(Baca: Maulidan, Cara Pedagang Aceh Menjaga Silaturahmi di Sumatera Utara )
Kristina Killgrove, seorang antropolog biologi di University of West Florida menjelaskan bagaimana hal tersebut bisa terjadi.
Killgrove mengatakan bahwa hal ini mungkin terjadi karena pohon oak chestnut yang menjebak anjing malang itu seolah menjadi peti matinya.
Pohon oak chestnut sendiri diketahui mengandung tanin, yaitu zat yang biasanya digunakan untuk melapisi kulit binatang untuk mencegah pembusukan.
Tanin adalah "pengering" alami atau bahan yang menyerap kelembapan dan mengeringkan sekitarnya.
Lingkungan yang memiliki kelembapan rendah akan menghentikan aktivitas mikroba.
(Baca: Istrinya Diperkosa Lalu Dibunuh di Kebun Jagung, Begini Ungkapan Hati Bustami)
(Baca: Pemkab dan BNNK Pidie Turun ke Jalan Sosialisasikan Pencegahan Peredaran Narkoba)
Seperti yang diketahui, saat manusia atau hewan mati, mikroba dalam tubuh menjadi tak terkendali akibat proses biologis.
Mikroba mulai "memakan" tubuh dan mikroorganisme dalam usus juga memulai pembusukan.
"Mereka tumbuh, mereka bereproduksi, dan mereka mulai mengambil alih tubuh," kata Killgrove dikutip dari Newsweek, Jumat (19/01/2018).
Killgrove juga menjelaskan saat tubuh kembuh dan meluruh, bakeri, jamur, dan serangga kemudian akan datang untuk memakan sisa-sisa tubuh.
Dengan kata lain, saat tanin dari pohon oak chestnut tersebut menyerap kelembapan di sekitar mayat anjing itu, tak akan ada pembusukan.
(Baca: Cerita Mualaf Cantik Asal Korsel yang Sering Dilamar Penggemarnya)
(Baca: Saat Ditemukan, Celana Ibu Muda yang Dibunuh di Kebun Jagung Terbuka hingga Pergelangan Kaki)