Berita Aceh Tamiang
Miris! Hutan Mangrove di Alur Cina Atam Hancur, ‘Disulap’ Jadi Kebun Sawit
Dari pemetaan itu diketahui bahwa kerusakan hutan yang telah dialihfungsikan ke tanaman kelapa sawit sudah mencapai 900 hektare.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Saifullah
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Perambahan hutan di kawasan Alur Cina, Kampung Kualagenting, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang (Atam) dinilai paling besar dan paling brutal di Aceh.
Hal ini disampaikan Direktur Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembAHtari), Sayed Zainal berdasrkan hasil maping yang dilakukan pihaknya melalui udara.
Dari pemetaan itu diketahui bahwa kerusakan hutan yang telah dialihfungsikan ke tanaman kelapa sawit sudah mencapai 900 hektare.
“Awalnya, kami perkirakan areal yang sudah dirambah untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit seluas 500 hektare, tapi ternyata dari pantauan udara, sudah mencapai 900 hektare,” kata Sayed Zainal, Rabu (6/8/2025).
Dia memastikan, seluruh hamparan itu sudah ditanami kelapa sawit yang diperkirakan berusia sembilan bulan hingga satu tahun.
Hamparan seluas itu dipastikannya membutuhkan modal besar dan melibatkan alat berat yang tidak sedikit.
Baca juga: Aceh Singkil Miliki Kebun Sawit Terluas, Tetapi Miskin karena Abai Regulasi
“Ini sangat brutal karena modalnya pasti sangat besar, ini paling brutal dan paling besar perambahannya di Aceh,” sambungnya.
Dampak kerusakan yang disebabkan dari aktivitas ilegal ini, dinilainya, sudah masuk kategori kejahatan lingkungan.
Dia pun memastikan akan mengawal kasus ini hingga ada tindakan dari otoritas berwenang.
“Kita tahu ini wewenang balai atau dinas di provinsi, tapi situasi ini membuat masyarakat Aceh Taming yang merasakan kerugiannya, makanya kami juga mendorong Pemkab Aceh Tamiang bertindak,” kata Sayed Zainal.
Aktivitas perambahan hutan mengrove tersebut, urai dia, telah menyebabkan alur muara berubah dan memicu terjadinya banjir rob.
Baca juga: Tak Hanya Proyek Jembatan Hutan Mangrove, Kejari Langsa Komit Tangani Setiap Dugaan Korupsi
Perubahan muara ini meyebabkan nelayan semakin kesulitan mendapatkan hasil.
“Potensi banjir rob itu sangat besar, ketika air masuk akan memicu musim banjir, musim pasang ini akan sulit turun lagi ke laut karena tertutup ini paloh-paloh ini,” papar dia.
“Harus ada tindakan supaya masyarakat tidak terus menderita,” ujar Sayed Zainal.
Investigasi ini dilakukan LembAHtari dengan menyusuri kawasan hutan di pesisir pada Minggu (3/8/3035) lalu.
Hamparan hutan mangrove di Aceh Tamiang mengalami penurunan signifikan akibat perambahan dan alih fungsi lahan untuk kegiatan industri perkebunan kelapa sawit dan pertambangan liar.
Baca juga: Dikepung Hutan Mangrove, Danau Anak Laut Jadi Sumber Penghidupan Warga Aceh Singkil
Dampaknya, sebesar 85 persen hutan mangrove di Aceh Tamiang dilaporkan rusak.
Dalam investigasi itu, dia menyampaikan, bahwa alih fungsi hutan mangrove menjadi perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi di Alur Cina.
Tapi juga ditemukan di Kualagenting, kurang lebih seluas 600 hektare.
Diperkirakan alih fungsi ini sudah berlangsung sejak tahun 2000.
“Tindakan ini sudah membabi buta dan brutal, tanpa memikirkan ekosistem mangrove terbesar Provinsi Aceh dengan keanekaragaman 22 jenis pohon,” tandas dia.
Baca juga: Ratusan Hektare Hutan Mangrove di Aceh Tamiang Dirambah dan Beralih Fungsi jadi Perkebunan Sawit
“Hutan mangrove terlengkap di Indonesia harus tetap dipertahankan,” tegas Sayed Zainal.(*)
hutan mangrove
kebun sawit
hutan mangrove ditanami sawit
hutan mangrove jadi kebun sawit
Alur Cina
Aceh Tamiang
Serambi Indonesia
Serambinews.com
Tok! 4 WNA Myanmar Divonis Penjara 5,6 Tahun Kasus Penyelundupan Manusia ke Aceh Timur |
![]() |
---|
Dua Warga Binaan Lapas Kualasimpang Juga Dapat Amnesti Presiden Prabowo |
![]() |
---|
Bupati Tamiang Armia Pahmi Panggil Kepala Puskesmas Opak |
![]() |
---|
Buntut Pintu Puskesmas Dipecahkan Warga, Bupati Ultimatum Layanan Kesehatan Bekerja 24 Jam |
![]() |
---|
Kakak Almarhum Syahrul Ramadhan : Kenapa Adik Saya Dipukul? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.