Konflik Palestina vs Israel

Kisah Suleiman Obeid, Tewas Ditembak Tentara Israel Saat Mengantre Makanan, Dijuluki Pele Palestina

Ia mengawali karier profesional bersama klub Khadamat al-Shati di Gaza, lalu memperkuat Klub Pusat Pemuda Al Amari di Tepi Barat.  

Editor: Faisal Zamzami
tangkapan layar X (@ajplus)
SERANGAN ISRAEL - Legenda sepak bola Palestina bernama Suleiman al-Obeid yang dijuluki Pele Palestina tewas ditembak tentara Israel saat menunggu bantuan kemanusiaan di Gaza Selatan. 

SERAMBINEWS.COM - Suleiman Obeid (41), legenda sepak bola Palestina yang dijuluki “Pele Palestina”, tewas dalam serangan Israel ketika sedang menunggu bantuan kemanusiaan di Gaza selatan.  

Menurut laporan ABC News, Minggu (10/8/2025) Suleiman Obeid meninggal setelah ditembak pasukan Israel yang menyerang warga Palestina saat mereka menanti penyaluran bantuan kemanusiaan di Gaza selatan.

Menurut keluarganya, al-Obeid tewas akibat tembakan peluru tank Israel saat mengantre untuk mengambil bantuan makanan di Gaza selatan.

Kepergian al-Obeid, yang merupakan pemain klub Gaza, Al-Shati, dan mantan anggota timnas Palestina, menjadi sorotan internasional setelah bintang Liverpool, Mohamed Salah, mengkritik pernyataan UEFA yang tidak menyebutkan penyebab kematiannya.

Pasukan Pertahanan Israel belum memberikan tanggapan terkait kematian Obeid.

Dikenal dengan julukan “Gazelle”, “Mutiara Hitam”, dan “Pele Palestina” yang mengacu pada legenda sepak bola Brasil, Obeid dikenang oleh Asosiasi Sepak Bola Palestina sebagai sosok bintang lapangan hijau.

Baca juga: Netanyahu akan Hancurkan Seluruh Gaza Kecuali Negara-negara Barat Terapkan Sanksi

Lantas, seperti apa kisah dan kiprah Obeid hingga dijuluki "Pele Palestina"?

Kisah Obeid "Pele Palestina" yang ditembak tentara Israel

Menurut Asosiasi Sepak Bola Palestina, legenda sepak bola Palestina itu gugur pada Rabu (6/8/2025) saat tentara Israel menyerang kerumunan warga yang berkumpul di sekitar pusat distribusi bantuan.  

Julukan “Pele Palestina” disematkan kepadanya berkat kemampuannya dalam mengolah "si kulit bundar", terinspirasi dari maestro sepak bola Brasil yang dianggap salah satu pemain terbaik dunia dengan nama asli Edson Arantes do Nascimento.

Sepanjang kariernya, Obeid mencetak lebih dari 100 gol, menjadikannya salah satu bintang paling bersinar dalam sejarah sepak bola Palestina.

Ia mengawali karier profesional bersama klub Khadamat al-Shati di Gaza, lalu memperkuat Klub Pusat Pemuda Al Amari di Tepi Barat.  

Di level internasional, Obeid tampil 24 kali untuk tim nasional Al-Fida’i, mencetak dua gol, termasuk gol spektakuler dengan tendangan gunting ke gawang Yaman pada Kejuaraan Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.  

Kepergiannya meninggalkan seorang istri dan lima anak.

Asosiasi Sepak Bola Palestina mencatat, kematian Obeid menambah jumlah atlet dan keluarganya yang gugur di Jalur Gaza sejak dimulainya perang menjadi 662 orang.  

Dari total itu, korban yang berkaitan langsung dengan dunia sepak bola mencapai 321 orang, termasuk pemain, pelatih, wasit, pengurus klub, dan anggota dewan.

Baca juga: Nama 5 Jurnalis Al Jazeera yang Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza, Termasuk Anas al-Sharif

Terus Dikenang

Sang istri, Doaa al-Obeid, kini hanya bisa memegang celana pendek bernomor 10 sebagai satu-satunya kenangan berharga dari suaminya.

Keluarga al-Obeid sendiri kehilangan rumah akibat pemboman dan kini tinggal di sebuah tenda di antara puing-puing.

Meskipun perang telah dimulai pada Oktober 2023, al-Obeid tetap bermain sepak bola, mengumpulkan teman-teman untuk terus berlatih.

"Dia tidak pernah berhenti, tidak satu hari pun," kenang Doaa.

"Bahkan selama krisis perang, di tengah-tengah roket, penembakan, dan pembunuhan massal, dia akan pergi bermain.

Menurut Asosiasi Sepak Bola Palestina, ratusan atlet dan pejabat olahraga telah tewas akibat serangan Israel, dan sebagian besar fasilitas olahraga hancur.

Para penggemar al-Obeid berharap warisan sang legenda akan terus dikenang.

"Pemain ini adalah rusa ketika kami melangkah ke lapangan, kami senang menontonnya," kata seorang penggemar, Hassan al-Balawi.

Baca juga: Pembunuhan 5 Jurnalis Al Jazeera Terjadi sebelum Rencana Israel Merebut dan Duduki Kota Gaza

Bantuan Terhambat, Korban Kelaparan Terus Bertambah 

Dilansir dari Aljazeera, Kamis (7/8/2025) insiden yang merenggut nyawa Obeid terjadi di tengah krisis kelaparan yang kian memburuk di Gaza.

Sumber medis mengatakan, setidaknya 18 orang tewas pada hari yang sama saat berusaha mendapatkan bantuan.  

Sejak pusat distribusi bantuan milik Yayasan Kemanusiaan Gaza yang kontroversial mulai beroperasi pada akhir Mei, lebih dari 1.300 warga Palestina dilaporkan tewas di sekitar lokasi pembagian bantuan tersebut.

Sementara, total korban tewas karena kekurangan pangan sejak pecahnya perang pada Oktober 2023 telah mencapai 197 orang, di antaranya 96 anak.  

Sebagian besar kematian ini terjadi dalam beberapa pekan terakhir, seiring ketatnya pembatasan Israel terhadap masuknya pasokan bantuan ke wilayah yang terisolasi itu.

Baca juga: Harga Emas Amblas, Update Harga Emas Antam dan Rincian Harga Emas Hari Ini Per Gram

Baca juga: Kode Redeem FF Free Fire 11 Agustus 2025: Klaim Skin Pain Tendo dan SG2 Gratis, Stok Terbatas!

Baca juga: Waspada! Wanita Rentan Sakit Jika Abaikan Hal Ini, Kata dr Zaidul Akbar

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved