Ekonomi

IHSG Tertekan, Pasar Dunia Bergejolak! Ketegangan Global & Ekonomi Lesu Bayangi Bursa

 “Setelah menguji level support di 7.100, IHSG berpotensi mengalami teknikal rebound dalam jangka pendek hari ini,” ungkap Head of Retail Research BNI

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Amirullah
ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/tom/am
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan Kamis pagi (19/6/2025) dengan tekanan. Pekerja melihat gawainya di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). 

 Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,50 persen, dengan suku bunga Deposit Facility tetap di 4,75 persen dan Lending Facility di 6,25 persen.

Baca juga: Kabar Gembira! BSU BPJS Ketenagakerjaan 2025 Mulai Cair Bulan Ini, Cek Syarat dan Status Penerima

 Keputusan ini mencerminkan upaya menjaga stabilitas rupiah dan pengendalian inflasi di tengah ketidakpastian global.

Dari kawasan Eropa, inflasi Inggris pada Mei 2025 tercatat sebesar 3,4 persen secara tahunan (yoy), sedikit melandai dari 3,5 persen pada bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar.

Di Euro Area, inflasi juga menunjukkan tren menurun menjadi 1,9 persen yoy, dari sebelumnya 2,2 persen pada April 2025.

Sementara itu di Asia, Jepang mencatatkan penurunan ekspor sebesar 1,7 persen yoy pada Mei 2025. Ini merupakan kontraksi pertama dalam delapan bulan terakhir, mencerminkan pelemahan permintaan global yang masih membayangi kinerja perdagangan Negeri Sakura.

Pasar saham global ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (18/6/2025), dengan mayoritas indeks di Eropa dan Amerika Serikat mencatatkan pelemahan, sementara bursa Asia pagi ini juga dibuka di zona merah.

Dari Eropa, hanya indeks FTSE 100 Inggris yang berhasil mencatat kenaikan tipis sebesar 0,11 persen.

Baca juga: ARSIP Berita Serambi - Ketika Soetardji Serahkan Peta Perbatasan Aceh-Sumut, Ke Mana 4 Pulau Itu?

Sementara itu, indeks Euro Stoxx 50 melemah 0,36 persen, indeks DAX Jerman turun 0,50 persen, dan indeks CAC 40 Prancis ikut tertekan sebesar 0,36 persen.

Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap arah kebijakan suku bunga dan kondisi ekonomi regional.

Di Wall Street, tekanan jual juga masih membayangi. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 1,0 persen ke level 42.171,79. Indeks S&P 500 juga melemah tipis 0,03 persen dan berakhir di 5.980,97.

Satu-satunya indeks utama yang menguat adalah Nasdaq Composite, yang naik 0,61 persen ke level 19.546,83, didorong oleh sektor teknologi.

Sementara itu, bursa saham regional Asia pagi ini juga dibuka melemah. Indeks Nikkei Jepang tergelincir 302,65 poin atau 0,78 persen ke posisi 38.585,50.

Indeks Shanghai turun 11,69 poin atau 0,35 persen ke 3.377,76, Hang Seng Hong Kong merosot 238,69 poin atau 1,01 persen ke level 24.048,00, dan indeks Strait Times Singapura terkoreksi 11,28 poin atau 0,30 persen ke 3.909,33.

Baca juga: Dulu Janji Perdamaian Global,Tapi Justru Serangan Rudal yang Datang! Strategi Trump Gagal Total?

Kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang masih diliputi kehati-hatian di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter global, tensi geopolitik, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang melambat.

(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved