Jurnalisme Warga

Iftar Emirat di UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Ini menggambarkan suasana perhelatan khusus ‘event’ Ramadhan di salah satu kampus keagamaan Islam kebanggaan masyarakat Aceh tersebut.

|
Editor: mufti
FOR SERAMBINEWS.COM
SAIFUDDIN A. RASYID, Ketua BKM Masjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh 

SAIFUDDIN A. RASYID, Ketua BKM Masjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh

Saat saya menulis reportase ini baliho besar berlogo Khalifa bin Zayed Al-Nahyan Foundation masih terpampang di gerbang masuk Kampus UIN Ar-Raniry, bergandengan dengan ‘banner’ dan umbul-umbul Ar-Raniry Ramadhan Fair (ARF) 2025 di sepanjang jalan utama kampus.

Ini menggambarkan suasana perhelatan khusus 'event' Ramadhan di salah satu kampus keagamaan Islam kebanggaan masyarakat Aceh tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya tahun ini UIN Ar-Raniry, yang dikelola melalui Masjid Fathun Qarib di kompleks kampus UIN, kembali mendapat bantuan paket iftar, paket buka puasa, dari masyarakat Uni Emirat Arab (UEA), yang disalurkan melalui sebuah lembaga resmi UEA, Khalifa bin Zayed Al- Nahyan Foundation.

Selanjutnya dalam reportase ini UEA dan Khalifa Foundation saya sebut Emirat saja.

Setelah Ramadhan 2024 lalu, Ar-Raniry mendapat bantuan paket yang sama, yakni 400 porsi, dari 1.000 porsi bantuan takjil per hari untuk Aceh.

Porsi yang terdiri atas makanan dan minuman pembuka dan paket berat makan malam tersebut tahun ini meningkat menjadi 1.200 porsi per hari, selama 30 hari Ramadhan.

Kalau tahun lalu Fathun Qarib mengelola total 12.000 porsi, tahun ini sekitar 38.000 porsi lebih.

Warga antusias

Warga kampus dan masyarakat sekitar menyambut bantuan ini dengan sangat antusias.

Sebanyak 1.300 porsi paket takjil yang disediakan panitia pada hari pertama dan kedua tidak memadai, mengingat jemaah yang hadir lebih dari 2.000.

Ditingkatkan 1.700 pada hari ketiga dan 1.850 pada hari keempat, tetap saja jemaah yang hadir jauh di atas 2.000-an.

Akhirnya, penyelenggara memutuskan ‘full speed’ 2.000 paket saja pada hari kelima. 

Jumlah ini dipertahankan sampai hari ke-15 sebelum kemudian diturunkan perlahan atas dasar pertimbangan budget dan sejalan dengan aktivitas kampus yang secara bertahap menurun.

Hal ini dikelola secara profesional dengan penataan informasi kepada jemaah yang dikomumunikasikan oleh  panitia dengan sangat baik.

Antusiasme jemaah masih tinggi, setidaknya sampai hari reportase ini ditulis.

Setiap sore panitia bersiap lebih awal untuk memberi ruang bagi jemaah yang sudah tiba di lokasi sejak shalat Asar dan memasuki ruang iftar.

Rata-rata jemaah sudah penuh dan menanti selama sekira dua jam di dalam saf iftar sebelum masuk waktu berbuka.

Jemaah melakukan berbagai aktivitas pribadi di tempat duduk dengan menu paket takjil sudah aman di depan masing-masing.

Sebagian besar mengisi waktu dengan membaca Qur’an, baik melalui mushaf maupun gadget masing-masing.

Tentu ada juga yang mengobrol ceria.

Panitia juga tiap hari harus segera meletakkan papan pemberitahuan bahwa kuota iftar ‘full’ di pintu masuk kompleks Masjid Fathun Qarib bila jemaah sudah memenuhi ruang dan mengamankan tempat duduknya masing-masing.

Penantian dua jam jemaah itu terkesan dijalani tanpa bosan karena panitia mengiringi dengan acara ngabuburit setiap sorenya.

Dari atas panggung khusus di pojok selasar masjid setiap hari digelar aneka acara, mulai dari tausiah, sanggar seni, penampilan qari, tahfiz, hingga komedi islami.

Volunteer

Di UIN ifthar jama’i (buka bersama) termasuk salah satu agenda yang dikelola di bawah ARF, suatu kepanitiaan rutin yang dibentuk BKM, beranggotakan tim manajemen masjid dan unsur organisasi mahasiswa, untuk mengoordinasi aktivitas Ramadhan mahasiswa yang dipusatkan di Masjid Fathun Qarib.

Ketua ARF tahun ini Profesor Maizuddin, akademisi Fakultas Usuluddin.

Sekretarisnya, Ustaz Asyraf Muntazhar, Koordinator Advokasi PKMB UIN Ar-Raniry, sekaligus pembantu tim penghubung UIN Ar-Raniry dengan pihak Emirat.

Iftar bantuan Emirat yang dikelola ARF memerlukan format manajemen lapangan yang kuat.

Hal ini penting, karena program ini menghadirkan porsi besar, di atas 1.000 jemaah setiap harinya. Jadi, perlu ‘sense of crowd’ yang bersengaja.

Terlebih keramaian (crowd) yang dikelola adalah jemaah berbuka puasa, orang-orang yang berhak dihormati dengan tingkat kepedulian tinggi.

Di samping itu, ada tuntutan donor yang menetapkan kriteria spesifik, sejak persiapan dan penataan lokasi, komposisi menu, style penyajian takjil, dan setting acara bukber.

Jadi, tim ARF bekerja ekstraketat untuk mendukung ini.

Salah satu inisiasi untuk memastikan pergerakan di lapangan untuk ‘output’ yang diharapkan adalah dengan merekrut 50 mahasiswa lintas fakultas yang layak kuliah pengabdian kepada masyarakat (PKM), yaitu satu mata rantai dalam prosedur perkuliahan yang diganjar 4 SKS.

Mereka dilatih dalam format ‘volunteer’ bantuan internasional untuk kemanusiaan. Mengenakan rompi Emirat mereka mudah dikenal saat bergerak di tengah jemaah di lokasi iftar setiap sore.

Mereka bekerja sebagai ‘volunteer’ Emirat selama 45 hari, dan dijustifikasi dengan sertifikat KPM.

Sejatinya bantuan Emirat untuk Ar-RAniry tahun ini juga berupa 500 paket sembako yang dibagikan kepada pekerja kontrak dan pegawai bergaji kecil, serta masyarakat sekitar.

Juga bantuan sepuluh ekor sapi jantan untuk lebih seribu paket bantuan daging ‘makmeugang’.

Mahasiswa volunteer KPM juga terlibat penuh dalam distribusi kedua macam paket itu.

Investasi Emirat

Di tengah melemahnya ekonomi mayoritas masyarakat dan gencarnya promosi makanan gratis yang dijalankan pemerintah, kehadiran paket iftar Emirat ini bagaikan rahmat yang dikucurkan Allah, khususnya kepada warga kampus di Kopelma Darussalam.

Warga Kampus Universitas Syiah Kuala dan representasi warga sekitar pun mendapatkan manfaatnya sertiap sorenya. Semua diperkaukan sama, tidak ada pilih kasih.

Ini kita maknai sebagai kerangka awal bagian investasi besar Emirat di Aceh.

Wagub Aceh, Fadhlullah SE, dalam tausiah zuhur di mimbar Masjid Fathun Qarib 5 Ramadhan lalu mengisahkan seorang teman beliau di Kedubes Emirat menceritakan bahwa Emirat berencana membangun masjid di Kampus UIN Ar-Raniry.

Hal itu langsung dikonfirmasi oleh Rektor UIN, Prof Mujiburrahman, yang hadir dalam majelis zuhur saat itu.

Wagub mengatakan ini investasi. Beliau meminta setiap warga Aceh agar memperlakukan secara baik setiap pihak yang membawa investasi ke Aceh.

Dalam perspektif Corporate Social Responsibility (CSR), setiap bantuan perusahaan—apalagi bantuan suatu negara—adalah investasi.

Semua pengeluaran CSR dicatat sebagai modal biaya produksi yang diperhitungkan kembali dalam bentuk ‘return’ bisnis yang menguntungkan.

Untuk dicatat, ‘return’ tidak selalu profit, tetapi juga benefit.

Dalam perspektif ini tentu saja kita melihat kehadiran Emirat di Aceh sebagai suatu anugerah yang apabila dapat dikelola dengan baik tentu diharapkan mampu mendorong geliat ekonomi masyarakat.

Emirat sedang iftar, sedang berbuka puasa, yaitu melepaskan gelontor investasi di Tanah Rencong ini yang mungkin selama ini ditahan.

Sepertinya, buka puasa investasi sudah sangat serius.

Kunjungan Duta Besar Emirat ke Aceh 9-11 Ramadhan lalu, dengan berbagai ‘impact’ berupa gagasan investasi terutama bidang infrastruktur, menabalkan hal itu.

Adalah Mubadala Energi, perusahaan resmi milik Emirat, sejak setahun lalu mendapat justifikasi untuk melakukan eksplorasi energi di perairan Aceh, laut Andaman.

Itu investasi besar, tentu diharap berdampak segar untuk penguatan aset pemerintah daerah dan masyarakat di Aceh.

Tentu juga Pemerintah dan masyarakat Aceh diharap berinvestasi dalam bentuk ‘goodwill’ dan atau ‘political will’ yang diperlukan Emirat. Sama-sama berinvestasi untuk kemanfaatan bersama.

Mari iftar bersama Emirat.  

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved