Opini

Jejak Cinta Zurriyat Rasulullah: Silaturahmi ke Habib Luthfi, Doa yang Menjawab Impian

Perjalanan itu sesungguhnya bukan rencana semata manusia. Ada doa-doa panjang yang terucap setiap malam, ada kerinduan yang

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Nanda Saputra, Dosen STIT Al-Hilal Sigli, Ketua PC ISNU Kab. Pidie, & Kandidat Doktor Universitas Sebelas Maret 

Momen paling membekas adalah ketika Habib Luthfi mengangkat kedua tangannya, menengadah ke langit, dan mendoakan. Suara doa beliau lirih, penuh kekhusyukan, tetapi setiap katanya seperti mengetuk pintu langit.

“Ya Allah, berkahilah anak kami dari Aceh ini. Jadikan ia pejuang ilmu, pejuang bangsa, dan hamba-Mu yang Engkau cintai.”

Air mata tak tertahan. Doa itu bukan sekadar ungkapan, melainkan jawaban atas impian yang terpendam sekian lama. Setiap insan pasti memiliki cita dan doa, tetapi ketika doa itu dipanjatkan oleh seorang kekasih Allah, keyakinan tumbuh bahwa jalan menuju terwujudnya impian semakin terbuka lebar.

Bagi Ketua PC ISNU Pidie, doa itu bukan hanya penguat pribadi. Ia adalah amanah. Amanah untuk menjaga marwah ilmu, menjaga kebangsaan, dan menebarkan cinta kasih dalam bingkai Islam rahmatan lil ‘alamin.

Pertemuan itu juga menegaskan kembali ikatan antara Aceh dan Jawa, antara dayah dan pesantren, antara ulama dan habaib. Di masa lalu, ulama Aceh pernah berguru kepada para habaib di Hijaz dan Hadramaut. Kini, estafet itu terus bersambung dalam wajah baru: silaturahmi intelektual dan spiritual.

Ketua PC ISNU Pidie datang membawa nama organisasi sarjana NU, tetapi pulang membawa lebih dari sekadar catatan silaturahmi. Ia membawa pulang doa, semangat, dan keyakinan bahwa perjuangan membangun umat harus senantiasa dilandasi cinta kepada Rasulullah SAW dan keturunannya.

Doa Habib Luthfi seakan menjadi bahan bakar baru. Ketua PC ISNU Pidie pulang dengan semangat yang berlipat ganda untuk membangun peran sarjana NU di daerahnya. Pendidikan, dakwah, sosial, hingga kebangsaan harus dirangkai dengan nafas cinta Rasul. Sebab, tanpa cinta itu, perjuangan akan kehilangan ruh.

Di Pidie, organisasi ISNU kini dihadapkan pada tantangan besar: menyiapkan generasi sarjana yang berakar pada tradisi, tetapi mampu menjawab tantangan zaman. Doa Habib Luthfi menjadi penegas bahwa perjuangan itu bukan sekadar program kerja, melainkan jihad keilmuan dan kebangsaan.

Doa yang Menjawab Rindu

Silaturahmi itu hanya berlangsung beberapa jam. Namun, jejaknya akan abadi sepanjang hidup. Setiap kata, setiap doa, setiap senyum Habib Luthfi menjadi pengingat bahwa dalam perjuangan ini tidak pernah sendiri. Ada doa zurriyat Rasulullah yang menyertai, ada restu ulama yang meneguhkan.

Kunjungan itu juga menjadi pesan penting bagi generasi muda: jangan pernah lelah bersilaturahmi dengan ulama. Jangan pernah bosan mendekatkan diri kepada habaib. Sebab, dari merekalah kita mendapatkan cahaya, doa, dan teladan untuk menapaki jalan hidup yang penuh liku.

Silaturahmi Ketua PC ISNU Pidie ke kediaman Habib Luthfi bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin. Ia meneguhkan kembali bahwa cinta kepada Rasulullah dan keturunannya adalah cahaya yang menuntun kehidupan.

Doa yang dipanjatkan Habib Luthfi menjawab impian yang lama tersimpan. Lebih dari itu, doa itu menjadi penanda bahwa perjuangan masih panjang, dan tugas menjaga agama, ilmu, serta bangsa adalah amanah yang harus terus dihidupi.

Jejak cinta itu kini terpatri, bukan hanya dalam catatan sejarah pribadi, tetapi juga dalam denyut perjuangan organisasi. Dari Aceh ke Pekalongan, dari santri ke habib, dari doa ke impian—semua menyatu dalam simpul cinta yang tak lekang oleh waktu.


*) Penulis adalah merupakan Dosen STIT Al-Hilal Sigli, Ketua PC ISNU Kab. Pidie, & Kandidat Doktor Universitas Sebelas Maret

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved