Berita Internasional
Tarif Impor Bikin Presiden Amerika Serikat Donald Trump Naik Pitam, Amazon Buka Suara
"Tentu saja dia marah. Mengapa perusahaan bernilai miliaran dolar AS harus membebankan biaya kepada konsumen?" ujar seorang pejabat.
Penulis: Gina Zahrina | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terlihat sangat marah setelah mendengar laporan bahwa Amazon berencana menampilkan rincian biaya tarif impor di situs belanja mereka.
Laporan tersebut pertama kali diungkap oleh media Punchbowl News, yang menyebutkan bahwa biaya tarif impor akan ditampilkan langsung di halaman produk Amazon, tepat di sebelah harga barang.
Hal ini memicu kemarahan Trump, yang dikutip oleh seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan.
"Tentu saja dia marah. Mengapa perusahaan bernilai miliaran dolar AS harus membebankan biaya kepada konsumen?" ujar seorang pejabat, yang tak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip CNN via Kompas.
Sebagai respons langsung, Trump menghubungi CEO Amazon, Jeff Bezos, untuk mengungkapkan ketidaksenangannya mengenai rencana tersebut.
Baca juga: Pertemuan Singkat Donald Trump dan Volodymyr Zelensky di Pemakaman Paus Fransiskus Ada Apa?
Amazon Klarifikasi: Tidak Akan Tampilkan Biaya Impor
Setelah laporan mengenai rencana tersebut mencuat, Amazon segera memberikan klarifikasi resmi.
Perusahaan e-commerce terbesar di dunia itu menyatakan bahwa ide untuk menampilkan biaya tarif impor tidak akan dilanjutkan.
Juru bicara Amazon menjelaskan bahwa meskipun tim internal Amazon sempat membahas kemungkinan tersebut dalam skala terbatas, keputusan akhir untuk menerapkannya tidak pernah disetujui.
"Tim yang menangani toko Amazon Haul memang sempat mempertimbangkan ide untuk mencantumkan tarif impor pada produk-produk tertentu, tetapi hal itu tidak pernah disetujui dan tidak akan dijalankan," ujar juru bicara Amazon seperti dikutip oleh Reuters.
Klarifikasi tersebut berhasil meredakan kegelisahan pasar, yang sebelumnya menyebabkan saham Amazon turun sekitar dua persen.
Namun, setelah klarifikasi tersebut, saham Amazon kembali pulih dan mencatatkan kenaikan tipis pada sesi perdagangan sore harinya.
Baca juga: Donald Trump Isyaratkan Meredanya Perang Dagang AS-Cina, Nasib TikTok Masih Jadi Pembahasan
Politikus Dukung Transparansi Tarif Impor
Meski rencana Amazon batal, sejumlah politisi di Amerika Serikat justru mendukung langkah tersebut dan menyerukan transparansi terkait biaya tarif impor.
Pemimpin mayoritas Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer, misalnya, mengajak para pengecer besar untuk lebih terbuka mengenai beban tarif yang ditanggung konsumen.
"Kepada para pelaku bisnis besar yang menjual barang kepada konsumen, saya katakan: tunjukkan kepada para pelanggan seberapa besar tarif merugikan kantong mereka," ujar Schumer dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari The Hill.
Selain itu, dukungan juga datang dari kalangan anggota DPR AS dari Partai Republik, Marjorie Taylor Greene, yang menyayangkan batalnya rencana Amazon.
Melalui unggahan di platform media sosial X (sebelumnya Twitter) @RepMTG, Greene menyatakan antusiasme terhadap ide pelacakan tarif Amazon, yang menurutnya akan memudahkan konsumen untuk menghindari barang-barang dari China.
Baca juga: Donald Trump Meyerah pada China, AS Bebaskan Ponsel dan Komputer dari Tiongkok dari Tarif 125 Persen
Kebijakan Tarif Baru Trump Berdampak pada Industri Elektronik
Sementara itu, kebijakan tarif baru yang dicanangkan oleh Presiden Trump mulai menunjukkan dampaknya terhadap industri teknologi.
Menurut laporan Reuters, Trump telah menghapus celah perdagangan bernama "de minimis," yang sebelumnya memungkinkan barang impor dengan nilai di bawah ambang tertentu untuk bebas dari tarif.
Sebagai informasi "De minimis" adalah aturan yang memungkinkan barang dengan nilai rendah (misalnya, di bawah $800) masuk tanpa dikenakan bea cukai.
Dalam perdagangan internasional, de minimis mengacu pada batasan nilai barang yang bisa masuk ke suatu negara tanpa dikenakan bea cukai atau pajak impor.
Menghapusnya berarti barang-barang kecil akan dikenakan tarif atau pajak.
Jadi dengan kebijakan ini, yang mulai berlaku pada (2/5/2025), mengharuskan semua barang yang terutama dari China dan Hong Kong untuk dikenakan tarif impor.
Langkah ini juga berdampak pada penjual pihak ketiga yang beroperasi di Amazon.
Beberapa pedagang yang biasa menjual produk asal China memutuskan untuk mengurangi stok atau bahkan menghentikan penjualan mereka pada acara belanja besar Amazon, seperti Prime Day yang akan datang pada Juli mendatang.
Baca juga: China Ngamuk Balas Donald Trump, Naikkan Tarif Capai 125 Persen untuk Barang dari Amerika Serikat
Trump Bebaskan Beberapa Produk Elektronik dari Tarif Impor
Namun, kebijakan tarif baru ini juga membawa beberapa pengecualian, terutama pada produk-produk elektronik.
Presiden Trump baru-baru ini mengumumkan bahwa perangkat seperti smartphone, laptop, dan beberapa produk elektronik lainnya akan dibebaskan dari tarif impor yang tinggi (11/4/2025) waktu AS.
Hal ini berlaku untuk barang-barang seperti ponsel pintar, laptop, hard drive, monitor layar datar, chip, dan mesin semikonduktor.
Sebagai contoh, Apple dan Samsung, yang sangat bergantung pada produksi barang di China, akan mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini, karena perangkat mereka akan tetap terjaga harganya di pasaran.
Menurut laporan KompasTekno yang dilansir dari AP News, kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi dampak tarif pajak yang membebani konsumen, terutama dalam kategori barang-barang elektronik yang sering diproduksi di luar Amerika Serikat.
Baca juga: VIDEO - Netanyahu Ngambek ke Donald Trump, Merasa Kecewa Langsung Angkat Kaki dari Gedung Putih
Rencana Pemindahan Pabrik di AS Dapat Membuat Harga Barang Meningkat
Namun, kebijakan ini juga membawa tantangan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Apple.
Jika pemerintah AS mendesak mereka untuk memindahkan pabrik-pabrik produksinya ke dalam negeri, hal ini berpotensi menaikkan harga barang secara signifikan.
Pindahnya proses produksi ke AS memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk menyesuaikan rantai pasokan baru, seperti yang terlihat pada upaya Apple untuk memindahkan perakitannya ke India.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Bloomberg, kebijakan ini bisa berisiko bagi perusahaan yang telah terhubung dengan rantai pasokan global yang mapan.
Gedung Putih Dorong Perusahaan Teknologi untuk Berproduksi di AS
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, juga menegaskan bahwa pemerintah berencana untuk mendorong lebih banyak perusahaan teknologi untuk memindahkan proses manufaktur mereka ke AS.
Pemerintah AS dikatakan sudah mengamankan investasi dari perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, TSMC, dan Nvidia untuk memproduksi produk-produk mereka di dalam negeri.
Baca juga: Donald Trump Ancam Serang Iran kalau Tak Sepakat soal Nuklir
"Amerika tidak dapat bergantung pada Tiongkok untuk memproduksi teknologi penting seperti semikonduktor, chip, smartphone, dan laptop," ujar Leavitt dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email kepada Reuters.
Dengan begitu, meski kebijakan tarif ini memberikan pengecualian untuk beberapa produk, langkah jangka panjang yang diambil oleh pemerintah mungkin akan mendorong lebih banyak perusahaan.
Hal ini untuk memindahkan produksi mereka ke AS, meskipun ini berarti harga barang kemungkinan akan lebih mahal di pasaran.
(Serambinews.com/Gina Zahrina)
tarif impor
Kebijakan Tarif Impor AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Donald Trump
Presiden Amerika Serikat
Amazon
Jeff Bezos
CEO Amazon (AMZN) Jeff Bezos
Serambinews
Ribuan Warga Malaysia Turun ke Jalan, Tuntut PM Anwar Ibrahim Mundur |
![]() |
---|
Berapa Gaji Tentara Bayaran Rusia Seperti Eks Marinir Satria Kumbara? |
![]() |
---|
Berani Lawan Thailand, Ternyata Pasukan Khusus Kamboja Pernah Dilatih Prabowo dan Pelatih Kopassus |
![]() |
---|
Wajah Lain Jepang , Prostitusi Jalanan Sasar Turis Asing |
![]() |
---|
Tragis! Atap Sekolah di India Runtuh Saat Jam Belajar, 4 Tewas Belasan Luka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.