Kupi Beungoh

Makna Tahun Baru Hijriyah dan Rahasia Bulan Muharram

Karena itu, perjalanan setiap Muslim ke berbagai tempat seringkali disebut dengan Fattah, fathumakkah, Fathul Andalus.

Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Ketua Prodi PAI STAI Nusantara Banda Aceh, Tgk Zikrullah Nuzuli SPd MPd 

Oleh: Tgk Zikrullah Nuzuli, S.Pd., M.Pd

TANPA terasa kita telah menjalani beragam aktivitas dalam konteks berkehidupan di muka bumi ini, telah mengantarkan pula kita selain ke beragam tempat, juga perjalanan waktu yang tak terasa terkadang telah melampaui bulan ke bulan, tahun ke tahun, bahkan uniknya.

Tak terasa pula bahwa saat kita beraktivitas kini, waktu tahunan dalam penanggalan Hijriah pun telah berganti.

Sekarang telah kita masuki tahun 1447 hijriah. Tepatnya kita berada di bulan Al-muharam bulan pertama yang mengawali penanggalan Hijriyah.

Ada hal yang sangat penting barangkali untuk kita semua sadari bahwa penetapan tahun Hijriyah itu bukan sekedar memberikan kesan perubahan tanggal, menunjukkan waktu-watu yang ditetapkan dalam sistem penanggalan Islami, khususnya di era Umar bin Khattab RA atas usulan, salah satunya sahabat Ali bin Abi Thalib RA.

Lebih dari pada itu penetapan momentum hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Yastrib yang kelak menjadi Al-madinah al-muwwarah suasana kota yang menginspirasi, yang mencerahkan, yang berkemajuan, seakan memberi kesan kepada kita bahwa setiap kita melangkah kapanpun itu, dimanapun itu, umat Islam itu dengan petunjuk yang Allah berikan kepada mereka.

Kurikulum kehidupan yang didesain sempurna mesti memberikan warna-warna kehidupan yang mencerahkan, bersumbangsih dalam segala hal yang positif, merubah sesuatu yang tertinggal menjadi berkemajuan, merubah sesuatu yang cenderung redup, gelap menjadi sesuatu yang terang dan mencerahkan.

Merubah suasana yang sulit menjadi lapang. Itulah ciri khas Muslim dengan membawa tuntunan islami.

Karena itu, perjalanan setiap Muslim ke berbagai tempat seringkali disebut dengan Fattah, fathumakkah, Fathul Andalus.

Selalu menggunakan kata Fathu, “inna fatahna laka fatham mubina”, “ Idha ja a nashrullahi walfaht”.

Fattah itu bukan ekspansi, tapi Fattah lebih kepada membuka segala ruang-ruang kebaikan, membuka segala jenis kemuliaan yang mungkin didapatkan.

Karena itu Allah memiliki nama Alfattah yang membuka segala ruang kemuliaan yang membuka segala yang sulit, menjadi ringan dan mudah, serta membuka segala peluang-peluang yang terbaik untuk hamba-hambanya.

Hijrah juga dipahami dalam hadis Nabi SAW adalah meninggalkan segala yang kurang baik, menuju kepada setiap yang mulia, meninggalkan yang salah, yang terlarang menuju yang saleh yang dianjurkan walhijratu dan hijrah itu esensinya ialah berpindah

 “man hajara maa nahallahu anhu” bagi siapapun yang mampu berpindah dari keadaan yang dilarang oleh Allah, yang tidak disukai oleh Allah dan Rasul-nya kepada segala hal yang direstui oleh Allah dan rasulnya SAW.

Maka segala yang dilarang itu singkatnya disebut dengan Muharram.

Bertutur yang tidak baik itu dilarang muharam, mendengar yang tidak elok itu dilarang Muharram, berzina korupsi, menipu, membunuh, merampok, membuat Hoax, menghadirkan segala bentuk tindakan kontraproduktif yang negatif itu dilarang itu adalah Muharram, hukumnya Haram.

Jika kita ingin menjadikan semua itu sebagai landasan dan waktu serta momentum untuk memulai meninggalkan segala yang dilarang itu, maka rumus cepatnya tambahkan Aliflam di depan kata Muharam, sehingga katanya berubah menjadi Al-Muharam.

Bulan pertama di tahun Hijriyah diberi nama dengan Al-muharam, bukan sekadar ingin menunjuk waktu yang telah berubah berganti bulannya, berganti tahunnya, tidak!!!

Esensinya, ini ingin memberikan pelajaran yang dalam kepada kita semua.

Jika kita ingin berhijrah menuju sifat-sifat yang mulia yang direstui oleh Allah dan Rasul-nya, maka mulailah dengan meninggalkan segala yang Allah dan Rasul-Nya larang, maka dengan itu akan terbuka semua peluang-peluang kebaikan yang mampu dilakukan oleh seluruh bagian tubuh kita. 

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1447 Hijrah. Semoga dengan itu mampu merubah diri kita menjadi lebih baik dan mengantarkan kita pada kesholehan yang paripurna. Itulah esensi hijrah yang sesungguhnya. (*)

*) PENULIS adalah Ketua Prodi PAI STAI Nusantara Banda Aceh

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved