Citizen Reporter
Menjelajahi Korsel dan Vietnam, Tugas Kuliah Sekaligus Bertemu Rekan Bisnis
Korea Selatan masih meniti secara perlahan untuk mengejar ketertinggalan mereka dalam upaya membangun negerinya yang porak poranda
Hingga pada akhirnya mereka membelah Korea menjadi dua bagian, yaitu Uni Soviet dengan sekutunya Republik Rakyat Cina menaungi Korea Utara, dan Amerika Serikat dengan sekutu sekutunya berpihak ke Korea Selatan.
Belajar dari Saemaul Undong
Pada masa awal setelah perang, Korea Utara bertumbuh lebih cepat.
Hal ini terjadi karena mereka berada dalam kontrol penuh pemerintahan pusat secara sentralistik, dan support penuh (dukungan bantuan) dari Soviet dan Tiongkok.
Sementara Korea Selatan masih meniti secara perlahan untuk mengejar ketertinggalan mereka dalam upaya membangun negerinya yang porak poranda dan dilanda kemiskinan yang parah akibat perang.
Park Chung-hee, mantan jenderal Angkatan Darat Republik Korea yang memerintah pada periode 1961-1979 menggagas dan memulai suatu konsep pembangunan dengan menggerakkan masyarakat dari pedesaan.
Program yang mereka sebut “Saemaul Undong” atau dalam Bahasa Inggris “Rural Community Development Movement”, atau Pendekatan Pembangunan Masyarakat Pedesaan.
Proyek ini menjadi suatu gerakan awal dari modernisasi pedesaan untuk menggerak ekonomi Korea Selatan yang dimulai dengan pemenuhan kebutuhan pokok, swasembada pangan, pembangunan infrastruktur, pelestarian budaya dan etos kerja yang mandiri, disiplin dan berintegritas.
Program ini mendapat sambutan dan dukungan luas dari seluruh lapisan masyarakat Korea Selatan.
Masyarakat dan pemerintah bahu membahu bergerak bersama dengan penuh tanggung jawab.
Baca juga: Gegara Carikan Kerja Menantu, Mantan Presiden Korsel Moon Jae-in Terjerat Kasus Suap
Pemerintah menyediakan beberapa fasilitas dan sumber daya yang ada, untuk dan seluruhnya diarahkan untuk pemembangun yang terintegrasi.
Masyarakat juga menyumbangkan tanahnya untuk dibangun jalan dan infrastruktur lainnya, seperti irigasi dan berbagai fasilitas umum lainnya.
Mereka juga menyumbangkan tenaga dan bekerja dengan sukarela tanpa digaji.
Pemerintah menyediakan semen, besi, listrik penerangan dan material lainnya yang dibutuhkan.
Melalui musyawarah dan seleksi, ada dari mereka yang dipilih menjadi leader (pemimpin) di setiap desa dan level organisasi berikutnya.
Mereka terpilih untuk memimpin di wilayah dan skill masing masing.
Korea Selatan
Korsel
IPDN
Tugas Kuliah
Rekan Bisnis
Vietnam
Ismail Rasyid
CEO PT Trans Continent
Citizen Reporter
Serambinews
Aceh
Saat Penulis Sastra Wanita 5 Negara Berhimpun di Melaka |
![]() |
---|
Saat Mahasiswi UIN Ar-Raniry Jadi Sukarelawan Literasi untuk Anak Singapura |
![]() |
---|
IKOeD Peusijuek Alumni Leting Intelegencia Generation 2025 di Pantai Lampu’uk |
![]() |
---|
Dinamika Spiritual dan Teknis dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji Modern |
![]() |
---|
Dari Aceh Menuju Makkah Ibadah Haji yang Mengajarkan Arti Keluarga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.