KUPI BEUNGOH

 Kampus Biru dan Kurikulum Cinta

Kemenag RI meluncurkan kurikulum Cinta yang menjadi pedoman pembelajaran Pendidikan mulai dari tingkat Madrasah sampai Perguruan Tinggi

Editor: Muhammad Hadi
For Serambinews.com
Dr Darmadi, MSi, Dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN SUNA 

Oleh : Dr Darmadi, MSi*)

Kementerian Agama Republik Indonesia telah meluncurkan kurikulum Cinta yang akan menjadi pedoman pembelajaran Pendidikan mulai dari tingkat Madrasah sampai Perguruan Tinggi. 

Seremoni peluncuran ini dilaksanakan oleh Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar MA, di Asrama Haji Sudiang Makasar 24 Juli 2025.

Menurut Menag, Konsep yang akan dijalankan dalam kurikulum Cinta ini adalah Mengintegrasikan nilai nilai cinta dalam proses belajar mengajar tidak hanya dalam MK agama tapi semua Mata Pelajaran di Madrasah dan Mata Kuliah di Perguruan Tinggi.

Kurikulum Cinta  tidak hanya berfokus pada nilai nilai transver ilmu, tetapi bertujuan menanamkan nilai nilai cinta, kebersamaaan dan tanggungjawab ekologis sejak dini mulai dari Pendidikan Dasar hingga Perguruan Tinggi. 

Meski terlihat sedikit Romantis, nama kurikulum Cinta menjadi bahan diskusi yang dirindukan pembahasanya. Sebab manusia sejak awal tentu telah memiliki rasa ini sebagai salah satu fitrahnya. 

Cinta memang melahirkan banyak tafsir bagi semua orang. Akan tetapi kita tentu bersepakat bahwa semua orang memilki rasa cinta. 

Apakah rasa cinta orang tua kepada anak anaknya atau juga sebaliknya, guru kepada murid muridnya juga sebaliknya. 

Yang lebih indah dan penuh kenang kenangan tentu saja cinta pada lawan jenis di saat masa masa remaja. 

Meski tak banyak terungkap, kampus biru seringkali menjadi saksi bisu saat bunga bunga cinta itu mulai bersemi. 

Kita tidak menafikan fenomena ini ada di tengah tengah kegiatan perkuliahan yang sangat padat, tugas yang memberatkan, diskusi diskusi yang menyenangkan, bahkan saat UAS yang mendebarkan. 

Baca juga: Matangkan Konsep Kurikulum Cinta dan Eco-Theology, Menag: Rawat Kerukunan, Jaga Kelestarian Alam

Dengan modal cinta kita menemukan adanya kenangan  yang begitu indahnya, PPL dan KKN bersama hingga berfhoto bersama calon mertua saat acara wisuda. 

Ketika nama kurikulum Cinta digagas Kemenag, tentu ini bukan cerita masa masa indah kuliah. 

Akan tetapi ini akan menjadi sebuah pedoman bagi Institusi yang menjalankan Fungsi Pendidikan  untuk merancang bahan pembelajaran yang siap bersaing dengan memperhatikan nilai nilai cinta. 

Proses pembelajaran itu tidak hanya dipandang sebagai upaya transfer ilmu semata mata. 

Kurikulum ini menghendaki adaya upaya untuk menanamkan nilai nilai cinta kepada ilmu. 

Kampus harus menjadi samudera yang menjadi sumber segala pengetahuan. 

Dosen dan mahasiswa adalah ikan-ikan yang dengan riang gembira bersenang-senang di dalamnya. 

Saya memakai kata-kata bersenang-senang karena cinta itu melahirkan keindahan. 

Proses belajar mengajar adalah upaya yang seharusnya dibaluri oleh keinginan untuk mewujudkan harapan untuk cinta kepada ilmu. 

Bukan hanya berorientasi nilai bagi mahasiswa dan pembayaran Sertifikasi bagi Dosen.

Baca juga: Perkuat Pendidikan Agama, Bupati Aceh Besar Launching ‘Beut Kitab Bak Sikula’ untuk SD dan SMP

Dosen yang memiliki sifat cinta kepada ilmu akan menyenangi pekerjaannya dengan berbagai motivasi yang indah. 

Menyiapkan bahan mengajar juga dengan penuh penghayatan karena cinta memang tidak terjadi secara sembarangan. 

Ruang pertemuan kuliah menjadi tempat yang dirindukan untuk bertemu dan berdiskusi dengan mahasiswa.

Memeriksa semua lembaran jawaban mahasiswa juga menjadi pekerjaan yang dirindukan karena dasarnya adalah cinta pekerjaan. 

Yang terpenting adalah menanamkan rasa cinta terhadap ilmu kepada mahasiswa. 

Mahasiswa mesti diajak untuk merindukan buku, bahan kuliah, tugas, diskusi dan proses perkuliahan. 

Dosen harus mampu membangkitkan rasa cinta Mahasiswa untuk rindu akan kegiatan belajar. 

Mahasiswa harus menyampaikan segala isi hatinya terhadap materi ajar di ruang kuliah atau tempat tempat diskusi lainnya. 

Dosen yang mampu memahami perasaan dan intelektual mahasiswa adalah dosen yang diinginkan mahasiswa sehingga rasa Rindu untuk terus bersama dalam konteks adademik menjadi pilihan terbaik. 

Tidak hanya itu, dosen dan mahasiswa harus menjadi pasangan yang saling merindukan. 

Tak berlebihan, jika pasangan sedang jatuh cinta, sehari tak bertemu saja sudah tak enak makan dan tak bisa tidur. 

Baca juga: Wali Nanggroe Gagas Penulisan Ulang Sejarah Aceh untuk Kurikulum Sekolah

Alangkah indahnya kalau kerinduan seperti ini dibawa ke ranah diskusi ilmiah dan akademis yang menjadi bagian penting dari kurikulum Cinta yang digagas Kemenag.  

Dengan nilai nilai cinta melahirkan rasa kebersamaan untuk terus memikirkan dan mendiskusikan harapan harapan masa depan. 

Rajutan cinta akan menuju pada titik akhir menentukan dan merancang hidup bersama. 

Alangkah indahnya kalau kebersamaan dalam konteks ilmiah ini akan tercapai pada masanya. 

Kurikulum dengan nilai nilai Cinta diharapkan menjadi pilar pilar masa dengan masa depan menuju cita cita cemerlang. 

Kampus tidak hanya dikenang sebagai Kampus Biru yang melahirkan banyak kenangan indah. 

Akan tetapi harus menjadi tempat untuk menanam, menyiram, merawat  bunga bunga cinta menjadi taman cinta. 

Cinta bukan hanya bagi orang yang sedang kasmaran, tetapi bagi orang orang yang rindu dan Cinta akan Diskusi Ilmiah dan Argumen Ilmu Pengetahuan.      

*) PENULIS adalah Dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN SUNA 

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

 

 

          

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved