Catatan Indonesia
Kisah Cut Zahara dan Bayi Ajaib Gemparkan Indonesia Tahun 1970-an: Hoaks yang Menyerang Istana
Inilah kisah Cut Zahara Fona, wanita asal Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh yang pernah menggemparkan Indonesia pada tahun 1970-an.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Saat itu, polisi memburu Cut Zahara di Kampung Gambut, 14 kilometer dari Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Di tempat tersebut, polisi berhasil menemukan alat pemutar kaset atau tape recorder yang disisipkan di dalam pakaian Cut Zahara.
Polisi kemudian menyita tape recorder EL 3302/OOG tersebut beserta kaset rekaman suara tangisan bayi dan bacaan ayat-ayat suci Al Quran.
Kemarahan dan kekecewaan publik pun meledak. Para tokoh yang mendukung kala itu merasa dipermalukan.
Setelah kebohongannya terbongkar, ia dikabarkan dipenjara namun tidak diketahui dimana dan berapa lama ia ditahan.
Bukan Satu-satunya Hokas Menyerang Istana
Berita bohong Cut Zahara Fona dan janin ajaibnya bukan satu-satunya hoaks yang mengguncang jajaran Istana.
Di Indonesia, serangan hoaks kepada presiden telah muncul sejak era presiden pertama, Ir Soekarno.
Harian Kompas pada 31 Januari 1966 menulis, saat itu Bung Karno pernah diisukan sakit dan bersembunyi di Tokyo, Jepang.
Berita bohong tersebut kemudian diklarifikasi saat berpidato dalam rangka peringatan hari lahir ke-40 Nahdlatul Ulama (NU).
Selain itu, pada era Presiden Soekarno, juga ada hoaks Ratu Markonah dan Raja Idrus yang mengaku raja dan ratu dari suku Anak Dalam.
Mereka mengaku akan menyumbang harta benda untuk kepentingan merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
Konon, mereka sempat diterima Presiden Soekarno di Istana.
Namun, belakangan, seperti dilaporkan Harian Kompas pada 25 September 2002, Idrus diketahui adalah tukang becak.
Ada pula hoaks harta karun di situs Batutulis, Bogor, Jawa Barat, pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri.
Bahkan, sempat terjadi penggalian harta karun oleh Menteri Agama Said Agil Al-Munawar.
Said bersikeras melanjutkan penggalian karena harta di sana diyakini bisa digunakan membayar utang negara.
Kendati demikian, hingga saat ini, harta karun Batutulis yang dimaksud tak kunjung terbukti kebenarannya.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS
Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.