Human Story from Gaza

Kelaparan Membunuh Keponakanku, Aku tak Bisa Apa pun untuk Menyelamatkan Mereka

Lalu genosida dimulai. Pengeboman tanpa henti, pengungsian terus-menerus, kelaparan.

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/wearenotnumbers.org
Alaa Arafat, lulusan Fakultas Pendidikan di Universitas Islam Gaza. 

Orang tuanya membawanya ke klinik tempat ia diperiksa dan dipastikan mengalami malnutrisi berat. Ia terdaftar dalam program distribusi suplemen nutrisi, tetapi belum menerima apa pun. Tidak ada suplemen yang tersedia.

Tubuh Lana yang kuning begitu lemah sehingga ia tak mampu berdiri lama-lama atau berjalan jika mereka tiba-tiba terpaksa mengungsi. Ia hanya ingin tidur dan duduk tanpa bisa bermain dengan kakaknya. 

Aku tak percaya apa yang telah terjadi padanya: dulu ia gadis berpipi merah yang penuh energi, yang selalu bermain dengan saudara-saudaranya.

Kita sering mendengar berita tentang anak-anak yang meninggal karena kekurangan gizi, dan inilah ketakutan terburuk Samah: ia bisa kehilangan putrinya.

Meskipun berjuang untuk memberi makan keluarganya, Samah menolak mengizinkan suaminya, Mohammed, pergi ke salah satu titik distribusi bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza. 

Ia tahu ini jebakan maut. Ia tidak akan membiarkan suaminya mempertaruhkan nyawanya demi sebungkus makanan yang mungkin bahkan tidak bisa ia dapatkan.

Di tengah kelaparan, adik perempuan saya yang lain, Asma, melahirkan anak keduanya, Wateen. Usianya sekarang dua bulan, dan karena kekurangan gizi, ia menderita penyakit kuning. 

Saya hanya melihat Wateen di foto. Beratnya dua setengah kilogram (5,5 pon) saat lahir. Ia tampak kuning dan mengantuk di semua fotonya.

Para dokter mengatakan ibunya, yang sedang menyusui, tidak dapat memberinya nutrisi yang dibutuhkan karena ia sendiri kekurangan gizi. 

Wateen perlu diberi susu formula yang sangat jenuh, yang tidak tersedia karena Israel telah memblokir pengiriman semua susu formula bayi ke Gaza.

Asmaa kini khawatir Wateen akan mengalami malnutrisi karena ia tidak mampu memberinya susu bergizi. 

"Saya meleleh seperti lilin! Kapan penderitaan ini akan berakhir?" ujarnya kepada saya baru-baru ini.

Hatiku hancur ketika aku berbicara dengan saudara-saudariku dan mendengar tentang penderitaan mereka dan kelaparan yang melanda anak-anak mereka.

Pasukan pendudukan Israel telah membunuh lebih dari 18.000 anak sejak memulai genosida. Sekitar 1,1 juta anak masih bertahan hidup. Israel ingin memastikan mereka tidak punya masa depan.

Malnutrisi bukan sekadar penurunan berat badan yang drastis. Malnutrisi adalah kondisi yang menghancurkan yang merusak organ-organ vital dalam tubuh, seperti hati, ginjal, dan lambung. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved