Kupi Beungoh
Mewujudkan Generasi Emas
Kompetensi calistung baru diajarkan secara formal saat peserta didik berada di jenjang Sekolah Dasar (SD).
Oleh: Dr. Ainal Mardhiah, S Ag, M.Ag
Mengutip Penjelasan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud), Harris Iskandar, pada perhelatan tahunan Sosialisasi dan Harmonisasi Bunda PAUD 2019, di Jakarta, Senin (1/4/2019), bahwa Penguasaan membaca, menulis dan berhitung (Calistung) bukan merupakan kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh para peserta didik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kompetensi calistung baru diajarkan secara formal saat peserta didik berada di jenjang Sekolah Dasar (SD).
Hasil Observasi, kita melihat bahwa ketika anak duduk di kelas 1 SD, anak didik mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, matematika, Pancasila, Seni dan Budaya, PJOK dan lain-lain. Semua pelajaran tersebut menuntuk anak didik mampu membaca, menulis, berhitung (Calistung).
Bagaimana anak didik mampu mengikuti semua pembelajaran tersebut, apabila di PAUD dan TK, anak didik tidak diwajibkan belajar Calistung (membaca, menulis dan berhitung). Akibat kebijakan ini yang terjadi kemudian, di SD murid stres, guru lelah.
Urgensi Belajar Sejak Dini
Menulis di waktu kecil seperti menulis di atas kertas putih mudah dan cepat, dengan demikian di usia dini (PAUD dan TK), pembelajaran CALISTUNG, pembelajaran praktek Shalat, membaca Al-Qur'an dan Sirah Nabawiyah harus menjadi yang utama atau diwajibkan.
Mengapa Harus di Wajibkan Belajar Calistung, Belajar Shalat, Membaca Al-Qur'an dan Sirah Nabawiyah Sejak Paud dan TK
Ada beberapa alasan;
Pertama, Secara fisiologis dalam tahap ini dorongan-dorongan aktifitas dan pertumbuhan cenderung bertahan (Wasty Suemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, Bina Aksara, 1984).
Sehingga ini adalah waktu yang tepat dan mudah untuk mengajarkan Calistung, Shalat dan Membaca Al-Qur'an pada anak, dan mudah bagi anak menguasainya, karena pertumbuhannya menopang dan mendukung anak mampu belajar dengan baik dan maksimal.
Pada umur ini sebagaimana menulis di atas kertas putih, mudah dan jelas, susah untuk di hapus, jikalau ada keinginan menghapus apa yang ditulis diatasnya maka dipastikan akan tetap tertinggal bekasnya yang sulit hilang.
Demikian juga dengan anak, semua pengalaman, pembelajaran yang di dapat anak pada waktu usia paud dan TK tentunya akan sangat sulit hilang, ia tetap akan ada bekas selamanya.
Seperti kita menulis di selembar kertas putih, lalu bapak ibu menghapuskan, pastinya tetap akan ada bekas yang jelas dapat kita lihat . Oleh karena itu pada usia dini anak-anak harus mendapatkan hal-hal yang positif, skiil dasar seperti Calistung, shalat, dan kemampuan membaca Al-Qur'an untuk menopang hidupnya, dan menjadi modal dasar baginya dalam menuntut ilmu di jenjang yang lebih tinggi.
Kedua, Menurut Wasty Soemanto, secara psikologis dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak dimulai dengan makin bertambahnya fungsi-fungsi indera anak untuk mengadakan pengamatan, sehingga memperkuat fungsi pengamatan pada anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada sa'at ini sangat didominasi oleh pengamatan.
Tentunya pada masa pengamatan ini, anak akan dapat maksimal dan mudah jika diajarkan Calistung, shalat dan membaca Al-Qur'an juga Sirah Nabi, Sirah Sahabat sebagai modal dasar bagi anak tentang aqidah, akhlak, dan skiil dasar baginya dalam menjalani kehidupan dan menjadi dasar baginya nanti belajar di tingkat yang lebih tinggi.
Revisi UUPA, Pengkhianatan di Balik Meja Legislatif yang Menjajah Hak Rakyat Aceh |
![]() |
---|
Baitul Mal Aceh: Masihkah Menjadi Lentera Umat? |
![]() |
---|
September Pendidikan Aceh: Hardikda, Darussalam, dan Jejak Abadi Prof. Safwan Idris |
![]() |
---|
CSR Sektor Ekstraktif dan Imajinasi Kesejahteraan Aceh |
![]() |
---|
Prospek Legalisasi Ganja untuk Terapi Medis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.