Jurnalisme Warga
Dari Tiram ke Teknokrasi: Layakkah Jamaica Menjadi Wakil Menteri BUMN?
Bagi mereka yang mengenal rekam jejak dan dedikasi Jamaica, wacana ini bukan sekadar mimpi, ini akan menjadi kenyataan
Tiram superjumbo ini dijual dengan harga lebih tinggi daripada tiram biasa sehingga menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat nelayan.
Jamaica menjelaskan bahwa budi daya ini menggunakan ‘Oyster Mesh Bag’ dan pelampung bantuan Kodam Iskandar Muda, yang bahkan diimpor langsung dari Tiongkok. Kini, ratusan ribu, bahkan jutaan bibit tiram super, telah tersebar di perairan Aceh.
"Ini bukan soal saya, melainkan tentang bagaimana rakyat kecil bisa sejahtera dari potensi laut kita yang selama ini tidur," ujarnya ketika dikonfirmasi.
Pengalaman birokrasi
Bagi banyak pengamat, kemampuan Jamaica dalam menjembatani komunitas akar rumput dengan sistem birokrasi formal adalah keunggulan langka. Ia bukan sekadar aktivis, melainkan juga pengelola program dan teknokrat yang memahami seluk-beluk sistem.
Pengalaman panjangnya di birokrasi mencakup posisi sebagai Staf Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Aceh, Tenaga Ahli Komisi II DPRA, Tim Kerja Pemerintah Aceh, hingga menjabat Komisaris PT Pema Global Energi (PGE) tahun 2025 yang merupakan anak perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mengelola sektor energi Aceh.
Lebih dari itu, ia juga pernah menjadi Juru Bicara Partai Aceh dan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Wilayah Aceh. Peran-peran ini memperlihatkan bahwa Jamaica mampu menjembatani kepentingan politik, ekonomi, dan sosial dengan komunikasi yang efektif dan terukur.
Kenapa layak jadi wamen?
Pertama, Teungku Jamaica memahami akar masalah ekonomi dari bawah. Ia tahu bagaimana rasanya menjadi petani, nelayan, bahkan rakyat biasa yang hanya berharap pada subsidi pupuk atau hasil laut yang tidak menentu. Ia hidup di antara mereka.
Kedua, ia memiliki pengalaman organisasi dan birokrasi lintas sector, mulai dari pendidikan, teknologi, pertanian, hingga energi. Tidak banyak figur yang bisa membuktikan dirinya relevan dalam berbagai lini seperti halnya Jamaica.
Ketiga, sosok Jamaica adalah representasi keberhasilan program reintegrasi dan rekonsiliasi nasional. Mengangkat mantan kombatan seperti dia ke posisi strategis bukan hanya simbol rekonsiliasi, melainkan juga wujud kepercayaan bahwa setiap warga negara punya kesempatan yang sama membangun negeri.
Keempat, ia membawa visi ekonomi berbasis rakyat dan kedaulatan lokal. Proyek tiram jumbo misalnya, bukan sekadar usaha bisnis, melainkan cermin dari pembangunan berbasis sumber daya lokal yang bisa direplikasi di banyak daerah.
Kelima, kepribadian Jamaica yang rendah hati, terbuka, dan tidak segan “turun ke lumpur” menjadi kelebihan dalam membangun komunikasi antara pemerintah pusat dan komunitas lokal.
“Kalau memang dipercaya, itu adalah amanah. Tapi, bagi saya, yang utama adalah terus bekerja. Kursi bisa datang dan pergi, tapi kerja tak boleh berhenti,” ujarnya tenang.
Simbol perubahan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.