Pojok Humam Hamid
Hukum Kita: Tom Lembong, Moralitas, dan Jaket Zara
Tom Lembong bukan politisi, bukan konglomerat, bukan pula tokoh partai. Ia adalah teknokrat reformis.
Oleh: Ahmad Humam Hamid*)
DI rak pakaian Gen Z perkotaan bertebaran jaket Zara reversible--satu sisi gelap dan hangat, sisi lain netral serta adem.
Sementara yang satu cocok dipakai di cuaca dingin atau malam hari, sisi lainnya pas untuk suasana santai di siang hari atau ruang berpendingin.
Jaket ini praktis, fleksibel, dan bisa menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan kondisi
Jaket ini bukan sekadar fashion.
Ia simbol zaman.
Lentur, dua wajah, dan sangat sesuai bagi pemilik kuasa yang ingin tampil berbeda sesuai mood politik
Jika hukum Indonesia punya bentuk, mungkin ia bukan mantel hukum yang tebal, melainkan jaket fleksibel ini, dibalik bila suasana hati penguasa bergeser.
Masuklah Tom Lembong.
Bukan politisi, bukan konglomerat, bukan tokoh partai.
Ia adalah teknokrat reformis--mantan kepala BKPM, Menteri Perdagangan, bankir internasional, dan aktivis ekonomi kreatif.
Seorang idealis yang percaya bahwa investasi baik dan perdagangan yang benar adalah wujud patriotisme.
Tampaknya pendekatan cinta Tanah Air ini terlalu polos bagi mesin hukum yang dingin dan kebal nurani.
Kasusnya sederhana--bahkan absurd.
Tidak ada bukti uang pribadi, tidak ada manipulasi anggaran, tidak ada mens rea, alias niat jahat.
20 Tahun Aceh Damai: Gen Z, Egepe, Pesimisme Konstruktif, dan Imajinasi Tragis |
![]() |
---|
Netanyahu dan Gaza City: Ketika Jalan Pulang dan Jalan Keluar Terkunci |
![]() |
---|
MSAKA21: Jejak Panjang yang Sunyi, Aceh Sebelum Hindu–Buddha- Bagian VI |
![]() |
---|
Kasus Pati, Sri Mulyani, dan “Kabeh Ka Pike”? |
![]() |
---|
Indonesia 80 Tahun: Di Ambang Kejayaan atau Terperosok ke Stagnasi? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.