Kesehatan

Mana yang Lebih Berbahaya Antara Mi Instan dan Bumbunya? Ini Penjelasan Para Ahli Gizi

dr Tan mengatakan, komponen mi dari mi instan merupakan produk rafinasi yang berasal dari terigu atau tepung gandum.

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Muhammad Hadi
KOLASE SERAMBINEWS.COM/FREEPIK.COM/LINE TODAY
MI INSTAN - Ilustrasi mi instan dan bumbunya. Berikut penjelasan ahli gizi UGM soal mana yang lebih berbahaya antara mi instan dan bumbunya. 

SERAMBINEWS.COM - Mi instan telah lama menjadi primadona di dapur rumah tangga Indonesia.

Dikenal karena harganya yang terjangkau, rasanya yang lezat, dan kemudahan penyajiannya, makanan praktis ini digemari oleh berbagai kalangan, dari anak kos hingga pekerja kantoran yang sibuk.

Namun, di balik kepopulerannya, mi instan sering kali dicap sebagai makanan yang kurang sehat, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan.

Tak sedikit konsumen yang mempertanyakan soal mana yang lebih berbahaya bagi kesehatan antara dua komponen utama mi instan, yaitu mi dan bumbu penyedap.

Pertanyaan ini bukan tanpa alasan, mengingat mi instan dikemas dengan berbagai zat tambahan.

Untuk menjawab keraguan yang meluas di masyarakat, beberapa ahli gizi telah memberikan penjelasan mendalam.

Simak penjelasannya dalam artikel berikut.

Baca juga: Mana Lebih Berisiko Bagi Kesehatan, Mi Instan atau Bumbunya? Ini Saran Ahli Gizi dan Cara Memasaknya

Mi vs bumbu dari mi instan

Dokter gizi komunitas dari Dr Tan & Remanlay Institute Banten, Tan Shot Yen dalam sebuah kesempatannya pernah memberikan penjelasan mengenai komponen mana dari mi instan yang lebih berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Menurut dr Tan, baik mi maupun bumbu dari mi instan sebenarnya sama-sama tidak sehat.

Hal itu dikarenakan bumbu mi instan umumnya tinggi garam dan penguat rasa Monosodium glutamate alias MSG.

Komposisi MSG terdiri atas natrium dan klorida, dengan mineral natrium berperan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Menurut Tan, tubuh manusia membutuhkan natrium untuk keseimbangan eletrolit yang digunakan sebagai penunjang kerja otot dan syaraf.

"Kecukupan garam mampu menahan air dalam tubuh. Bekerja sama dengan kalium menjaga tekanan darah, kesehatan jantung, dan ginjal," kata Tan pada Kamis, 4 Januari 2024, sebagaimana dikutip dari artikel Kompas.com.

Namun, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagaimana dikutip dari laman resminya, terlalu banyak asupan natrium berakibat pada air yang lebih banyak pada pembuluh darah.

Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan volume cairan darah, yang berimbas pada peningkatan tekanan darah.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved