Breaking News

Gempa Myanmar

Gempa Myanmar Tewaskan Lebih dari 3.300 Orang, PBB Desak Bantuan Internasional!

PBB kini menyerukan dunia untuk bersatu dan memberikan dukungan kepada rakyat Myanmar yang tengah berjuang menghadapi bencana ini.

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Muhammad Hadi
Tangkapan layar YouTube Radio Free Asia
GEMPA DI MYANMAR - Tangkapan layar YouTube Radio Free Asia yang diambil pada Minggu (30/3/2025). Jumlah korban tewas akibat gempa ini terus meningkat, dengan laporan terbaru pada Sabtu (5/4/2025) menyebutkan 3.354 orang tewas, lebih dari 4.500 orang terluka, dan 220 orang lainnya masih hilang. 

Gempa Myanmar Tewaskan Lebih dari 3.300 Orang, PBB Desak Bantuan Internasional!

SERAMBINEWS.COM-Gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter yang mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2025, telah menyebabkan kerusakan parah dan menewaskan lebih dari 3.300 orang.

Dilansir dari kantor berita Aljazeera (5/4/2025), PBB kini menyerukan dunia untuk bersatu dan memberikan dukungan kepada rakyat Myanmar yang tengah berjuang menghadapi bencana ini.

Jumlah korban tewas akibat gempa ini terus meningkat, dengan laporan terbaru menyebutkan 3.354 orang tewas, lebih dari 4.500 orang terluka, dan 220 orang lainnya masih hilang.

Menurut angka yang diumumkan oleh media pemerintah Myanmar pada Sabtu, jumlah korban tewas ini kemungkinan akan terus bertambah, mengingat banyaknya daerah yang masih sulit dijangkau dan dilanda kerusakan hebat.

 Kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, yang mengunjungi kota Mandalay di Myanmar tengah, mengungkapkan bahwa kehancuran yang terjadi sangat mengejutkan.

Mandalay merupakan salah satu daerah yang terletak dekat dengan episentrum gempa dan saat ini sedang berjuang untuk memulihkan kerusakan parah yang terjadi di kota tersebut.

"Dunia harus mendukung rakyat Myanmar," ujar Tom Fletcher dalam sebuah unggahan di media sosial X.

 Ia memuji keberanian, keterampilan, dan tekad kelompok-kelompok kemanusiaan serta masyarakat setempat yang memimpin respons terhadap bencana ini.

 Banyak dari mereka yang telah kehilangan segalanya, namun mereka tetap berusaha membantu para penyintas.

Situasi di Myanmar semakin sulit, terutama setelah militer Myanmar menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi pada 2021.

Sejak saat itu, negara ini mengalami ketegangan dan konflik berkepanjangan, yang semakin memperburuk perekonomian dan pelayanan dasar, termasuk perawatan kesehatan. Bencana gempa bumi ini hanya menambah penderitaan yang dialami oleh rakyat Myanmar.

Kepala pemerintahan militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, baru saja kembali dari perjalanan luar negeri yang jarang dilakukannya, yakni menghadiri pertemuan puncak regional di Bangkok pada Jumat.

Di sana, ia bertemu dengan pemimpin negara-negara seperti Perdana Menteri Thailand dan Perdana Menteri India, Narendra Modi.

 Dalam kesempatan tersebut, Modi menyerukan agar gencatan senjata pascagempa dalam perang saudara di Myanmar dijadikan permanen dan menekankan pentingnya pemilu yang "inklusif dan kredibel" bagi Myanmar.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved