MENYAPA NUSANTARA
Memperjuangkan Peternak Sapi Lokal Tembus Pasar
Indonesia masih mengandalkan impor sapi untuk menjaga keseimbangan pasokan daging nasional hingga 2029. Hal ini terjadi karena kebutuhan.....
Secara teoritis, penggemukan sapi lokal menjadi salah satu harapan besar untuk menjawab kebutuhan daging sapi nasional.
Dengan jumlah peternak rakyat yang mendominasi, usaha ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga menyangkut hajat hidup jutaan keluarga di perdesaan.
Namun, berdasarkan analisa di lapangan, pangsa pasar sapi penggemukan lokal, saat ini sebagian besar hanya terfokus untuk siklus tahunan Lebaran Haji.
Salah satu alasan pasar sapi lokal hanya untuk kurban adalah harga pada momen ini lebih baik (hingga Rp.65.000,00/kg) dibanding hari biasa.
Fakta tersebut menjadi bukti bahwa hasil penggemukan sapi lokal kurang kompetitif untuk pemotongan harian biasa.
Penyebabnya pertama, persentase karkas sapi lokal rendah. Penggemukan sapi milik peternak rakyat menghasilkan persentase karkas kurang dari 50 persen.
Hal tersebut karena faktor genetik dan pola pakan yang kurang optimal, sehingga pertumbuhan kurang optimal.
Peternak biasanya memberi pakan dengan sistem basah, yaitu menggunakan comboran. Pemberian comboran berlebihan justru banyak menyebabkan gangguan metabolik, seperti asiodis dan over eating disease.
Seringkali jenis hijauan yang diberikan sangat bervariatif dan tidak stabil, tergantung musim dan ketersediaan.
Pada musim kemarau, diberikan pakan alternatif jerami padi yang menjadi sumber serat utama, tetapi rendah energi dan rendah protein.
Sapi memang terlihat cepat besar, perut terlihat besar, tetapi volume kotoran lebih banyak, lebih hitam, dan lebih pekat sebagai indikator persentase karkas rendah.
Kedua, tingginya harga bakalan sapi lokal. Pembelian bakalan sapi lokal, hingga saat ini masih menggunakan sistem taksiran atau jogrok yang menyebabkan mahalnya harga bakalan per kg berat hidup, yaitu Rp60.000 – 70.000 per kg. Dengan sejumlah biaya produksi lainnya, harga sapi penggemukan lokal masih sulit berkompetisi dengan harga pasar.
Sebagai contoh, harga jual sapi jantan penggemukan di peternak rakyat di luar hari raya Idul Adha normalnya Rp.52.000 per kg, sedangkan harga hasil sapi penggemukan bakalan impor mengikuti tren harga pasaran sapi penggemukan di Australia, berkisar Rp48.000 - Rp49.000 per kg.
Di sisi lain, harga sapi betina yang sudah tidak produktif dan gemuk (induk pernah melahirkan) relatif lebih murah, yaitu Rp38.000 per kg dan dara berkisar Rp42.000 per kg, berdasarkan berat badan hidup.
Harga sapi betina yang lebih murah ini menyebabkan jumlah pemotongan sapi betina, sampai saat ini masih tinggi. Jika hal ini dibiarkan, kondisi ini dapat mengancam perkembangan populasi sapi karena populasi betina terancam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.