Breaking News

Mihrab

Ketua ISAD Aceh: Korupsi Lebih Najis dari Anjing dan Babi, Tapi Jadi Warisan di Indonesia

Tgk Mustafa memulai pernyataannya dengan pengalaman pribadi saat melihat kaos bertuliskan “Antri bukan budaya kita, budaya kita adalah korupsi.” 

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Ketua Umum DPP ISAD Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla. 

Ia menegaskan bahwa pemberantasan korupsi tidak cukup hanya melalui hukum dan operasi.

Harus ada upaya membangun peradaban baru di mana korupsi dipandang sehina perbuatan keji lainnya, seperti memakan bangkai atau berzina.

“Inilah pekerjaan rumah besar kita. Korupsi tak cukup diberantas dengan penegakan hukum, tapi harus dicabut dari akar budaya dan hati nurani,"

"Kita perlu membangun peradaban di mana korupsi dipandang sehina memakan bangkai, seburuk zina, dan sedosanya di bawah syirik. Harus tumbuh rasa jijik batin terhadap korupsi, bukan sekadar takut ditangkap,” papar Tgk Mustafa.

Solusi yang ditawarkan adalah membangun kembali pendidikan moral dan keteladanan nyata, baik di rumah, sekolah, tempat kerja, hingga mimbar-mimbar keagamaan. 

Guru harus menjadi panutan kejujuran, orang tua harus menjauhi jalan pintas, dan para pemimpin harus menjadi teladan dalam integritas.

Tgk Mustafa juga mengajak para alim ulama untuk mulai menekankan bahaya korupsi dalam dakwah mereka, sejajar dengan dosa-dosa besar lainnya. 

Menurutnya, dosa tidak hanya soal apa yang masuk ke mulut dan perut, tapi juga yang keluar dari pena pejabat dalam bentuk angka-angka palsu.

“Mari kita akui bahwa korupsi bukan semata persoalan hukum, tapi urusan budaya dan spiritual. Selama masyarakat masih menganggapnya biasa saja, selama itu pula kita akan terus terperangkap dalam sistem yang busuk,” pungkasnya. (ar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved