Perang Gaza

Israel Bunuh 5 Jurnalis Al Jazeera, Termasuk Anas al-Sharif, Jurnalis Pemberani dalam Perang Gaza

Dalam video terakhirnya, dentuman keras pengeboman rudal Israel dapat terdengar di latar belakang saat langit gelap diterangi kilatan.

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/MEDSOS
Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif tewas bersama empat rekannya dalam serangan terarah Israel terhadap tenda yang menampung jurnalis di Kota Gaza. 

Mahmoud, yang bekerja untuk saluran berbahasa Inggris jaringan tersebut, mengatakan para reporter tersebut terbunuh "karena pelaporan mereka yang tak henti-hentinya mengenai kelaparan, kelaparan, dan kekurangan gizi" yang diderita warga Palestina di Gaza, "karena mereka menyampaikan kebenaran kejahatan ini kepada semua orang".

Tidak ada bukti afiliasi Hamas

Dalam sebuah pernyataan yang mengonfirmasi pembunuhan al-Sharif yang disengaja, militer Israel menuduh jurnalis tersebut memimpin sel Hamas dan "melakukan serangan roket terhadap warga sipil Israel dan pasukan (Israel)". Militer juga mengklaim memiliki dokumen yang memberikan "bukti nyata" keterlibatannya dengan kelompok Palestina tersebut.

Muhammed Shehada, seorang analis di Euro-Med Human Rights Monitor, mengatakan tidak ada “bukti sama sekali” bahwa al-Sharif terlibat dalam permusuhan apa pun.

“Seluruh rutinitas hariannya adalah berdiri di depan kamera dari pagi hingga malam,” ujarnya kepada Al Jazeera.

Bulan lalu, setelah juru bicara militer Israel Avichai Adraee membagikan ulang video di media sosial yang menuduh al-Sharif sebagai anggota sayap militer Hamas, pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kebebasan berekspresi, Irene Khan, mengatakan dia "sangat khawatir dengan ancaman dan tuduhan berulang kali dari tentara Israel" terhadap al-Sharif.

"Kekhawatiran akan keselamatan al-Sharif beralasan karena semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa jurnalis di Gaza telah menjadi sasaran dan dibunuh oleh tentara Israel atas dasar klaim yang tidak berdasar bahwa mereka adalah teroris Hamas," kata Khan.

Al Jazeera baru-baru ini mengecam militer Israel atas apa yang disebutnya sebagai “kampanye hasutan” terhadap para reporternya di Jalur Gaza, termasuk, yang paling menonjol, al-Sharif.

Komite Perlindungan Jurnalis bulan lalu mengatakan pihaknya sangat prihatin terhadap keselamatan jurnalis tersebut karena ia menjadi target kampanye kotor militer Israel.

Sejak Israel melancarkan perang di daerah kantong itu pada Oktober 2023, Israel secara rutin menuduh jurnalis Palestina di Gaza sebagai anggota Hamas sebagai bagian dari apa yang dikatakan kelompok hak asasi manusia sebagai upaya untuk mendiskreditkan pelaporan mereka tentang pelanggaran Israel.

Militer Israel telah menewaskan  lebih dari 200 wartawan dan pekerja media sejak pemboman dimulai, termasuk beberapa jurnalis Al Jazeera dan kerabat mereka.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved