Kesehatan

dr Boyke: Pisahkan Tidur Anak Sejak Dini, Kasus Ini Bukti Akibatnya Bisa Trauma Seumur Hidup

dr Boyke menyarankan agar sebaiknya anak harus dipisahkan tidurnya dari orang tua ketika dia memasuki usia dua tahun.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
YT Kacamata dr Boyke
dr Boyke mengungkapkan sebuah kasus nyata yang cukup mengejutkan, di mana seorang anak mengalami trauma mendalam hingga tidak ingin menikah akibat tidak dipisahkan tidurnya selama bertahun-tahun oleh orangtuanya. 

SERAMBINEWS.COM - Dokter spesialis kesehatan reproduksi, dr Boyke Dian Nugraha, menekankan pentingnya memisahkan tempat tidur anak sejak memasuki usia dua tahun, hal tersebut diungkap dr Boyke dalam sebuah wawancara bersama Andre Taulany di channel YouTube Taulany TV. 

dr Boyke mengungkapkan sebuah kasus nyata yang cukup mengejutkan, di mana seorang anak mengalami trauma mendalam hingga tidak ingin menikah setelah mendengar jeritan orang tuanya saat hubungan intim selama bertahun-tahun.

Trauma tersebut terus tumbuh lantaran sang anak tidak dipisahkan tidurnya.

“Anak ini tidur satu kamar dengan orang tuanya sampai usia lima tahun. Setiap malam dia mendengar ibunya berteriak-teriak. Tapi bukan karena sakit, padahal teriakan ibunya karena enak, dan si anak ini belum bisa memahami hal itu,” jelas dr Boyke.

Pengalaman tersebut begitu membekas dalam ingatan si anak hingga menimbulkan ketakutan terhadap hubungan seksual, dan akhirnya membuatnya enggan untuk menikah.

Lebih lanjut, dr Boyke menyarankan agar sebaiknya anak harus dipisahkan tidurnya dari orang tua ketika dia memasuki usia dua tahun.

Baca juga: Kisah Tragis Anak Korban Inses, dr Boyke: Semua Berawal dari Kurangnya Edukasi Seksual Sejak Dini

"Pokoknya itu tadi, upayakan kalau udah dua tahun dipisah tidurnya sama orang tua," tegas dr Boyke.

Sementara anak laki-laki dan perempuan sebaiknya mulai dipisahkan tempat tidurnya sejak usia enam tahun ke atas.

"Dan anak laki-laki dan perempuan kalau udah enam tahun ke atas tidak boleh disamakan tidurnya," lanjut dr Boyke.

dr Boyke menjelaskan bahwa edukasi seksual bukan berarti mengajarkan seks secara gamblang, melainkan memperkenalkan anak pada batas tubuh, privasi, dan konsep rasa malu secara sehat. Menurutnya, proses ini bisa dimulai sejak anak mulai bertanya.

“Ketika anak sudah bisa bertanya, itu waktu yang tepat untuk mulai memberi pemahaman sesuai usianya. Salah satu caranya adalah dengan tidak membiarkan anak tidur sekamar terlalu lama dengan orang tua,” katanya.

Baca juga: Jadi Ani Ani Ternyata Ada Kursusnya! Dr Boyke Ungkap Trik Jadi Perempuan Idaman Pria Zaman Sekarang

Risiko Kurangnya Edukasi Seksual: Dari Trauma Hingga Inses

Tidak hanya soal trauma, dr Boyke juga mengingatkan bahwa minimnya edukasi seksual dalam keluarga bisa berujung pada kasus-kasus serius seperti inses atau hubungan sedarah.

Ia menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus, inses terjadi dalam keluarga besar yang tinggal bersama dalam satu atap dan minim pengawasan.

“Hubungan inses itu bisa terjadi antara ayah dan anak, ibu dan anak laki-laki, kakak adik kandung, bahkan paman dan keponakan. Dan kalau ini terjadi, anak hasil hubungan tersebut sangat berisiko mengalami kelainan genetik karena bertemunya gen-gen lemah,” ujar dr Boyke.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved