Wawancara Eksklusif

‘Jika Saya Gaduh, PNA Cuma 1 Kursi’

Editor: hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Samsul Bahri ( Tiyong) SERAMBI/BUDI FATRIA

Dia (Irwandi) sebenarnya tidak tahu persis bagaimana jalannya partai, karena dia tidak pernah buat rapat, dia hanya terima-terima laporan. Kalau ada laporan yang benar, maka benar pemikirannya, kalau ada laporan yang salah, ya salah pemikirannya.

Dua hari lalu muncul wacana Kongres Luar Biasa (KLB), ada dasarnya?

KLB seperti ketua umum bicara kemarin, (dapat dilaksanakan apabila) ada permintaan dari DPW atau dari kecamatan-kecamatan, atau ada rekomendasi dari majelis, itu baru bisa dilaksanakan KLB. Makanya, (kalau) yang mereka bilang (KLB) itu adalah wacana beberapa orang petinggi di DPP, bukan seperti itu, tetapi adanya kehendak dari DPW-DPW.

Kalau daerah meminta saya harus berhenti dari ketua harian, saya berhenti terus, tapi kalau ada yang menginginkan saya tetap disini, ya saya tetap disini, karena organisasi ini punya banyak orang, bukan satu orang. Namanya saja partai pengkaderan, partai demokrasi yang modern, bukan partai kelompok, bukan partai keluarga dan lain-lain.

Terakhir, apakah pemberhentian Anda ada kaitannya dengan pengusulan calon wakil gubernur?

Dalam hal ini saya tidak bisa berandai-andai, apakah dia takut saya maju wagub, itu tidak tahu saya, karena saya sendiri tidak pernah berwacana ingin jadi wagub.

Jika didorong oleh kader?

Saya tidak mau. Kita pun punya prinsip sendiri, kita harus instropeksi diri, mampu tidak kita di posisi itu. Jangan memaksakan di posisi yang tidak mampu, nanti bahaya umat di Aceh. Maka jangan ada mimpi dia (Irwandi) di penjara bahwa Tiyong akan jadi wakil gubernur. Tidak! Jangan takut ke arah itu.(*)

Berita Terkini