Di tengah perjalanan, Raja Harahap juga menunjukkan sebuah tempat Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah Swt menyembelih anaknya Ismail yang kemudian digantikan dengan seekor kibas oleh Sang Pencipta. Kisah itu yang menjadi latar belakang sejarah penyembelihan hewan kurban pada setiap Iduladha.
Sebelumnya, tentu kisah Rasulullah Ibrahim lainnya adalah di Masjidil Haram. Di lokasi ini, dulunya Nabi Ibrahim harus mengikuti perintah Allah untuk meninggalkan istrinya, Siti Hajar dan anaknya, Ismail yang masih bayi.
Saat ditinggalkan itu pula, Ismail menangis kehausan, sehingga di tengah Padang Pasir itu, Siti Hajar melihat seperti ada air di Bukit Safa, namun saat ia tiba berlari ke bukit itu, airnya tak ada dan justru terlihat di Bukit Marwa. Saat berlari dan tiba di Bukit Marwa, di mata Hajar, air seperti ada di Bukit Safa lagi, sehingga begitulah seterusnya sehingga sampai tujuh kali ia berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwa untuk mencari air.
Namun, akhirnya air justru keluar di bawah kaki Ismail. Melihat air ini, Siti Hajar sangat senang, sambil mengatakan „zamzam“ yang artinya berkumpul-kumpul, sekaligus ia membatasi air itu dengan pasir agar tak mengalir ke mana-mana.
Begitulah sejarah air zamzam yang masih ada hingga kini. Sedangkan peristiwa Siti Hajar berlari-lari kecil mencari air hingga tujuh kali itu, juga diwajibkan Allah kepada jamaah dalam rukun haji dan umrah berupa sai antara Bukit Safa dan Marwa. (*)