Breaking News

Berita Langsa

Unsam Langsa Perkenalkan Inovasi Pengolahan Limbah Ayam, Bikin Kerupuk Ceker, Sate hingga Nugget

olahan limbah ayam menjadi berbagai jenis makanan, seperti keripik usus, nugget ayam, keripik ceker ayam, dan sate hati ayam. 

|
Penulis: Zubir | Editor: Nur Nihayati
Dok Dosen
PENGOLAHAN LIMBAH AYAM - Tim Dosen PKM dari Unsam dan mahasiswa saat menggelar kegiatan pemberdayaan masyarakat tentang Pengolahan Limbah Ayam Berbasis Eco Innovation, di Desa Batee Puteh. 

olahan limbah ayam menjadi berbagai jenis makanan, seperti keripik usus, nugget ayam, keripik ceker ayam, dan sate hati ayam. 

Laporan Zubir  |  Langsa

SERAMBINEWS.COM, LANGSA – Universitas Samudra (Unsam) Langsa, Provinsi Aceh kembali menujukkan inovasi nyata ke masyarakat.

Memanfaatkan limbah ayam biasanya dibuang kini diolah menjadi semisal nugget, kerupuk ceker hingga sate ayam.

Sebagai upaya meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik dan memberdayakan masyarakat khususnya di wilayah Kota Langsa secara ekonomi.

Dosen dari Universitas Samudra yang melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Kompetitif Nasional, di Gampong Bate Puteh,  Kecamatan Langsa Timur, Sabtu (19/7/2025).

Kegiatan ini bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengolahan Limbah Ayam Berbasis Eco Innovation di Desa Batee Puteh Kecamatan Langsa Timur". 

Pengabdian ini diketuai oleh Ir. Hanisah, MP sebagai Ketua Tim, dan anggota Dr. Kiagus Muhammad Zain Basriwijaya, S.Pt, M.Si dan Thursina Mahyuddin, S.Sos, M.SP.

Ir. Hanisah, MP, menyebutkan, saat ini Gampong Batee Puteh dikenal sebagai salah satu sentra peternakan ayam di wilayah Kota Langsa. 

Meski sektor ini menyumbang pemasukan ekonomi yang signifikan bagi warga, aktivitas peternakan juga memunculkan persoalan lingkungan yang cukup serius. 

Limbah ayam seperti usus, kepala, hati, ceker ayam dan lainnya sering kali dibuang sembarangan.

Sehingga mencemari tanah dan air, serta menimbulkan bau busuk mengganggu kenyamanan warga sekitar. 

Melihat kondisi ini, Tim PKM dari Unsam berinisiatif untuk memperkenalkan pendekatan “Eco Innovation”.

Sebuah konsep inovatif berbasis lingkungan yang menekankan pada pemanfaatan limbah menjadi produk bernilai guna dan ekonomis.

"Kegiatan ini berlangsung dengan lancar serta mendapat respons positif dari kelompok peternak serta masyarakat desa lainnya," ujarnya.

Sambung Ketua Tim, kegiatan pengabdian ini diawali dengan survey lapangan dan dialog bersama aparatur desa serta kelompok peternak ayam untuk mengidentifikasi permasalahan utama dan potensi yang dimiliki desa. 

Setelah itu, dilakukan serangkaian pelatihan dan workshop kepada masyarakat, khususnya para peternak dan ibu rumah tangga, terkait teknik pengolahan limbah ayam menjadi produk yang ramah lingkungan.

Tim pengabdian juga memperkenalkan alat berbasis teknologi tepat guna untuk mengolah limbah ayam menjadi makanan olahan dan bernilai jual tinggi. 

Pembuatan pelatihan lain yang juga diberikan meliputi pemasaran digital untuk produk hasil olahan limbah ayam dan strategi membangun usaha mikro berbasis produk-produk ramah lingkungan. 

Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang, namun mayoritas adalah kelompok peternak yang merupakan ibu rumah tangga.

Dalam waktu singkat, kegiatan ini berhasil membangkitkan kesadaran baru masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah ayam secara berkelanjutan. 

Beberapa warga bahkan mulai berinisiatif mengembangkan produk sendiri dari limbah ayam tersebut. 

Sementara, Syarifah, anggota kelompok peternak Gampong Batee Puteh, mengaku program ini sangat membantu masyarakat dalam mengatasi persoalan lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru. 

“Kami merasa sangat terbantu. Selama ini limbah hanya jadi beban. Sekarang bisa jadi berkah. Kami harap program seperti ini bisa berlanjut,” sebut Syarifah dalam sesi evaluasi program.

Meski menunjukkan hasil positif, program ini tetap menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan peralatan, keterampilan teknis masyarakat yang masih perlu diasah, dan kebutuhan pendampingan jangka panjang. 

Namun tim pelaksana optimis bahwa dengan komitmen bersama dan dukungan dari berbagai pihak, inisiatif ini bisa menjadi model pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan yang dapat ditiru di tempat lain.

Dosen Hanisah menyebutkan lagi, bahwa “eco innovation” bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal perubahan pola pikir. 

Pihaknya ingin menanamkan bahwa limbah bukan sampah, tapi sumber daya. Jika dikelola dengan benar, ia bisa jadi peluang emas, bukan masalah.

Sementara Dosen Zain, mendemonstrasikan secara langsung produk olahan limbah ayam menjadi berbagai jenis makanan, seperti keripik usus, nugget ayam, keripik ceker ayam, dan sate hati ayam. 

Masyarakat sangat antusias mengikuti kegiatan ini, dan program ini bukan hanya solusi ekologis atas pencemaran lingkungan akibat limbah ayam.

"Tetapi juga menjadi alternatif ekonomis dan sehat bagi para peternak," ucapnya.

Dalam kateri penutup, Dosen Thursina, menyebutkan, program yang mereka berikan kepada masyarakat peternak ayam ini juga memberikan pengethuan baru bagi masyarakat di Gampong Batee Puteh.

Tim PKM, Pemerintah Gampong setempat dan masyarakat juga berterimakasih kepada Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi yang telah membiayai porgram ini, melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat tahun 2025.

Melalui program ini kiranya dapat memperkuat solidaritas sosial, meningkatkan keterampilan masyarakat, dan membuka jalan menuju desa yang lebih mandiri, sehat, dan berkelanjutan. 

"Melalui pendekatan kolaboratif dan partisipatif, program ini membuktikan bahwa eco innovation bisa menjadi motor perubahan sosial yang kuat," pungkas Dosen Thursina. (*)
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved