Berita Lhoksemawe

Dari Dedaunan Jadi Harapan: UMKM Ecoprint Binaan BI Lhokseumawe Bersinar di FESyar Sumatera 2025

Sebuah booth bertajuk "Kemilau Lhokseumawe" menyuguhkan karya-karya kreatif yang mencerminkan keindahan budaya Aceh.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FIRDHA USTIN
Dewi Malahayati, pemilik UMKM Ija Lhee Sagoe (ILS) asal Lhokseumawe, Aceh, tengah menampilkan produk unggulannya yakni shall ecoprint di Booth Pameran Festival Ekonomi Syariah (fesyar) Sumatera 2025, di Lampung City Mall, Minggu (22/6/2025). 

SERAMBINEWS.COM - Sekat kecil berukuran dua kali dua meter itu tak henti dikunjungi orang. Bukan karena kemewahannya, melainkan karena pesonanya.

Satu diantara sudut Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumatera 2025 di Lampung City Mall, Minggu (23/6/2025), sebuah booth bertajuk "Kemilau Lhokseumawe" menyuguhkan karya-karya kreatif yang mencerminkan keindahan budaya Aceh.

Namun satu yang menarik perhatian, produk ecoprint dari UMKM Ija Lhee Sagoe (ILS) milik Dewi Malahayati, yang tampil dengan elegansi alami, kain putih yang berubah menjadi selendang bermotif daun asli, menggunakan teknik pewarnaan alami dan ramah lingkungan.

“Saya awalnya hanya penjahit rumahan. Tapi karena ikut pelatihan ecoprint sekitar tiga tahun lalu, saya jatuh cinta. Dari situ mulai belajar serius,” tutur Dewi saat saya wawancarai langsung di booth.

Dewi adalah satu dari empat pelaku UMKM binaan Bank Indonesia Lhokseumawe yang tampil di ajang ini. Bersama Ingin Jaya Ulee Madon (tas bordir), By Lilu (scarf dan hijab), dan Bungong Jaroe (tenun Aceh Timur), mereka menjadi representasi wajah kreatif Lhokseumawe.

UMKM Kemilau Lhokseumawe
Warga Lampung memadari booth UMKM Kemilau Lhokseumawe di Lampung City Mall, mereka tertarik membeli ecoprint dan tas Aceh yang dipamerkan, Minggu (23/6/2025).

Menurut Dewi, usahanya mendapat perhatian BI sejak ia memenangkan lomba busana muslim tingkat wilayah.

Baca juga: Takjub dengan Produk Kerajinan, Ketua IAD Siap Promosikan UMKM Aceh Besar Tembus Pasar Nasional

Dari sana, ILS kemudian resmi menjadi UMKM binaan.

“Kami dapat pelatihan, bantuan alat produksi seperti mesin jahit dan obras, hingga pelatihan kualitas produk. Itu sangat membantu,” katanya.

Kini, ILS memiliki 12 pekerja khusus ecoprint, serta 3 pengrajin bordir rumahan yang tergabung dalam jaringan produksinya.

Aneka produk UMKM Ija Lhee Sagoe
Aneka produk UMKM Ija Lhee Sagoe, seperti produk pashmina hijab Ecoprint buatan Dewi Malahayati tampil di booth pameran Fesyar Sumatera 2025.

“Sistemnya di rumah masing-masing kalau untuk bordir, hasil akhirnya dikumpulkan di saya. Ini membantu ibu-ibu sekitar juga punya penghasilan,” tambahnya.

Produk ecoprint ILS yang ditampilkan di FESyar 2025 dihargai antara Rp150 ribu hingga Rp500 ribu, sementara varian premium seperti tenun songket bisa mencapai Rp5 juta.

Dalam proses produksinya, produk ecoprint hanya dalam dua hari, timnya bisa menghasilkan 60 lembar kain ecoprint.

Baca juga: Wow! Perputaran Uang di Abdya selama TTG & Expo UMKM Capai Rp 3 Miliar, Begini Hitung-hitungan Kadin

Dewi mengakui bahwa tren ecoprint di Aceh sempat viral namun kini melandai.

Meski begitu, di level nasional bahkan internasional, ecoprint tetap menjadi pilihan fashion ramah lingkungan yang terus dicari.

“Ecoprint bukan tren lagi, tapi sudah jadi kebutuhan. Semua orang ingin kembali ke alam, dan produk ini menjawab itu,” jelasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved