di sebuah resor pantai, tetapi ia berhasil diterbangkan ke tempat yang aman. 

Pada dini hari tanggal 16 Juli 2016, Erdogan muncul dengan kemenangan di Bandara Ataturk Istanbul, disambut sorak sorai para pendukungnya. 

Hampir 300 warga sipil tewas saat mereka menghalangi laju para perencana kudeta.

Presiden tampil di TV nasional dan menggalang dukungan di Istanbul, dengan menyatakan bahwa ia adalah "panglima tertinggi". 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved