Bahas Misi Kemanusian
Gus Yahya Temui Pejabat Tinggi Jerman Bahas Kolaborasi Strategis untuk Misi Kemanusiaan Global
Dalam kunjungan ini, Gus Yahya didampingi oleh Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni dan Penasihat Khusus Urusan Internasional
Penulis: Khalidin | Editor: Nur Nihayati
Dalam kunjungan ini, Gus Yahya didampingi oleh Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni dan Penasihat Khusus Urusan Internasional
Laporan Khalidin Umar Barat
SERAMBUNEWS.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, melakukan pertemuan penting dengan Thomas Rachel, pejabat tinggi Pemerintah Jerman yang saat ini menjabat sebagai The Federal Government Commissioner for Freedom of Religion or Belief dalam Kabinet Kanselir Friedrich Merz.
Pertemuan berlangsung pada Selasa (7/7/2025) pukul 14.00 waktu setempat di Kantor Kementerian Luar Negeri Jerman, Berlin.
Dalam kunjungan ini, Gus Yahya didampingi oleh Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni dan Penasihat Khusus Urusan Internasional H. Muhammad Kholil.
NU dan Indonesia dalam Tatanan Global
Baca juga: Kerja Sama dengan Turkiye jangan Hanya Sebatas Pencitraan
Pertemuan berlangsung dalam suasana penuh saling pengertian dan semangat kolaboratif.
Gus Yahya dan Thomas Rachel bertukar pandangan seputar peran strategis NU dan Indonesia di tingkat global, serta potensi pengembangannya dalam membentuk tatanan dunia yang lebih damai dan adil.
Secara khusus, Gus Yahya memaparkan inisiatif Gerakan Global Religion of Twenty (R20) yang digagas NU dan diluncurkan pada perhelatan KTT G20 di Bali tahun 2022.
Gerakan ini, menurut Gus Yahya, bertujuan untuk menjadikan agama sebagai kekuatan solutif bagi tantangan-tantangan global, bukan sebagai sumber konflik.
“R20 adalah ikhtiar NU agar agama-agama turut mengambil tanggung jawab dalam merumuskan solusi peradaban, bukan sekadar menjadi bagian dari masalah,” ujar Gus Yahya dalam pertemuan tersebut.
Konsensus Kebangsaan Indonesia: Model Inspiratif Dunia
Dalam penjelasannya, Gus Yahya juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki konsensus kebangsaan yang kuat, yakni NKRI sebagai bentuk negara, Pancasila sebagai ideologi, UUD 1945 sebagai dasar konstitusi, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai prinsip kebhinekaan.
Keempat pilar ini bukan hanya menjadi fondasi kehidupan berbangsa, tetapi juga rujukan strategis dalam mengelola perbedaan di tengah masyarakat yang sangat majemuk.
Gus Yahya menekankan bahwa pengalaman Indonesia dalam merawat konsensus ini dapat menjadi model inspiratif bagi komunitas internasional dalam mewujudkan tatanan dunia yang lebih inklusif dan harmonis.
Update Harga Emas di Banda Aceh, 29 Juli 2025: Turun Rp 20 Ribu per Mayam, Cek Rinciannya! |
![]() |
---|
Turun, Harga Emas di Banda Aceh Hari Ini per Mayam dan Antam per Gram, Selasa 29 Juli 2025 |
![]() |
---|
VIDEO Proposal Gencatan AS Ditolak, Trump Perintahkan Israel 'Bersihkan' Hamas |
![]() |
---|
Ramai Warga Jual Emas di Pidie, Selasa 29 Juli 2025, Segini Dijual Pedagang |
![]() |
---|
Terima Audiensi APUI, Ketua DPRK Lhokseumawe Berkomitmen Dukung Pengembangan UMKM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.