Kupi Beungoh
Revolusi Langit Dimulai: 1 Muharram, Ulama dan Umara Aceh Barat Bersatu Dalam Taat
Ada yang menarik pada 1 Muharram 1447 H di Masjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh, Aceh Barat.
Tapi Aceh Barat juga punya harga diri. Maka wisata syariah jadi pilihan logis.
Pantainya tetap biru, tetapi tidak abu-abu dalam pergaulan. Liburan tetap seru, tetapi tak perlu malu.
Iman tidak menghalangi kebahagiaan, justru membingkainya. Menikmati angin laut sambil menjaga aurat bukan sesuatu yang kuno. Itu keren.
Yang kuno itu justru yang pulang liburan dengan kulit terbakar dan dosa bertumpuk.
Keuchik, Dari Tanda Tangan ke Tanggung Jawab, Arah perubahan ini juga menyentuh level pemerintahan paling bawah, para keuchik.
Dulu sibuk urus proposal, sekarang mereka diminta menandatangani komitmen moral. Ini bukan sekadar bubuhan tinta, tetapi semacam ba’iat kecil.
Bahwa jabatan bukan tempat menggali keuntungan, tetapi ladang pengabdian.
Tangan yang dulu akrab mengatur dana, kini mulai akrab mengatur nurani.
Baca juga: Makna Tahun Baru Hijriyah dan Rahasia Bulan Muharram
Huruf Hijaiyah di Tengah Matematika, Di bidang pendidikan, ada juga pembaruan halus tetapi penting.
Mengaji di sekolah bukan hal baru, tetapi kini lebih ditekankan.
Karena anak-anak kita kadang sudah hafal rumus Pitagoras, tetapi belum tentu tahu perbedaan Al-Fatihah dan Al-Baqarah.
Maka pengenalan huruf hijaiyah sejak dini bukan tambahan beban, melainkan fondasi iman. Karena kalau fondasi spiritualnya kuat, maka bangunan akhlaknya akan kokoh.
Satgas Pageu Gampong, Penjaga yang Berdzikir, Gampong-gampong di Aceh Barat juga punya garda terdepan yang diam tetapi bekerja, Satgas Pageu Gampong.
Mereka bukan polisi moral yang galak, melainkan sahabat spiritual yang sopan. Kalau ada remaja yang lupa waktu, mereka datang bukan dengan pentungan, tetapi dengan sapaan.
Kalau ada warga lupa diri, mereka rangkul.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.