Jurnalisme Warga

Indahnya Dreamlife Pantai Cemara, Lhoknga

Berdasarkan data tersebut maka Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena memiliki luas wilayah daratan dan perairan yang sangat besar.

Editor: mufti
IST
CHAIRUL BARIAH 

CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Kebangsaan Indonesia dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari  Lhoknga,  Aceh Besar

Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan daratan. Rasionya, 3:1. Luas laut negeri kita 3,27 juta kilometer persegi, sedangkan daratannya 1,9 juta kilometer persegi.

Berdasarkan data tersebut maka Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena memiliki luas wilayah daratan dan perairan yang sangat besar.

Aceh memiliki laut seluas  295.370 km⊃2;, terdiri atas 56.563 km⊃2; perairan teritorial dan kepulauan, serta 238.807 km⊃2; Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Memiliki panjang garis pantai seluas 2.817,9 km, Aceh juga dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam.

Destinasi wisata pantai di Aceh banyak dikagumi oleh wisatawan domestik dan mancanegara, seperti  Pulo Weh, Sabang. Keindahan pantainya membuat para turis terpesona. Lautnya  yang biru, pasir putihnya yang lembut dikelilingi pohon-pohon yang hijau, pemandangan yang asri sehingga sulit   untuk dilupakan, akan terus terkenang dan ingin kembali lagi ke Sabang.

Aceh Besar sebagai tetangga Banda Aceh juga memiliki tempat wisata yang tidak kalah menariknya seperti di Sabang, yaitu Pantai Cemara, kawasan Pulau Kapuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Menuju tempat ini sangatlah mudah karena tidak terlalu jauh dari jalan utama menuju Meulaboh dari arah Kota Banda Aceh.

Saya dan teman-teman dari Kampus Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki)  Bireuen secara khusus datang ke lokasi ini untuk ikut serta dalam rombongan mengantar pengantin pria  (intat linto baro) bernama Muhammad Ridwan yang menyunting kekasihnya, Bunga Devi. Acara pesta perkawinan sepasang raja dan ratu sehari ini berlangsung di area wisata Dreamlife Pantai Cemara  Lhoknga.

Linto baro adalah putra ketiga Bapak Amiruddin Idris dan Ibu Nuryani Rachman, pemilik Kampus Uniki Bireuen. Intat linto baro dan acara pesta berlangsung dalam suasana adat Aceh.

Intat linto baro   dalam masyarakat Aceh memiliki makna simbolik yang kuat, menunjukkan pengesahan hubungan pernikahan secara agama dan adat.

Siang itu rombongan kami disambut dengan tari ‘ranup lampuan’ oleh penari-penari yang cantik dan menawan, dilengkapi dengan pakaian adat Aceh. Tarian ini merupakan tarian penyambut tamu pada acara-acara resmi atau pesta perkawinan. Jumlah penari biasanya tujuh orang, satu berperan sebagai ratu, enam orang lagi sebagai dayang-dayang atau penari pengiring.

Setelah selesai upacara penyambutan dilanjutkan dengan acara adat, berupa tukar- menukar payung pengantin, sungkem kepada kedua orang tua, seserahan barang-barang yang dibawa oleh rombongan pengantin pria.

Setelah selesai acara adat kemudian  rombongan linto dijamu di ruang khusus besan, dengan jumlah terbatas, sesuai kapasitas ruangan.

Tamu utama yang menempati ruangan ini adalah linto baro, dara baro, ayah dan ibu  kedua mempelai, sanak saudara linto baro,  orang tua kampung, dan tamu pendamping lainnya.

Untuk rombongan yang lain dijamu di ruangan tempat resepsi, berada di sisi ruang utama. Uniknya, ruang makan ini berbatasan langsung dengan laut. Embusan angin laut menjadi penyejuk di tengah  teriknya  matahari. Pemandangan tertuju ke laut lepas  yang biru, membuat perasaan tenang dan sejuk.

Sambil menikmati hidangan yang disajikan, kami saling menyapa tamu-tamu yang hadir. Ada sebagian dari para pejabat provinsi dan daerah. Penampilan mereka sederhana, tapi elegan karena menyesuaikan dengan suasana pantai sebagai tempat acara.

Penataan ruang di lokasi acara ini sangat baik. Kursi dan meja simpel yang terbuat dari kayu berjejer dengan rapi, ditambah dengan hiasan bunga berwarna putih di setiap sudut, seakan kita sedang berada di alam mimpi, tapi ini nyata adanya.

Ada ‘photo booth’  dengan tiang-tiang putih yang dibentuk persegi silang di sisi laut,   dilingkari  bunga mawar putih dengan  dedaunan  hijau yang semakin menambah suasana asri di lautan yang tenang.

Nyamannya Dreamlife

Dreamlife Beach Cafe and Resto berada di  Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, memiliki bangunan dan perlengkapan yang  terbuat dari kayu, dindingnya dihiasi dengan ornamen-ornamen tradisional mirip seperti di Bali,    dengan suasana yang nyaman, asri, indah dan bersih merupakan tempat wisata yang wajib dikunjungi ketika kita berada di Banda Aceh atau Aceh Besar. 

Waktu tempuh menuju tempat ini hanya ± 35 menit dari Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh.

Suasana nyaman dan asri dengan desain interior yang didominasi elemen kayu dan batu alam, dan tanaman hias menjadikan kafe ini tampil beda dari yang lainnya sehingga menciptakan suasana  yang hangat, ramah, dan menyatu dengan alam sekitarnya.

Hiasan lampu gantung tradisional dari rotan memberikan pencahayaan sehingga menambah uniknya kafe ini.

Di sisi laut  sebelah selatan tersedia juga tempat spot foto di sebuah kapal kayu yang bertuliskan Dreamlife. Ini merupakan daya tarik tersendiri bagi para pengujung. Wisata yang berbatasan dengan laut lepas ini benar-benar asri dan menawan hati.

Kafe ini menyediakan fasilitas  untuk memanjakan pengujung seperti ayunan yang berada di sisi laut, dengan pasir putih sebagai permadaninya,   wisatawan  dapat bermain ayunan sambil menikmati embusan angin yang sepoi-sepo. Tempat ini juga menjadi incaran para penggemar  foto.

Selain itu, tersedia juga kursi malas untuk melepas lelah sambil bersantai ditemani angin laut yang lembut. Ada juga payung besar berwarna putih melindungi wisatawan dari terik matahari.

Yang tak kalah menariknya di kafe ini juga tersedia aneka kuliner dengan harga terjangkau. Ada aneka nasi, minuman aneka rasa, dan kue dengan varian  rasa. Kami juga sempat menikmati minuman segar dan pizza yang dipesan oleh   teman-teman dari Kampus Uniki di salah satu tempat kuliner di bagian barat tempat acara, sembari mengabadikan foto dokumen untuk kenang-kenangan  yang tidak boleh  lupa.

Kesempatan ini kami gunakan untuk duduk dan bincang-bincang  santai bersama unsur pimpinan Uniki. Ada Pak Rektor, para wakil rektor,  para dekan, kepala unit pelaksana teknis (UPT), dan beberapa orang karyawan.

Ketika kami sedang asyik bercerita, tiba-tiba ada panggilan dari ruang acara untuk foto bersama keluarga besar Uniki. Kami pun bergegas menuju ke tempat acara.

Setelah selesai foto bersama, kami lanjutkan berkeliling di sekitar lokasi pesta dan memilih tempat duduk untuk berdiskusi bersama teman-teman di sudut barat kafe  sambil menikmati minuman  yang menyegarkan plus sedikit makanan ringan.

Perbincangan hangat kami harus bubar karena acara telah berakhir dan waktu shalat zuhur sudah tiba.

Setelah saling berpamitan, kami kembali bergabung dengan rombongan masing-masing untuk melaksanakan shalat Zuhur dan persiapan kembali ke tempat asal kami, Bireuen.

Kenangan Dreamlife Pantai Cemara tak akan terlupakan, pantai yang indah, tenang,  dan menyejuk hati. Semoga ada kesempatan untuk kembali lagi ke tempat yang ‘ngangenin’ ini.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved