Aceh Carong

Beasiswa Aceh Carong, Doa Tjut Nyak Dhien yang Terkabulkan

Penulis: Subur Dani
Editor: Jalimin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tjut Nyak Dhien (17) memperlihatkan buku bank beasiswa Aceh Carong bagi masyarakat miskin dari Pemerintah Aceh di rumahnya di Desa Pango Deah, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Sabtu (21/9/2019).

Beasiswa Aceh Carong, Doa Tjut Nyak Dhien yang Terkabulkan

Laporan Subur Dani | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA A ACEH - Rumah kopel berdinding papan itu tampak lengang, seperti tak berpenghuni. Cat putih yang mewarnai dinding terlihat memudar, bahkan mulai mengelupas di beberapa sisi.

Rumah kecil dua kamar itu berlantai semen, beralaskan spanduk bekas milik partai politik dan salah satu bank.

Tak ada plafon yang menutup atap. Ruang tamu dan dapur pun terlihat satu, tidak ada dinding atau penyekat. Yang ada hanya dua kamar, luasnya tak begitu lebar.

“Masuk Bang, silakan duduk. Ini tempat tinggal saya, rumah sewa ini Bang, bukan rumah kami,” kata Tjut Nyak Dhien, gadis 17 tahun, mempersilakan masuk.

Hari itu, Sabtu (21/9/2019), Tjut menerima Serambinews.com di rumahnya itu, di Desa Pango Deah, Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh.

Di rumah itu, Tjut Nyak Dhien tinggal bersama ayah dan abangnya. Gadis bungsu kelahiran 1 Januari 2002 itu punya satu abang dan dua kakak.

“Abang kerja di foto kopi, kakak dua-duanya di kampung (Pidie Jaya). Kalau mamak tidak di sini lagi,” ujar Tjut, tertunduk diam.

Ayah Tjut Nyak Dhien, sehari-hari berjualan mi Aceh untuk menopang ekonomi keluargannya. Sedangkan, Tjut, belum lama ini, baru saja lulus dari SMAN 12 Banda Aceh.

UU Pesantren Disahkan, HRD Siap Kawal Lahirnya Kementerian Pesantren

MIT: Jangan Mudah Percaya Penipuan Bermodal Nomor Handphone

Hari itu, di rumahnya, Tjut bercerita. Bola matanya berkaca-kaca, ingatannya seketika mundur ke belakang, ia berkisah tentang keinginan kuliah yang sempat terkendela biaya.

“Selesai SMA awal 2019 lalu, saya bingung gimana mau kuliah, keuangan kami tak cukup. Ayah jual mi Aceh, tak mampu membiayainya,” ucap Tjut, pelan.

Tak ada satu pun di keluarga mereka yang menjadi sarjana. Abangnya, pernah kuliah, namun harus berhenti di tengah jalan, karena tak ada biaya.

Prestasi Tjut selama sekolah terbilang gemilang. Dia selalu mendapat rangking pertama, mulai dari kelas satu hingga kelas tiga.

Hasratnya untuk kuliah cukup kuat, meski keluarga tak menyanggupi, namun Tjut tetap bertekad.

Halaman
1234

Berita Terkini