Jurnalisme Warga
Taman Pala Tapaktuan Simbol Kebangkitan Ekonomi Kreatif Berbasis Wisata
Di balik keindahan alam dan religi yang ditawarkan, Taman Pala menjadi episentrum peredaran uang para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM
Dr. RITA MEUTIA, S.E., M.Si., Ak., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, melaporkan dari Tapaktuan, Acer Selatan
Taman Pala Tapaktuan dengan pesona pantainya yang memikat dan masjid terapung yang ikonik, telah menjelma bukan hanya sebagai destinasi wisata, melainkan juga sebagai jantung pergerakan ekonomi kreatif di Kabupaten Aceh Selatan.
Di balik keindahan alam dan religi yang ditawarkan, Taman Pala menjadi episentrum peredaran uang para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menghidupkan denyut nadi perekonomian lokal.
Fenomena ini layak dilihat sebagai contoh nyata bagaimana integrasi antara pariwisata dan UMKM dapat menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan.
Sebagai kawasan yang memadukan unsur alam, religi, dan kuliner, Taman Pala berhasil menarik kedatangan ribuan wisatawan setiap tahunnya.
Namun, yang lebih penting adalah perannya sebagai "pasar rakyat" modern. Deretan warung kuliner, pedagang cenderamata, dan jasa wisata yang dijalankan oleh pelaku UMKM menjadi magnet utama bagi pengunjung.
Setiap transaksi yang terjadi di sini tidak hanya sekadar pertukaran barang/jasa, tetapi juga aliran dana yang terus bergulir antarpelaku ekonomi.
UMKM di Taman Pala tidak hanya menjual produk, tetapi juga menciptakan rantai pasok yang melibatkan petani lokal (bahan baku kuliner), pengrajin (suvenir), hingga penyedia jasa transportasi. Misalnya, penjual kopi khas Gayo tidak hanya meraup keuntungan dari wisatawan, tetapi juga membeli biji kopi dari petani di dataran tinggi Aceh.
Aliran uang ini kemudian didistribusikan kembali ke sektor lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur melalui konsumsi rumah tangga.
Multiplier effect
Ekonomi sirkular yang tercipta di Taman Pala Tapaktuan adalah contoh nyata ‘multiplier effect’ yang dihasilkan UMKM. Setiap Rp1.000 yang dibelanjakan wisatawan di warung makan misalnya, tidak berhenti di kasir UMKM. Uang tersebut digunakan untuk membayar suplier ikan dari nelayan setempat, membeli sayuran dari pasar tradisional, atau membayar upah pekerja.
Penelitian Bank Indonesia (2022) menyebutkan, setiap Rp1 miliar yang diinvestasikan di sektor UMKM mampu menciptakan dampak berganda (multiplier effect) hingga 3-4 kali lipat bagi perekonomian regional.
Di Tapaktuan, efek ini diperkuat oleh karakter masyarakat yang cenderung memprioritaskan transaksi lokal. Pelaku UMKM di Taman Pala jarang bergantung pada bahan baku impor atau produk luar daerah. Ikan segar dari laut Aceh Selatan, rempah-rempah dari kebun warga, dan kerajinan tangan berbahan kayu lokal menjadi komoditas utama.
Dengan demikian, perputaran uang tetap terjaga dalam ekosistem Tapaktuan dan ini mengurangi kebocoran ekonomi ke daerah lain.
Penyangga krisis
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.