Ezzedin Al-Haddad, Pemimpin Baru Hamas yang Dijuluki Barat 'Hantu al-Qassam'

Ezzedin Al-Haddad kini muncul sebagai pemimpin de facto Hamas di Gaza. Pria berusia 55 tahun ini oleh media Barat dijuluki sebagai 'Hantu al-Qassam'.

Editor: Yocerizal
X
HANTU AL-QASSAM - Ezzedin Al-Haddad pemimpin de facto Hamas di Gaza. Pria berusia 55 tahun ini oleh media Barat dijuluki sebagai 'Hantu al-Qassam'. 

“Gaya militernya berbeda dari pendahulunya. Ia memiliki pengaruh besar dalam kepemimpinan politik,” kata Alhelou.

Baca juga: VIDEO - Netanyahu Murka! Foto Kantornya yang Hancur Dirudal Iran Bocor ke Publik

Baca juga: Jaksa Kumpulkan 130 Bukti Dugaan Korupsi di KEK Arun Lhokseumawe

Al-Haddad merupakan salah satu target prioritas Israel. Negara Zionis tersebut mengimingi hadiah $750.000 untuk kepalanya.

Tercatat setidaknya sudah enam kali terjadi upaya pembunuhan terhadap Al-Haddad sejak tahun 2008.

Perencana Serangan 7 Oktober

Sosok Al-Haddad dalam Hamas semakin terkenal setelah perannya yang sentral dalam merencanakan serangan 7 Oktober.

Sehari sebelum operasi, ia mengadakan pertemuan rahasia dengan para komandan batalion.

Ia menyebarkan perintah tertulis, menekankan penculikan tentara Israel dan dokumentasi langsung serangan tersebut.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Januari 2025, Al-Haddad mengklaim bahwa Hamas melancarkan serangan 7 Oktober setelah menemukan rencana Israel untuk serangan besar-besaran ke Gaza.

Pada saat Al-Haddad mengambil peran puncak di Hamas dua bulan lalu, kelompok tersebut telah mengalami banyak kerugian di Gaza.

Di mana Israel mengklaim telah membunuh 20.000 dari perkiraan 35.000 pejuang sebelum perang.

Baca juga: 10 Kota dengan Angka Harapan Hidup Pria Tertinggi, Aceh Peringkat Berapa?

Baca juga: Belut 30 Cm Ditemukan Berenang di Perut Pria 33 Tahun, Ketahuan Saat Datangi UGD Karena Sakit Perut

Meskipun demikian, Hamas tetap menjadi kekuatan perlawanan dominan di Gaza, dengan Al-Haddad memegang hak veto atas negosiasi gencatan senjata.

Putra sulung Al-Haddad, Suhaib, dan cucunya tewas dalam serangan udara pada 17 Januari 2025, diikuti oleh kematian putra keduanya pada April.

Seorang mantan sandera Israel, yang bertemu Al-Haddad lima kali selama penahanan, menggambarkan pemimpin yang fasih berbahasa Ibrani itu sebagai sosok yang tenang.

Namun, setelah kematian putranya, sikap Al-Haddad menjadi lebih dingin dan pahit, sesuatu yang diyakini oleh sandera Israel tersebut mencerminkan dampak pribadi yang ditimbulkan oleh perang.

Lebih Pragmatis

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved