Berita Sabang
Kerajinan Sabang Berbahan Baku Limbah Pohon Kelapa Diminati Wisatawan
“Wisatawan asing suka sekali, tapi karena kemasan kurang memadai, sulit untuk menjualnya secara luas.” KUDUS NAZARDY
“Wisatawan asing suka sekali, tapi karena kemasan kurang memadai, sulit untuk menjualnya secara luas.” KUDUS NAZARDY, Pembimbing Perajin Dekranas Sabang
SERAMBINEWS.COM, SABANG - Limbah batang kelapa ternyata bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan bernilai tinggi dan diminati wisatawan mancanegara. Di bengkel kerajinan kelapa milik Dekranas Sabang, Kudus Nazardy dan timnya berhasil membuat limbah pohon nyiur menjadi produk unik.
Untuk proses pembuatannya juga disesuaikan dengan jenis produk yang dihasilkan. Sebagai contoh, tempat tisu berbahan dasar kayu kelapa yang dahulu hanya bisa diproduksi beberapa unit per hari, kini mampu mencapai 15 unit per minggu berkat penggunaan mesin.
“Kami punya tim dengan spesialisasi berbeda, ada yang ahli membuat bahan, ahli bubutan, dan ahli finishing. Semua dikerjakan secara bersama-sama, karena ini kerja tim,” kata Kudus, pembimbing perajin kelapa di Dekranas Sabang, Sabtu (9/8/2025)
Bahan utama berasal dari batang kelapa tua berumur rata-rata di atas 40 tahun. Namun, tak semua batang bisa digunakan. “Walaupun sudah tua, kalau kualitas kayunya kurang baik, ya tidak bisa dipakai,” tambahnya.
Produk olahan kayu kelapa yang paling diminati antara lain tempat tisu, asbak rokok, cobek, hingga hiasan bunga. Harga produk dibanderol mulai Rp 15 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung bahan dan tingkat kerumitan.
Menariknya, bahan baku masih sepenuhnya berasal dari Sabang. Kudus bekerja sama dengan para pengumpul kayu kelapa, memanfaatkan limbah potongan kayu yang tidak terpakai. “Satu pohon kelapa biasanya hanya bisa diambil sekitar tiga meter kayunya. Kalau dipotong sendiri, biayanya lebih besar,” jelasnya.
Usaha ini telah dirintis sejak 2002 dan perlahan menarik perhatian wisatawan mancanegara. Sayangnya, keterbatasan kemasan menjadi kendala untuk menembus pasar ekspor. “Wisatawan asing suka sekali, tapi karena kemasan kurang memadai, sulit untuk menjualnya secara luas,” tutur Kudus.
Meski begitu, semangat Kudus dan para perajin Sabang tetap membara, menjadikan limbah kelapa sebagai ikon kerajinan yang mengangkat citra Sabang di mata dunia.(ap)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.