Kupi Beungoh

Pembelajaran Mendalam 'deep learning', Dalam Pandangan Islam Dan Prakteknya

Pembelajaran mendalam (deep learning) yang sekarang ini sedang trend,  dalam berbagai seminar, workshop, pelatihan

Editor: Amirullah
FOR SERAMBINEWS.COM
Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag, Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh 

Oleh: Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag

Pembelajaran mendalam (deep learning) yang sekarang ini sedang trend,  dalam berbagai seminar, workshop, pelatihan, dan pembekalan pendidikan, sesungguhnya bukan perihal baru bagi seorang muslim dalam pendidikan, terutama dalam pendidikan Islam. 

"Pembelajaran Mendalam (deep learning)", sudah diajarkan, sudah dilakukan, sudah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW sejak ribuan tahun yang lalu. (Jarak waktu antara masa kerasulan Nabi Muhammad SAW dengan sekarang Juli 2025, adalah sekitar 1402 tahun, dihitung dari pertama Rasulullah SAW menerima wahyu tahun 610 M). 

Ini menjadi bukti bahwa Islam  itu yang terbaik, ini menjadi bukti Islam dapat mengikuti perkembangan zaman, Islam dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, Islam solusi setiap masalah disetiap zaman, Islam punya cara yang sangat indah dalam menyelesaikan segala macam masalah dalam kehidupan manusia disetiap zaman.

Islam adalah yang terbaik, Ini dapat kita buktikan dari banyak masalah yang terjadi pada masa jahiliyah, terselesaikan dengan baik pada zaman Rasulullah SAW. Sebaliknya,  ketika umat Islam jauh dari Islam, kita lihat umat Islam, diserbu oleh banyak masalah yang tidak kunjung selesai.

Yang menjadi pertanyaan, apakah umat Islam mempelajarinya? Atau sibuk dengan teori barat  dan pendapat ilmuwan barat? Padahal Islam lebih baik daripadanya? Masalahnya, apakah umat Islam meyakininya? Itu dapat dilihat dari setiap rujukan dan dasar dalam berkata, bertindak, berfikir dan  berbuat yang di pilih dalam kehidupan seorang muslim. Beruntunglah orang-orang yang meyakini Islam, mempelajari, menelitinya, dan melaksanakannnya. Karena ia bukan hanya kurikulum dunia, tapi menjangkau kehidupan  akhirat.

A. Apa Itu Pembelajaran Mendalam (deep learning)

Mengutip dari NASKAH AKADEMIK PEMBELAJARAN MENDALAM Menuju Pendidikan Bermutu Untuk Semua, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia.  Pembelajaran Mendalam (deep learning) yang dimaksud sekarang ini adalah pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu.

Pembelajaran mendalam (deep learning) yang dimaksud sa'at ini adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep yang bermakna, koneksi antar pengetahuan, dan kemampuan berpikir kritis serta analitis. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran mendalam mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar, membangun pemahaman yang berkelanjutan, dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti analisis dan evaluasi. 

B. Alasan Lahirnya Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)

Mengutip informasi di link Sistem Informasi Kurikukum Nasional tahun 2025, yang menyebutkan bahwa latar belakang lahirnya pendekatan pembelajaran mendalam itu lahir karena mempertimbangkan  perubahan masa depan sulit diprediksi, permasalahan mutu pendidikan: literasi, numerasi, keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan ketimpangan pendidikan, bonus demografi 2035 dan visi Indonesia 2045, serta kompetensi  masa depan.

Bonus demografi, yang diperkirakan mencapai puncaknya antara tahun 2020 hingga 2035, adalah periode ketika proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) sangat besar dibandingkan dengan usia non-produktif. Visi Indonesia Emas 2045 adalah cita-cita besar untuk menjadikan Indonesia negara maju, sejahtera, dan berdaulat pada tahun 2045, saat perayaan 100 tahun kemerdekaan. Pengelolaan bonus demografi yang efektif menjadi kunci untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. 

C. Poin Penting Dalam Pembelajaran Mendalam (deep learning).

Mengutip dari NASKAH AKADEMIK PEMBELAJARAN MENDALAM Menuju Pendidikan Bermutu Untuk Semua, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia disebutkan point penting dalam Pembelajaran Mendalam (deep learning) adalah; 

• Pemahaman yang mendalam:
Pembelajaran mendalam berfokus pada pemahaman konsep yang lebih dalam daripada sekadar menghafal informasi. 

• Keterampilan berpikir tingkat tinggi:
Pendekatan ini mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan evaluatif. 

• Keterlibatan aktif:
Siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar, bukan hanya menerima informasi secara pasif. 

• Relevansi dan makna:
Pembelajaran mendalam menekankan pada bagaimana siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang dipelajari dengan kehidupan nyata dan pengalaman mereka. 

• Keterampilan abad ke-21:
Pembelajaran mendalam membantu siswa mengembangkan keterampilan yang penting di abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas. 

• Pembelajaran berbasis proyek:
Siswa terlibat dalam proyek yang menantang dan relevan, di mana mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka. 

• Diskusi dan kolaborasi:
Siswa berdiskusi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah dan membangun pemahaman bersama. 

• Umpan balik yang konstruktif:
Guru memberikan umpan balik yang jelas dan membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka. 

• Pemanfaatan teknologi:
Menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran mendalam, seperti simulasi, platform kolaborasi, dan sumber daya online. 
Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam, diharapkan siswa dapat menjadi pembelajar yang lebih mandiri, kritis, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. 

D. Penerapan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)  Dalam Pendidikan Islam.

Kita melihat cara Rasulullah dalam mendidik para sahabat, mendidik anak dan Istri beliau pada masa awal ke Islaman. Diawali dari seorang pribadi teladan itulah Rasulullah SAW. Dengan demikian, mendidik dalam Islam yang pertama dan utama dibutuhkan adalah seorang guru, seorang pendidik yang teladan.

Selanjutnya kita melihat Rasulullah SAW itu menguasai materi pembelajaran yaitu Al-Qur'an sebagai dasar, bekal dalam mendidik. Oleh karena itu seorang guru, pendidik dalam Islam wajib menguasai materi pembelajaran yang menjadi bidang keahliannya, sekaligus menguasai Al-Qur'an, baik itu bacaannya, hafalannya, terjemah, tafsir, dan ilmu yang terkaitnya dengannya,  sebagai landasan, tujuan, dasar dan standar utama dalam mendidik.

Sehubungan dengan jauhnya, masa Rasulullah dengan zaman sekarang, seorang pendidik harus menguasai Hadits, minimal Hadits yang terkait dengan bidang ia ajarkan sebagai penghubung antara seorang pendidik dengan sang guru teladan Rasulullah SAW. Selanjutnya guru atau pendidik Islam, wajib memahami Sirah para Nabi dan sahabat sebagai teladan, idola, dan wajib diajarkan kepada anak didik. 

Dalam proses pembelajaran kita lihat Rasulullah SAW, mengajarkan segala macam materi yang berkaitan dengan urusan dunia dan akhirat kepada anak didik ( dalam hal ini para sahabat). Apa yang disampaikan oleh Nabi,  dihafalkan atau dicatat oleh anak didik (sahabat), untuk menjaga dan memperkuat ilmu. Apa yang di lihat, didengar, didiamkan oleh Rasulullah SAW diikuti,  disampaikan lagi kepada orang lain sebagai dakwah, untuk menjaga dan mewariskan  syari'at kepada generasi Islam.

Setelah selesai menyampaikan materi, Rasulullah SAW memberikan contoh, praktek, latihan, tanya jawab, mendiskusikan, membiasaan materi atau teori yang sudah beliau sampaikan sampai anak didik (para sahabat). Ini dapat kita lihat dari sanad, dan matan Hadits, adanya praktek, pembiasaan   diskusi dan tanya jawab antara Rasulullah dan sahabat dalam belajar. 

Ini dimaksudkan, setelah menguasai teori, praktek,  melahirkan seorang pribadi yang ta'at (sami'na wa atha'na) atas semua perintah dan larangan Rabb-Nya. Seorang pribadi yang mencintai Rabb dan Rasul-Nya diatas segalanya.

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". ( QS. Al-Ahzab-ayat-36).

Dalam ayat lain Allah sebutkan,

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)

Begitu mendalamnya para sahabat memahami setiap materi yang disampaikan Rasulullah SAW, menjangkau akhirat, melahirkan akhlak sami'na wa atha'na kepada Rabb ( Allah SWT), sampai mereka rela mengorban harta, diri dan nyawa untuk seorang Nabi Muhammad dan Syari'at Islam.

E. Contoh "Pembelajaran Mendalam" Dalam Pendidikan Agama Islam

Poin Penting Dalam Pembelajaran Mendalam (deep learning).

• Pemahaman yang mendalam:
• Keterampilan berpikir tingkat tinggi:
• Keterlibatan aktif:
• Relevansi dan makna:
• Keterampilan abad ke-21:
• Pembelajaran berbasis proyek:
• Diskusi dan kolaborasi:
• Umpan balik yang konstruktif:
• Pemanfaatan teknologi:

Point-point tersebut, sebelum digaungkan baru-baru ini, sudah diterapkan ribuan tahun yang lalu oleh oleh Rasulullah dalam mendidik sahabat.  

Berikut ini saya uraikan penerapan "Pembelajaran Mendalam (deep learning)" yang dicontohkan dan dipraktekkan oleh Rasullullah SAW, dalam Pendidikan Islam.

Point pertama Pemahaman Mendalam.

Pembelajaran mendalam artinya, pembelajaran yang berfokus pada pemahaman konsep yang lebih dalam daripada sekadar menghafal informasi. 

Sebagai contoh saya ambil pembelajaran shalat. Dalam pembelajaran shalat  kepada sahabat, Rasulullah SAW mengajarkan makna shalat, dalil-dalil yang mewajibkan shalat, hukuman bagi yang meninggalkan shalat, syarat sah shalat, yang membatalkan shalat, syarat dan rukun shalat, hikmah shalat (mencegah daperbuatan keji dan munkar), ketika diteliti shalat punya hikmah dari sudut pandang aqidah, ibadah, fikih kesehatan, sosial, dan lainnya. 

Point Kedua, Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi:

Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendorong siswa, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan evaluatif. 

Sebagai contoh kita lihat Al-Qur'an, Surat Ali Imran ayat 190 yang artinya,

 "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal"

Dalam ayat lainnya Allah sebutkan; 

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?” “Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?” “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?” “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Qs. Al Ghosyihah : 17-20.

Dari kedua ayat di atas, manusia diminta berfikir kritis, menganalisa, dan menilai adakah yang mampu menciptakan langit tanpa tiang, gunung yang tinggi menjulang,  laut yang luas membentang seolah tak bertepi dan sangat dalam, kecuali Allah SWT. Lalu kenapa manusia  sombong, tidak menyembah Allah, tidak mengutamakan Allah, tidak mengikuti perintah Allah, tidak merujuk kepada kitab-kitab Allah, tidak mengikuti sunnah Rasul Allah.  Kenapa manusia lebih patuh dan lebih takut kepada manusia ketimbang Rab-Nya, Allah SWT. 

Sungguh, seorang muslim yang dekat dengan Al-Qur'an dan Hadits itu cerdas, ilmunya menembus langit dan bumi, menembus segala zaman, oleh karena itu belajar dan ajarkan Al-Qur'an dan Hadits dengan benar kepada anak didik. Sampaikan sebagaimana yang disampaikan Rasulullah, termasuk perbedaan, untuk mempermudah beribadah dan beramal shaleh.

Jangan terlalu kagum dengan ilmu yang berasal dari seorang yang bukan muslim, kecuali yang baik dan bermanfaat buat diri dan umat, sekadar untuk melengkapi dan membuktikan kebenaran Islam, dan kebenaran syari'at-Nya.

Point ketiga, Keterlibatan aktif

Point ini dimaksudkan agar siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar, bukan hanya menerima informasi secara pasif. 

Untuk cara belajar, disebutkan dalam Al-Qur'an bermusyawarahlah dengan anak didik. Kita lihat para sahabat dalam belajar  ada yang menggunakan cara mencatat, ada yang  mendengar ceramah Rasulullah, ada yang melihat cara praktek Rasulullah SAW, ada yang bertanya jawab.  Untuk cara belajar Rasulullah menyerahkan kepada anak, bagaimana mudah dan menyenangkan baginya, sehingga semua anak didik aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat kita lihat penjelasannya dalam ayat Al-Qur'an berikut ini:

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya".
( QS. Surat Ali-Imran: 159)

Point keempat, Relevansi dan Makna:

Pembelajaran mendalam menekankan pada bagaimana siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang dipelajari dengan kehidupan nyata dan pengalaman mereka. 

Dalam pembelajarannya,  Rasulullah SAW melakukan pembelajaran dengan lemah-lembut, dan tidak pilih kasih. Ketika suatu waktu Rasulullah pilih kasih dan bermuka masam Allah SWT langsung menegur Rasulullah agar tidak bermuka masam. Kita lihat ayat Al-Qur'an berikut ini menegur Rasulullah SAW yang bermuka masam kepada salah satu anak didiknya.

"Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum).
Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa),
 atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy), maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya,
padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman).
Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang dia takut (kepada Allah),
engkau (Muhammad) malah mengabaikannya. (QS. 'Abasa ayat 1-10). 

Peristiwa ini mengajarkan umat Islam tentang makna kasih sayang, dan tidak pilih kasih dalam mendidik. Sangat relevan dengan banyak kasus kekerasan, buly, pilih kasih yang sekarang marak terjadi dalam dunia pendidikan.

Point kelima, Keterampilan abad ke-21:

Pembelajaran mendalam membantu siswa mengembangkan keterampilan yang penting di abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas. Dalam praktiknya, pembelajaran mendalam dapat diimplementasikan melalui berbagai strategi, seperti: 

Untuk media pembelajaran, harus disesuaikan dengan tujuan, materi dan media pembelajaran yang ada. Tidak semua materi pembelajaran harus menggunakan IT, terdapat materi pembelajaran cukup dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran yang dapat merangkul gaya belajar anak, visual, auditorual dan kibestetik, sehingga pembelajarannya menarik dan menyenangkan.

Abad 21 adalah Era Teknologi, beberapa ayat berikut ini dapat dikaitkan dengan tema ini antara lain:
• 1. QS. Al-Alaq (96): 1-5:
Ayat-ayat ini memerintahkan manusia untuk membaca dan menuntut ilmu, yang menjadi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 
• 2. QS. Al-Ankabut (29): 43:
Ayat ini menyebutkan bahwa Allah memberikan perumpamaan-perumpamaan untuk manusia agar mereka berpikir dan memahami. 
• 3. QS. Al-Anbiya (21): 80:
Ayat ini menceritakan tentang Nabi Daud yang diajarkan membuat baju besi, menunjukkan pentingnya teknologi dalam kehidupan manusia. 
• 4. QS. Yasin (36): 41-42:
Ayat ini menceritakan tentang bahtera yang membawa keturunan Nabi Nuh, yang dapat diinterpretasikan sebagai bentuk teknologi transportasi pada masa itu. 
• 5. QS. Ar-Rahman (55): 33:
Ayat ini menantang manusia untuk menembus penjuru langit dan bumi, yang mendorong manusia untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Point keenam Pembelajaran berbasis proyek:

Siswa terlibat dalam proyek yang menantang dan relevan, di mana mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka.

Sabagai contoh kita pilih kisah pemindahan Hajar Aswaf.  Masalah penempatan Hajar Aswad pada masa Jahiliyah, ketika terjadi perselisihan antar suku Quraisy mengenai siapa yang berhak menempatkannya, berhasil diselesaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau menawarkan solusi cerdas dengan meletakkan Hajar Aswad di atas kain, lalu setiap pemimpin suku memegang ujung kain dan mengangkatnya bersama-sama, hingga akhirnya diletakkan di tempatnya. 

Berikut adalah penjelasan lebih detail:
a.  Perselisihan:
Sebelum Islam datang, suku-suku Quraisy berebut kehormatan untuk menempatkan Hajar Aswad di tempatnya saat renovasi Ka'bah. 

b. Solusi Nabi Muhammad:
Nabi Muhammad SAW mengusulkan agar Hajar Aswad diletakkan di tengah kain, lalu tiap pemimpin suku memegang ujung kain dan bersama-sama mengangkatnya hingga dekat tempatnya. Setelah itu, beliau sendiri yang meletakkan batu tersebut di tempatnya. 

c. Penyelesaian Konflik:
Cara ini berhasil meredakan ketegangan dan menghindari pertumpahan darah karena semua suku merasa terwakili dan terhormat dalam proses tersebut. 

d. Makna Penting:
Tindakan Nabi Muhammad ini menunjukkan kebijaksanaan, kepemimpinan, dan kemampuannya dalam menyelesaikan konflik, yang kelak menjadi salah satu contoh teladan bagi umat Islam. 

Point ketujuh, Diskusi dan kolaborasi:

Siswa berdiskusi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah dan membangun pemahaman bersama. 

"...dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu..." ( QS. Surat Ali-Imran: 159)
Dalam contoh lain kita bisa lihat dalam kisah perjuangan dan peperangan di masa Rasulullah SAW.

Point keenam, Umpan balik yang konstruktif:
Guru memberikan umpan balik yang jelas dan membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka. Umpan balik yang konstruktif adalah memberikan komentar dan saran yang bertujuan untuk membantu seseorang meningkatkan kinerja atau perilakunya, bukan untuk menyerang atau merendahkan. Umpan balik ini harus spesifik, jelas, dan fokus pada tindakan yang bisa diubah, bukan pada sifat pribadi seseorang. 

Kerika seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang lupa, dan dipaksa mengatakan Latta, Uzza, dan Manat, dalam hal ini Rasulullah memberitahukan: 

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memaafkan dari umatku kesalahan, kelupaan, dan apa yang mereka dipaksakan untuk melakukannya

Point kedelapan, Pemanfaatan teknologi:

Menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran mendalam, seperti simulasi, platform kolaborasi, dan sumber daya online. 
Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam, diharapkan siswa dapat menjadi pembelajar yang lebih mandiri, kritis, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. 

Hadis tentang "urusun duniamu, kalian lebih tahu" (أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ) memiliki asbabul wurud (sebab turunnya hadis) yang berkaitan dengan kisah penyerbukan kurma di masa Nabi Muhammad SAW. 

Ketika itu, Nabi memberikan saran terkait penyerbukan, namun kaum Anshar menganggapnya sebagai wahyu dan meninggalkan cara penyerbukan yang biasa mereka lakukan. Hasilnya, panen mereka buruk. Kemudian Nabi bersabda: "Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian". Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi tidak selalu memberikan petunjuk teknis terkait urusan dunia, dan umat Islam diberi kebebasan untuk menggunakan akal dan pengalaman mereka dalam mengelola urusan dunia. 

Wallahu'alam.

 

*) PENULIS adalah  Dosen UIN Ar Raniry Banda Aceh

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved