Berita Internasional

Amerika Memanas: Mengapa Selat Hormuz Jadi Titik Panas Dunia, Apa Dampaknya Jika Ditutup Iran?

Apa yang akan terjadi pada harga bahan bakar, ekonomi global, dan kehidupan sehari- hari kita jika Selat Hormuz benar ditutup?

Penulis: Gina Zahrina | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/US CENTCOM
SELAT HORMUZ - Arsip foto saat, Komando Pusat AS (CENTCOM) mengkonfirmasi pada hari Senin bahwa kelompok penyerang AS yang dipimpin oleh kapal induk USS Dwight D. Eisenhower melewati Selat Hormuz menuju perairan Teluk. Jika Iran benar menutup Selat Hormuz, apa dampaknya terhadap dunia? Berikut penjelasan lengkapnya. 

SERAMINEWS.COM - Selat Hormuz, sebuah jalur laut sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab kini sedang menjadi pusat perhatian dunia.

Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah akhir- akhir ini semakin memanas setlah Parlemen Iran menyetujui rencana penutupan Selat Hormuz sebagai respons atas serangan militer Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.

Ancaman terhadap Selat Hormuz ini bukan hanya sekedar retorika politik, melainkan sebuah sinyal serius yang bisa mengguncang pasar energi global dan mengubah peta ekonomi dunia secara dramatis.

Bayangkan jika jalur pelayaran yang mengalirkan hampir 20 persen minyak dunia tiba- tiba tertutup rapat.

Apa yang akan terjadi pada harga bahan bakar, ekonomi global, dan kehidupan sehari- hari kita jika Selat Hormuz benar ditutup?

Inilah sebabnya yang mungkin mengapa Selat Hormuz menjadi titik panas yang rus dipantau oleh pemerintah dan pelaku bisnis di seluruh dunia.

Baca juga: Donald Trump: Jika Iran Balas Bombardir Amerika Serikat, Dirinya Siapkan Serangan Lebih Besar

Apa itu Selat Hormuz dan mengapa Penting?

Menelusuri sumber Kompas.id, Selat Hormuz adalah jalur laut sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab.

Letaknya yang strategis, membentang antara Iran di utara dan Oman serta Uni Arab di selatan.

Meskipun lebarnya hanya sekitaran 33 kilometer di titik tersempit, selat ini menjadi jalur utama dalam pengiriman minyak dunia.

Menurut Badan Informasi Energi AS (AIE), setiap harinya, terdapat lebih dari 20 juta barel minyak mentah yang melewati selat Hormuz.

Angka ini jika diperkirakan setara dengan sekitar 20 persen dari konsumsi minyak dunia dan hampir 83 persen diantaranya ditunjukan untuk pasar Asia.

Selainitu, selat ini juga dilalui oleh kapal pengangkut gas alam cair (LNG) dari Qatar dan Oman, yang merupakan dua dari sepuluh ekspotir LNG terbesar di dunia.

Baca juga: Putin Peringatkan Perang Dunia 3 Apa Sebabnya? Ketegangan Israel-Iran dan Ukraina Meningkat Tajam

Siapa yang Paling Terdampak Jika Selat Hormuz Ditutup?

Penutupan Selat Hormuz akan mengguncang pasar energi dunia. Menurut penelitian dari lembaga kajian Vortexa, seperti dikutip dari BBC pada (20/6/2025), negara- negara seperti Arab Saudi, Irak, Kuwait, Iran, dan UEA, yang sangat bergantung terhadap ekspor minyak lewat jalur ini, akan kehilangan pendapatan miliaran dolar per hari.

Di sisi lain seperti negara pengimpor China, India, Jepang, dan Korea Selatan akan menghadapi risiko besar dalam pasokan energi.

Bahkan negara Amerika Serikat, meski kini lenih mandiri secara energi, tetap mengimpor sekitar 700.000 barel per hari melalui Selat Hormuz.

Kapal- kapal berbendera Panama seperti Liberia, dan Kepulauan Marshal, serta kapal milik perusahaan pelayaran Yunani, Jepang, dan China, juga akan terkena dampak langsung jika jalur ini terganggu.

Penutupan Selat Hormuz yang strategis sedang ditinjau secara serius oleh Iran, menurut laporan media lokal yang mengutip pernyataan Esmail Kosari, anggota komisi keamanan parlemen.
PETA SELAT HORMUZ - Penutupan Selat Hormuz yang strategis sedang ditinjau secara serius oleh Iran, menurut laporan media lokal yang mengutip pernyataan Esmail Kosari, anggota komisi keamanan parlemen. (SERAMBINEWS.COM/Al Jazeera)

Sementara itu, Apa Dampaknya bagi Dunia?

Jika Selat Hormuz ditutup, harga minyak global bisa melonjak di atas 100 dolar AS per barel.

Biaya energi yang naik, inflasi meningkat, dan harga barang kebutuhan pokok pokok bisa melambung tinggi.

Selain itu, gangguan rantai pasokan global akan memicu keterlambatan impor bahan baku dan barang jadi.

Tak lupa, asuransi pengiriman juga akan naik, yang memicu lonjakan biaya logistik internasional. Pasar saham bisa bergejolak dan menciptakan ketidakpastian ekonomi di berbagai belahan dunia.

Baca juga: Amerika Serang Iran Makin Panas, Donald Trump Klaim Nuklir dan Dukung Israel, Iran Gugat AS ke IAEA

Apa Ancaman Penutupan Ini Nyata?

Iran memiliki sejarah panjang dalam menggunakan Selat Hormuz sebagai alat tawar politik

Meskipun belum pernah benar- benar menutupnya, negara ini telah beberapa kali menyita kapal, mengancam jalur pelayaran, hingga melakukan serangan terhadap kapal tanker di sekitar perairan.

Ancaman terbaru Iran menyusul serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklirnya pada (22/6/2025).

Iran juga menyebutkan bahwa jika AS dan sekutunya secara aktif terlibat dalam konflik, maka penutupan Selat Hormuz adalah hak sah mereka sebagai bentuk tekanan, sebagaimana dikutip dari Newsweek (19/6/2025).

Penutupan Selat Hormuz bisa berpontensi memicu konflik militer skala besar yang melibatkan kekuatan besar dunia seperti AS, Eropa, dan negara- negara Teluk.

Aliansi Nato juga bisa tersert ke dalam konflik ini jika ketegangan terus berlanjut.

Jika dari sisi ekonomi, dampak dari konflik ini bisa mengarah ke resesi global terutama jika krisis berkepanjangan dan pasokan energi terganggu dalam waktu yang lama.

Selat Hormuz bukan sekadar jalur pelayaran, melainkan urat nadi energi dunia. Ancaman penutupannya oleh Iran menunjukkan betapa rentannya sistem perdagangan global terhadap konflik geopolitik.

Meski Selat Hormuz belum benar-benar ditutup, dunia kini berada dalam ketegangan tinggi yang bisa mengubah peta politik dan ekonomi global dalam waktu singkat. Menjaga stabilitas di kawasan ini bukan hanya kepentingan regional, tapi juga kepentingan dunia.\

(Serambinews.com/Gina Zahrina)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved