Meuseuraya Akbar 2025
Mapesa Gelar Khanduri Jeurat di Pidie, Tradisi di Aceh yang Hampir Punah
Khanduri Jeurat merupakan bagian dari upaya MAPESA untuk terus menghidupkan kembali tradisi-tradisi lokal yang hampir punah.
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM, PIDIE – Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA) menggelar kegiatan Meuseuraya Akbar 2025 berupa khanduri jeurat di Desa Cot Geunduek, Kecamatan Pidie, Rabu (28/5/2025).
Acara ini menjadi salah satu bentuk nyata pelestarian nilai-nilai budaya dan sejarah Aceh yang semakin digalakkan belakangan ini.
Dalam kesempatan tersebut, MAPESA bekerja sama dengan komunitas Beulangong Tanoh serta didukung oleh Kementerian Kebudayaan, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan Dana Indonesiana.
Selain meuseuraya, kegiatan ini juga dirangkai dengan pelaksanaan khanduri jeurat, yakni tradisi kenduri di makam leluhur sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk para pendahulu.
Baca juga: MAPESA Peringatkan Warisan Sejarah Pidie Sedang Dijarah, Meuseuraya Akbar 2025 Jadi Tindakan Nyata
Sebagai bagian dari prosesi adat tersebut, panitia menyajikan delapan paket besar kari daging sapi khas Pidie yang kemudian dibagikan secara gratis kepada masyarakat setempat dan para tamu undangan.
Makanan tersebut dimasak secara gotong royong dan disajikan untuk bersama.

Kari Pidie, makanan yang menjadi sajian utama dalam acara ini, merupakan kuliner khas daerah yang sangat lekat dengan identitas masyarakat Pidie.
Tidak seperti kari pada umumnya, kari Pidie memiliki ciri khas tersendiri, mulai dari teknik memasaknya yang lebih kompleks hingga perpaduan rempah-rempah lokal yang kaya aroma dan cita rasa.
Baca juga: Pidie Perkuat Identitas sebagai Pusat Peradaban Islam di Asia Tenggara
Kuahnya yang kental berwarna kuning keemasan berasal dari paduan kunyit dan santan, serta disempurnakan dengan rempah-rempah seperti ketumbar, jintan, cengkeh, kayu manis, kapulaga, dan pala.
Ketua Panitia, Iskandar Tungang, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya MAPESA untuk terus menghidupkan kembali tradisi-tradisi lokal yang hampir punah.
Khanduri jeurat yang diadakan kali ini menjadi momen penting karena dilakukan secara besar-besaran dan melibatkan banyak pihak, baik dari unsur masyarakat adat, tokoh pemuda, hingga instansi pemerintah.

“Ini merupakan Khanduri jeurat pertama yang kami lakukan yang melibatkan banyak orang dengan paket besar.
Kami ingin menjadikan kegiatan seperti ini sebagai ruang kolaborasi lintas generasi dalam mengenang dan memuliakan warisan leluhur.
Semoga ke depan, acara ini bisa menjadi agenda tahunan MAPESA dalam menjalankan misi pelestarian budaya dan sejarah Aceh,” ujar Iskandar saat diwawancarai di sela-sela kegiatan.
Baca juga: Saat Murid SD dan MI Antusias Mengikuti Tur Anak Meuseuraya Akbar di Situs Sejarah di Pidie
Dengan pelaksanaan Meuseuraya Akbar dan Khanduri Jeurat kali ini, MAPESA berharap dapat menginspirasi komunitas lain di seluruh Aceh untuk terus menjaga dan merawat warisan budaya, baik yang bersifat fisik seperti situs bersejarah, maupun yang bersifat tak benda seperti tradisi dan kearifan lokal.(*)
MAPESA Peringatkan Warisan Sejarah Pidie Sedang Dijarah, Meuseuraya Akbar 2025 Jadi Tindakan Nyata |
![]() |
---|
Libatkan 14 Tim Perumus, Meuseuraya Akbar Lahirkan Tujuh Rekomendasi dalam Duek Pakat |
![]() |
---|
Pidie Perkuat Identitas sebagai Pusat Peradaban Islam di Asia Tenggara |
![]() |
---|
Mapesa Canangkan Desa Cot Geunduek sebagai Gampong Warisan Sejarah Aceh, ini Alasannya |
![]() |
---|
Temuan Baru Mapesa Dalam Kompleks Pemakaman di Cot Geunduek, Ternyata Penguasa Pelabuhan di Pidie |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.