Konflik Palestina vs Israel

4 Warga Palestina Tewas saat Distribusi Bantuan di Gaza Ricuh, Terjepit di Kerumunan dan Luka Tembak

Ratusan warga Palestina menyerbu gudang makanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza, Rabu (28/5/2025).

Editor: Faisal Zamzami
Tangkap Layar Associated Press/Jehad Alshrafi
ISRAEL SERANG GAZA - Seorang pemuda Palestina memeluk jenazah adiknya yang terbunuh serangan udara Israel di Kota Gaza, Senin (21/4/2025). 

SERAMBINEWS.COM - Ratusan warga Palestina menyerbu gudang makanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza, Rabu (28/5/2025).

Dalam upaya putus asa untuk mendapatkan sesuatu untuk dimakan, mereka berteriak dan saling dorong serta menghancurkan bangunan agar bisa masuk.

Dua orang tewas terjepit di antara kerumunan, sementara dua lainnya tewas akibat luka tembak, kata pejabat di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa.

Puluhan pencari bantuan terlihat membawa karung-karung besar berisi tepung saat mereka berjuang keluar menuju sinar matahari di antara kerumunan orang yang berdesakan untuk masuk ke dalam.

Setiap karung tepung beratnya sekitar 25 kilogram.

"Empat orang tewas dalam kekacauan itu," kata pejabat rumah sakit, Kamis (29/5/2025), dilansir AP News.

Kematian itu terjadi sehari setelah kerumunan orang ditembaki saat menyerbu lokasi distribusi bantuan baru di Gaza yang didirikan oleh yayasan yang didukung Israel dan Amerika Serikat (AS).

Peristiwa itu menewaskan satu warga Palestina dan melukai 48 lainnya, kata Kementerian Kesehatan Gaza.

Militer Israel, yang menjaga lokasi itu dari jauh, mengatakan mereka hanya melepaskan tembakan peringatan untuk mengendalikan situasi.

Yayasan itu mengatakan kontraktor militernya yang menjaga lokasi itu tidak melepaskan tembakan.

Rumah sakit lapangan Palang Merah mengatakan 48 orang yang terluka menderita luka tembak, termasuk wanita dan anak-anak.

Di sisi lain, seorang utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa membandingkan bantuan terbatas yang diizinkan masuk ke Gaza dengan "sekoci penyelamat setelah kapal tenggelam."

Sigrid Kaag, penjabat koordinator khusus PBB untuk Timur Tengah, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa orang-orang yang menghadapi kelaparan di Gaza "telah kehilangan harapan."

"Daripada mengucapkan 'selamat tinggal,' warga Palestina di Gaza sekarang mengucapkan, 'Sampai jumpa di surga'," kata Kaag.

 
Program Pangan Dunia mengatakan "kebutuhan kemanusiaan telah meningkat tak terkendali" setelah blokade panjang Israel terhadap pasokan yang memasuki Gaza, yang dimulai pada awal Maret 2025 untuk menekan Hamas.

Duta Besar Palestina untuk PBB menangis saat berbicara tentang 1.300 anak yang terbunuh dan 4.000 lainnya terluka sejak Israel mengakhiri gencatan senjata terakhir pada bulan Maret, dan tentang para ibu yang terlihat "memeluk tubuh mereka yang tak bergerak, membelai rambut mereka, berbicara kepada mereka, dan meminta maaf kepada mereka."

Wael Tabsh, seorang pengungsi dari kota Khan Younis, mendesak para pemimpin dunia untuk membantu mengakhiri perang.

"Berapa lama penyiksaan ini akan berlangsung?" tanyanya.

Baca juga: Gudang Bantuan PBB di Gaza Diserbu Warga, Situasi Kemanusiaan Makin Mencekam

Tuduhan Israel pada PBB

Diberitakan Al Arabiya, Israel menuduh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Rabu berusaha memblokir distribusi bantuan Gaza.

Sementara, badan global itu mengatakan pihaknya melakukan segala upaya untuk memfasilitasi distribusi bantuan terbatas yang disetujui oleh otoritas Israel.

Masalah bantuan telah menjadi fokus tajam di tengah ketakutan akan kelaparan dan kritik keras terhadap blokade bantuan Israel dan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), kelompok bantuan swasta yang didukung AS yang telah melewati sistem yang dipimpin PBB yang telah lama ada di wilayah tersebut.

Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan kepada Dewan Keamanan, bantuan memasuki Gaza melalui truk - berdasarkan otorisasi terbatas oleh Israel di persimpangan Kerem Shalom - dan melalui "mekanisme distribusi baru yang dikembangkan dalam koordinasi dengan AS dan mitra internasional utama."

Danon merujuk pada operasi GHF, yang ia tuduh PBB "coba blokir," dan mengatakan operasi tersebut "menggunakan ancaman, intimidasi dan pembalasan terhadap LSM yang memilih untuk berpartisipasi dalam mekanisme kemanusiaan baru."

Sebagai informasi, pusat distribusi yang didukung Israel di luar kota paling selatan Gaza, Rafah, dibuka pada hari Senin oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang telah dijadwalkan oleh Israel untuk mengambil alih operasi bantuan.

Kerumunan warga Palestina menerobos pagar pada hari Selasa di sekitar lokasi distribusi tempat ribuan orang berkumpul.

Seorang wartawan Associated Press mendengar suara tembakan dan tank Israel serta melihat helikopter militer melepaskan tembakan.

PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya telah menolak sistem bantuan baru tersebut, dengan mengatakan bahwa sistem tersebut tidak akan mampu memberi makan 2,3 juta penduduk Gaza dan sistem tersebut memungkinkan Israel menggunakan makanan untuk mengendalikan populasi.

Mereka juga telah memperingatkan risiko gesekan antara pasukan Israel dan orang-orang yang mencari pasokan.

Perang Israel di Gaza telah menewaskan 54.249 warga Palestina dan melukai 123.492 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.

Baca juga: Senyum Ceria Jamaah Lansia Aceh Besar Jelang ke Tanah Suci, Ketua PPIH Ingatkan Jangan Fokus Belanja

Baca juga: VIDEO - Viral! Suami Suportif Hingga Gendong Istri Yang Lumpuh Untuk Hadiri Pelantikan P3K

Baca juga: Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya Sambut Kedatangan Bersejarah Presiden Macron di Candi Borobudur

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved