Bagi masyarakat awam barangkali tidak mudah mengapresiasi atau mengerti lukisan LailahaillAllah MuhammadurRasulullah (1998) karya Samsuddin Hardjakusumah, misalnya.
Baca: VIDEO - Kapolres Banda Aceh Prihatin Narkoba Rambah Usia Produktif dan Anak-Anak
Tapi kehadirannya telah menyemarakkan ruang lobi teater tertutup Taman Seni dan Budaya Aceh. Sebut saja "melodi" warna kontrasnya, toh bisa memanjakan mata siapa saja. Bersih sedap dipandang.
Lalu 33 karya perupa Aceh "tak kalah" semaraknya. Warna-warna biru langit, biru laut, hijau, jingga, merah, merah bata, hitam, telah memoles ruangan kecilnya Taman Seni yang hampir seluruh halamannya sedang dipugar itu, dan mengurangi "marwah" pameran.
Tak mengapa? Bila kita fokus ke pamerannya, bagus atau tidak bagusnya karya perupa putra Aceh (domisili Aceh), yang jelas orang-orang banyak juga yang mendekati karyanya.
Baca: VIDEO - ‘KNPI Week’ di Le More Café Banda Aceh, Ada Bazar Fashion, Kelas Make Up, Hingga Live Music
Seperti Zul MS dengan Spirite of Putroe Jaroe's (Saman) Dance yang kaya warna cerah. Juga Wisata di Ujung Panco Banda Aceh (M Arief Wijaya) dengan tiga warna utama (birunya laut, tiga perempuan berseragam hijau merah yang mencolok). Juga memanjakan penglihatan.
Tak heran lantaran permainan warna cerah tadi, banyak yang berswafoto dan foto bareng dengan latar lukisan.
Sebut saja di lukisan Cahaya Nusantra (M Yasir), Az Zukhruf 43 (Said Akram), Perang A-Famosa, Malaka, 1630 M (Sayed Alwie Al Habsyie).
Ada juga perupa perempuan yang berani tampil dengan lukisan kaligrafinya nan unjuk warna, yaitu Al-Anbiya 16 (Syarifah Hilaluna Merashky), Arrizka (Suarifah Humaira). Perupa Qurbani Akbar juga tampil "heboh" dengan My love, you will only be a spectator.
Baca: Video Live Facebook - Pembukaan MTQ Ke-35 Kota Banda Aceh di Masjid Baitul Musyahadah
Tahukah Anda? Pameran versi GNI ini digilir untuk seluruh provinsi di Indonesia, setahun sekali. Maka setelah 2018, Aceh baru mendapat "jatah" lagi sekitar 33 tahun lagi bukan?
Siapakah 30 perupa yang mujur kali ini? Mereka Idrus bin Harun, Qurbani Akbar, Rahmad Alfajrianur, Sabaruddin, Said Akram, Yusrizal Ibrahim, Ahmad Garli, Anni Kholilah, Dedy Afriadi, Deshinta Heriza, Hatmi Negria Taruan, Ismawan, dan Iswadi Barsi.
Kemudian Khairunnisa Adamy, M Ali, M Arief Wijaya, M Fariz Albar Nabudi, M Hafidh, M Hamzah, M Yasir, Mashuri, Murdani, Pairin Mauri, Sayed Alwie Al Habsyie, Syarifah Hilaluna Merashky, Syarifah Humaira, Tuah Tharaya Saragih, Yulfa Haris Saputra, Zikri, dan Zul MS.
Baca: Pendaftaran CPNS 2018 - Pelamar Wajib Hati-hati, Ini Ukuran Dokumen Harus Diunggah ke Situs SSCN
Well, pantaskah karya perupa Aceh bersanding dengan kaya perupa sekaliber enam perupa nasional tadi? Jujur saja, Serambinews.con tak pandai dan pantas menilainya.
Silakan datang dan simak sendiri ke UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh alias Taman Budaya Aceh di Jalan Teumu Umar No.9, Setui, Banda Aceh, yang digelar hingga 30 September 2018. Bila tak mengerti artinya, paling tidak bikin cuci mata sajalah.(*)