Sastra
Rindu yang tak Pernah Usai
Teman-teman menjerit seperti nonton film horor di bioskop murah. Tapi yang paling aneh adalah detak jantungku sendiri.
Sejak malam itu, aku mengerti. Bahwa semua orang menyimpan rindu. Tapi tak semua orang tahu cara mengucapkannya.
Bahwa luka paling dalam bukanlah kehilangan... tapi ketakutan untuk mengakui bahwa kita masih butuh pelukan.
Aku pun tidak lagi malu mengakui:
Aku kangen ibu. Setiap hari. Setiap waktu. Dan aku akan terus merindukannya. Sebab rindu itu bukan kelemahan. Tapi bukti bahwa aku punya seseorang yang mencintaiku tanpa syarat.
Dan kini, saat hujan datang...
Saat petir mengguncang jendela...
Aku tahu itu bukan amarah langit dan bukan amarah semesta…
Itu adalah isyarat... bahwa di balik awan, ada ibu yang sedang menyebut namaku dalam doanya.
Dan mungkin... ibu juga sedang merindukanku.
iiiiiiiibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…!!!!!!!!!!
*) Penulis adalah anggota kelas jurnalistik Putri Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Aceh, Besar
Email : ratueskuadrat@gmail.com

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.