Kupi Beungoh
Revolusi Langit Dimulai: 1 Muharram, Ulama dan Umara Aceh Barat Bersatu Dalam Taat
Ada yang menarik pada 1 Muharram 1447 H di Masjid Agung Baitul Makmur, Meulaboh, Aceh Barat.
Mereka bukan cuma pegang senter, tetapi juga pegang tasbih. Menjaga malam bukan sekadar menegur, tetapi menenteramkan.
Muzakarah Ulama, Hikmah Duduk Bersama
Di balik semua gerak ini, ada kekuatan utama, ulama. Di zaman debat tak selesai-selesai di media sosial, para ulama di Aceh Barat memilih duduk satu meja.
Mereka tidak saling sindir, tetapi saling menguatkan.
Maka hasil muzakarah bukan hanya notulen, melainkan arah.
Syariat tak lagi hanya bahan khutbah, tetapi menjadi dasar kebijakan. Karena kalau agama hanya jadi retorika di mimbar, realitas akan tetap kosong.
Syariat Tak Kaku, Tapi Mengakar
Tentu saja, ada yang masih sinis. “Ini Islam garis keras,” katanya. Bukan. Ini Islam garis lurus. Tidak ke kiri, tidak ke kanan. Tidak memaksa, tetapi mengajak.
Tidak menakuti, tetapi menuntun. Dari Magrib Mengaji sampai Wisata Syariah, semua bukan bentuk pengekangan, tetapi penyelamatan.
Supaya kita tetap berada di atas rel iman, meski dunia sedang ngebut ke arah sebaliknya.
Dan kalau sudah ada instruksi tetapi masih membandel, ya tinggal tunggu tanggal mainnya. Semesta kadang lebih tegas daripada pejabat.
Penutup, Dari Kertas ke Sajadah
Di negeri ini, terlalu banyak kebijakan yang hidup di atas kertas, tetapi mati di bawah meja.
Namun di Aceh Barat, sebagian kebijakan mulai hidup di atas sajadah. Dan itu patut disyukuri.
Kita mungkin belum jadi negeri surga, tetapi setidaknya, kita sudah ingat jalan pulang ke sana.
*) PENULIS adalah Pimpinan Dayah Zudi Aceh Barat, Ketua Tanfidziyah PCNU Aceh Barat, dan Kasubbag TU Kantor Kemenag Aceh Barat | Email: waledzudi@gmail.com
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.