"Enggaklah, kami enggak jual anjing rabies. Kalau dijual, habislah kami semua digigit. Siapa yang mau megang anjing rabies," jawab salah satu bibi pedagang.
Lalu, dia menuturkan, setiap hari mereka berjualan anjing, tetapi tidak setiap hari pula ada anjing yang terjual. Sementara itu, pada Sabtu, menurut dia, para pengepul anjing berdatangan dari berbagai penjuru untuk menjual anjing lagi kepada mereka.
Selama ini, lanjut bibi penjual, kebanyakan pembelinya adalah pemilik rumah makan dan lapo tuak (kedai penjual makanan khas Batak) yang menyediakan menu dan tambul daging anjing atau yang biasa disebut biang atau B1 di Sumatera Utara.
Baca: Jelang Piala Dunia 2018, Otoritas Rusia Musnahkan Banyak Anjing Liar
Dia lalu menegaskan bahwa anjing-anjing itu selalu dijualnya dalam keadaan hidup. Kalau dalam perjalanan ke pasar ada anjing yang mati, bangkainya dibuang karena tidak laku lagi.
"Kalau mati dibuang, kami enggak jual bangkai anjing, harus hidup," ucapnya.
Selain di Pajak Pancurbatu yang letaknya di luar Kota Medan, di tengah Kota Medan, daging anjing juga dijual di Pajak Sambu. Hanya saja, tidak lazim anjing hidup yang dijual di pajak ini.
Pajak daging yang letaknya tepat di belakang pos polisi Terminal Sambu, Kelurahan Gang Buntu, Kecamatan Medan Timur, hanya menjual daging anjing dan babi potong.
Daging-daging anjing dijual di depan kompleks ruko tua yang kusam dan kotor. Dua pria pedagang daging babi menggelar dagangannya sambil mengibas-ibaskan plastik di atas tumpukan daging untuk mengusir lalat.
Baca: Benarkah Kucing dan Anjing Bisa Melihat Hal Asing yang Kasat Mata? Begini Sains Menjelaskan
Sementara itu, lapak di sebelahnya sudah kosong. Itu adalah lapak pedagang daging anjing. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan daging anjing di pasar ini. Dalam dua jam, daging anjing biasanya sudah ludes. Biasanya laku kepada para pelanggan.
“Lama kali kakak datangnya. Dia dari subuh paling lama sampai jam 10.00 di sini. Itu pun langsung habis. Tinggal telepon-telepon saja, orang berdatangan. Beli sop anjing ajalah atau ini, daging babi aja,” kata seorang pedagang daging babi sambil merayu.
Daging anjing di pasar ini dijual Rp 50.000 sampai Rp 60.000 per kilogram. Tidak ada pemotongan anjing di tempat ini.
“Daging anjing datang dalam keadaan sudah bersih dan dipotong-potong,” ucapnya.
***
Di Medan, berbagai rumah makan dan lapo tuak yang menyajikan hidangan daging anjing tersebar, mulai dari kawasan Amplas, Helvetia, Marelan, Belawan, hingga Jalan Medan-Binjai. Di jalan keluar dari Medan, di sepanjang Jalan Tanjung Morawa sampai masuk Perbaungan, juga tersaji.
Baca: Miris Melihat Gedung SD Ini, Tiap Hari Anjing Bisa Masuk Ruangan Belajar Murid
Di sepanjang Jalan Djamin Ginting atau yang terkenal dengan sebutan kawasan Padang Bulan, Medan, hampir di setiap tepi jalan ada warung makan dengan plang nama bertuliskan "sedia babi atau B2 dan B1 panggang, saksang, lomok-lomok, kidu-kidu, dan sop anjing".
Meski terang-terangan menjual menu daging anjing, banyak pemilik warung yang enggan berbicara dan ketakutan. Begitu pula penikmatnya.
Namun, di antara yang enggan, ada para penikmat yang secara terbuka mengakui alasan mereka menyukai menu daging anjing.
Apa kata mereka?
(Kontributor Medan, Mei Leandha)
Berita Ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: Perjalanan Daging Anjing di Medan, dari Pasar hingga Piring Makan (1)
BERSAMBUNG........
Dari Rumah Makan, Tukang Jagal Takut Rabies, Stroke Akibat Makan Anjing Hingga Mitos Digonggong (2)