Perang Gaza

Kelaparan di Gaza, Jurnalis AFP: Wartawan Terakhir di Gaza akan Mati

AFP mencatat bahwa 10 wartawan tersebut merupakan wartawan terakhir yang berada di lapangan di Jalur Gaza

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/MEDSOS X
Pasukan Israel terus menggempur Gaza, menewaskan lima wartawan dalam serangan terhadap kendaraan mereka di kamp pengungsi Nuseirat, dan lima lainnya dalam pengeboman sebuah bangunan tempat tinggal di Kota Gaza utara. Setidaknya 30 orang dilaporkan hilang dalam serangan terakhir. 

"Darah saya ada di tangan Anda, Perdana Menteri Netanyahu. Di mana janji Anda untuk membebaskan kami?" tanyanya. 

Tawanan itu juga menggambarkan kondisi penahanan yang mengerikan dan meminta tindakan segera, dengan mengatakan, "Kalian harus menghentikan perang bodoh ini. Kalian telah gagal. Akhiri mimpi buruk ini—atau setidaknya bawa makanan ke Gaza agar sebagiannya dapat sampai kepada kami."

Para Tahanan Menuntut Keadilan

Pesannya sebelumnya menggemakan ketidakpuasan yang semakin besar dalam masyarakat Israel. 

Pada bulan April, ratusan prajurit cadangan, perwira angkatan laut, dan dokter menandatangani surat terbuka yang menyerukan diakhirinya perang, dengan alasan bahwa eskalasi militer hanya meningkatkan risiko bagi para tawanan. 

Suara-suara penentang ini mengutip kematian setidaknya 40 tawanan Israel selama invasi darat sebagai bukti ketidakpedulian Netanyahu terhadap nyawa manusia—baik Palestina maupun Israel.

Sementara itu, Perlawanan terus menegaskan bahwa pendekatan militer Israel telah gagal mengamankan pembebasan tawanan. 

Dalam pernyataan 18 Juli, Hamas menyatakan bahwa satu-satunya pilihan yang tersisa adalah pertukaran tahanan berdasarkan ketentuan Perlawanan. 

"Tidak ada tahanan yang pernah dibebaskan melalui tekanan militer ," Bresslavsky telah memperingatkan beberapa bulan sebelumnya, sebuah pandangan yang kini diperkuat oleh realitas medan perang.

Hilangnya kontak dengan unit pengawal Bresslavsky terjadi di tengah serangan berkelanjutan "Israel" di Gaza, tempat ribuan warga sipil tewas dan infrastruktur penting dihancurkan dengan dalih penyelamatan para tawanan. Bagi banyak warga Palestina, insiden ini merupakan indikasi lain bahwa pemimpin Israel memandang tentaranya sendiri sebagai sesuatu yang bisa dibuang, mengorbankan mereka dalam upaya sia-sia untuk menghancurkan perlawanan.

Saat bencana kemanusiaan semakin dalam, dan suara para tawanan tidak terjawab, pesan Perlawanan tetap jelas: pendudukan tidak akan mendapatkan kembali tawanannya melalui bom—tetapi hanya melalui keadilan.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved