Sejak usia enam bulan, ia harus hidup di dalam kurungan kayu dan tinggal bersama ibunya, Fauzian (55) yang lumpuh.
Laporan Masrizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Lembaga donasi Rumoh Umat langsung bergerak menggalang dana setelah membaca berita headline Harian Serambi Indonesia, Rabu, 18 Desember 2019.
Berita itu menceritakan kondisi bocah lelaki, Fazzilul Rahman (5) yang dikurung dalam kurungan kayu di Meulaboh, Aceh Barat sejak usia enam bulan hingga sekarang.
Sejak usia enam bulan, ia harus hidup di dalam kurungan kayu dan tinggal bersama ibunya, Fauzian (55) yang lumpuh.
Ketua Lembaga Rumoh Umat, Tgk Mustafa Husen Woyla, mengaku terjekut membaca berita headline Harian Serambi Indonesia hari ini yang mengulas tentang kisah bocah malang tersebut.
"Bocah itu tunawicara dengan penyakit tidak bisa makan normal, ibunya juga lumpuh, janda, dan tinggal rumah reot sudah cukup membuat dada kita sesak melihat kemalangan nasib yang dialami dua hamba Allah ini," katanya.
• Setubuhi Anak Angkat, Pensiunan PNS Beristri Dua di Aceh Singkil Dicambuk 170 Kali
Oleh karena itu, Rumoh Umat mengajak semua elemen masyarakat, terutama para dermawan untuk meringankan beban yang sedang dihadapi oleh ibu Fauzian (55) dan Fazzilul Rahman (5).
"Target donasi ini selama 17 hari , mulai 19 Desember 2019 sampai dengan 4 Janauri 2020.
Saya yakin akan ada infaq terbaik dari saudara-saudara kita," ujarnya.
Penggalangan donasi itu dilakukan melalui media sosial, melalui whatsapp, dan facebook.
Selain melalui media sosial, Rumoh Umat juga menyerukan kepada para pengasuh majelis taklim hingga paguyuban atau perkumpulan apapun untuk ikut menyumbang.
"Mari sama-sama kita bergerak ringankan beban saudara kita Fauziah dan anaknya Fazzilul Rahman
melalui nomor rekening Giro; 1000005546 BNI Syariah a.n Lembaga Donasi Umat," ajak Tgk Mustafa.
• BREAKING NEWS - Polisi Tangkap Pembunuh Wanita yang Ditemukan di Gunung Paro Aceh Besar
Kepada pengirim donasi, setelah dikirim agar dapat mengonfirmasinya kepada
ketua Lembaga Donasi Rumoh Umat, Tgk Mustafa Husen Woyla melalui HP/WA, 0852 7714 9334.
Menurut Tgk Mustafa, target maksimal pengumpulan dana hingga angka Rp 90 juta.
Tujuannya, untuk membangun rumah layak huni 85 juta dan kebutuhan hidup Rp 5 juta.
"Tentunya juga kami berharap pemerintah dan dinas terkait segera menangani kasus-kasus seperti ini, tidak mesti harus sudah viral di media baru kita bergerak.
• Donald Trump Dimakzulkan DPR AS, Fahri Hamzah Sebut Jokowi Juga Bisa Dilengserkan dari Jabatannya
Seperti diberitakan Harian Serambi Indonesia edisi hari ini, Kamis (19/12/2019).
Tragis dan memilukan.
Itulah gambaran kehidupan Fazzilul Rahman, bocah laki-laku berusia 5 tahun yang tinggal di Desa Panggong, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat.
Sejak usia 6 bulan, ia harus hidup di dalam kurungan kayu. Ia tinggal bersama ibunya yang lumpuh.
Saat Serambi berkunjung ke kediamannya, Rabu (18/12/2019), Fazzilul terlihat sedang memandang ke luar dari balik jerjak sambil menyandarkan kepalanya ke bilah kayu.
Sorot matanya memandang ke luar melihat teman-teman sebayanya bermain.
Terkadang tatapan matanya terlihat kosong. Saat disapa, Fazzilul hanya terdiam.
Hanya tangan lembutnya yang menyapa ramah.
• Kesal Karena Tebang Pohon di Lahan Miliknya, Kades Nekat Tabrak Warganya hingga Meninggal
Di kerangkeng seukuran 1x1 meter inilah, Fazzilul Rahman, menghabiskan waktunya sejak usianya masih 6 bulan, tidur, bermain, dan makan.
Ia hanya dipindahkan ke dalam rumah hanya saat tidur malam saja.
Fazzilul harus menghadapi kondisi ini karena sang ibu Fauzian (55) mengalami kelumpuhan, sehingga tak berdaya untuk mengurusinya.
Janda ditinggal mati suami ini hidup dalam kondisi kesusahan di gubuk kecil berukuran 3x3 meter, di atas tanah milik orang lain.
Gubuk reot itu hanya beratapkan rumbia dan sangat tidak layak huni.
Saat hujan, tetesan air jatuh hingga membasahi tempat tidurnya.
Di dalam gubuk ini ia tinggal bertiga dengan dua anaknya.
• Lima Ruko Perabotan di Timang Gajah Rusak Tertimbun Longsor, BPBD Bener Meriah Salur Bantuan
Selain Fazzilul, juga ada anak keduanya yang perempuan berusia 15 tahun.
Sedangkan anak pertama, laki-laki, telah menikah dan tinggal di Blangpidie.
Informasi yang diperoleh Serambi dari tetangga sekitar, suami Fauzian meninggal dunia tiga tahun lalu. Sementara Fazzilul Rahman telah tinggal di kurungan sejak ia masih bayi.
Para tetangga tidak tahu persis apa yang menyebabkan Fazzilul dikurung sejak bayi, padahal ketika itu ibunya masih sehat dan ayahnya juga masih hidup.
Sang ibu juga tak bercerita banyak.
Ia hanya mengisahkan kondisi hidupnya yang memprihatinkan sejak kepergian sang suami, sehingga anaknya kini menjadi yatim.
“Saya tidak sangup menjaga anak saya yang satu ini, karena saat dilepaskan, ia mengambil semua barang yang ada dan melemparkannya ke luar, dan jika ke luar rumah ia masuk ke hutan.
Ditambah lagi saya sudah lumpuh dan tidak berdaya lagi mengurusnya,” ujar Fauziah kepada Serambi.
• Sudah Empat Hari, Warga Aceh Selatan yang Hilang Saat Mencari Rotan di Hutan belum Ditemukan
Ia juga mengungkapkan bahwa anaknya ini mengalami tunawicara, sehingga tidak bisa diajak bicara.
Fazzilul juga tidak mau makan nasi sejak usianya 5 bulan dan sebagai gantinya Fauziah memberikan roti keju.
Roti tersebut ia kunyah terlebih dahulu baru kemudian ia suapkan ke mulut Fazzilul.
“Satu suap nasi masuk ke mulut, langsung ia muntah, sehingga makanan sehari-harinya roti keju. Kalau sudah lapar, ia hanya menangis sebagai tanda mau makan,” ungkapnya.
Ia pun berharap kepada pemerintah agar dapat membantu meringankan kesusahan hidupnya.
Saat ini, ia dan anak-anaknya bertahan hidup dari belahan kasihan orang lain, termasuk untuk biaya sekolah anaknya yang perempuan bernama Puja.
“Saya sudah pasrah dengan kehidupan yang saya jalani ini,” imbuh Fauziah.
• Begini Penuturan Pemilik Ruko Tertimbun Longsor di Bener Meriah, Ada Firasat tak Enak Hingga Selamat
Terpisah, Sekretaris Desa (Sekdes) Desa Panggong, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Muslim, saat dikonfirmasi Serambi mengatakan bahwa bantuan terhadap keluarga Fauziah selalu mengalir.
Bantuan yang sudah diberikan berupa kios dan isinya untuk pemberdayaan ekonomi, bantuan anak yatim, beras miskin (raskin), serta bantuan dari warga sekitar.
“Soal bantuan selalu ada untuk Fauziah, bahkan mulai bantuan dari dinas sosial berupa kios dan isinya, bantuan dari baitul mal dan warga sekitar.
Namun menyangkut dengan kondisi anaknya yang dikurung, itu saya baru mengetahuinya saat ini, sebab saya dan keuchik baru sembilan bulan menjabat di sini,” ungkap Muslim yang di damping Kaur Kesra Atik kepada Serambi, Rabu (18/12/2019) malam di rumahnya.
Pihaknya mengaku saat ini sedang melakukan pembenahan desa, termasuk mendata semua warga yang masih dalam kekurangan dan hal-hal lainnya.
Ia menjanjikan, jika memang keluarga Fauziah memiliki tanah sendiri, pihak desa pada 2020 akan memprioritaskan pembangunan rumah untuk keluarga tersebut.
Pihak desa juga mengakui bahwa keluarga Fauziah memang belum masuk dalam daftar Program Keluarga Harapan (PHK).
Namun saat ini yang bersangkutan telah didata, dan nantinya juga akan mendapat program bantuan PKH.
Terkait dengan kondisi Fazzilul Rahman yang dikurung, Serambi juga memperoleh informasi dari sejumlah tetangga Fauziah bahwa bocah tersebut dikurung dengan alasan lasak dan membuat sang ibu tidak sanggup untuk menjaganya.
Akibatnya, sang anak mengalami keterbatasan dan tunawicara.
“Lumpuhnya Fauziah belum sampai satu tahun, namun anaknya yang dikurung itu setahu kami sudah sejak ia berada di rumahnya saat ini,” jelas Atik Kaur Kesra, Gampong Panggong didamping sejumlah warga lainnya di rumah Sekdes.
Sebelum Fauziah mengalami kelumpuhan, warga sekitar juga telah menyarankan kepada Fauziah agar anaknya tidak dikurung, namun saran itu tidak pernah digubris.
Fazzilul Rahman juga tidak pernah dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan kesehatan. (*)