Pendidikan dari sekolah dasar hingga menengah atas digratiskan segala biaya, bahkan pemerintah pun menanggung biaya makan siang dan susu peserta didik (murid/pelajar/siswa).
Catatan Perjalanan Nurmahni Harahap SPd MPd dari Korea Selatan, Guru MTsN 1 Banda Aceh serta Alumnus Study Visit Penghargaan dan Afirmasi Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi ke Luar Negeri
KOREA Selatan (Korsel) merupakan salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.
Pendidikan di Korea Selatan mampu menggeser peringkat Finlandia.
Selain itu juga dinobatkan sebagai negara dengan jam pelajaran sekolah terlama di dunia, yaitu sekitar 50 jam per minggu.
Durasi belajar siswa di sekolah yang panjang ini digunakan untuk menanamkan kedisiplinan serta kebiasaan-kebiasaan baik dan khas.
Antara lain menghormati guru dan makan menu makanan yang sama serta menyehatkan di sekolah.
• Cara Gampang Usir Bau Badan, Gunakan 4 Deodoran Alami Ini untuk Atasi Masalah Ketiakmu!
• Kisah Kakek Samirin, Divonis 2 Bulan Karena Pungut Getah Karet Seharga Rp 17 Ribu, Kini Bebas
• Pedagang Peunayong Direlokasi ke Lampulo, Mulai Maret 2020
Pendidikan adalah prioritas utama di Korsel karena negara ini tidak memiliki sumber daya alam.
Selain itu, sumber daya manusia juga terbatas populasinya.
Oleh karena itu, Pemerintah Korsel memberikan anggaran pendapatan negaranya terbesar untuk bidang pendidikan.
Pendidikan dari sekolah dasar hingga menengah atas digratiskan segala biaya, bahkan pemerintah pun menanggung biaya makan siang dan susu peserta didik (murid/pelajar/siswa).
Secara umum tujuan pendidikan di Korsel agar setiap warga negara tersebut mendapat pendidikan yang setara.
Setiap warga negara Korsel wajib mengikuti pendidikan yang telah dipersiapkan oleh pemerintah.
Pemerintah membebaskan semua biaya pendidikan dari jenjang pendidikan dasar (SD) sampai pendidikan tinggi (SMA).
Adapun pola jenjang pendidikan di Korsel adalah 633.
Maksudnya warga negara wajib mengikuti pendidikan enam tahun pendidikan dasar (setingkat SD).
Kemudian tiga tahun pendidikan menengah (setingkat SMP) dan tiga tahun pendidikan tinggi (SMA).
Ada 15 dinas pendidikan lokal di Seoul dan setiap kantor dinas pendidikan membawahi 2-3 area wilayah.
Dinas-dinas ini akan mengontrol sekolah SD, SMP, SMA di Seoul.
Berdasarkan hal tersebut, Korea Selatan menjadi salah satu negara dengan angka melek huruf tertinggi di dunia.
Pendidikan di Korsel merupakan salah satu hal yang sangat penting yang sangat dipedulikan oleh pemerintah.
Pendidikan sesuai bakat
• Sama-sama Terpidana Korupsi, Ini Perbandingan Vonis Romahurmuziy hingga Setnov, Siapa Terberat?
Pemerataan pendidikan diberikan kepada seluruh siswa dengan tujuan untuk kenyamanan atau kebahagiaan berdasarkan bakat dan minat siswa.
Jadi siswa tidak ada tekanan dalam pembelajaran untuk berprestasi.
Dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Korsel, mereka menerapkan beberapa indikator keberhasilan siswa.
Antara lain pembelajaran di kelas penuh dengan suasana tanya jawab, suasana sekolah yang menyenangkan dan pendidikan dengan menerapkan budaya kearifan lokal.
Jadi antara guru dan siswa harus mampu saling bekerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan.
Dengan demikian ilmu yang didapat oleh siswa tersebut dapat diaplikasikan dalam dunia nyata.
Misalnya siswa mampu menjelaskan atau sharing informasi suatu ilmu yang telah didapatkannya kepada orang lain.
Oleh karena itu tidak penting bagi seorang siswa mendapatkan nilai tinggi.
Setelah siswa tamat SMA, maka setiap mereka berlomba-lomba untuk masuk ke universitas ternama menurut bakat dan minat diinginkan.
Salah satunya adalah Seoul National University (SNU).
Guru profesi elite
Di korea, profesi yang paling mulia adalah seorang guru.
Jadi untuk calon mahasiswa guru mengikuti seleksi yang sangat ketat dan sulit.
Hanya siswa tertentulah yang lulus di fakultas keguruan.
Hal ini dilakukan karena kualitas pendidikan suatu negara sangat dipengaruhi oleh kualitas guru yang berkualitas.
Guru adalah profesi yang elite di Korea Selatan.
Pemerintah memberi perhatian tinggi kepada guru, mulai pendidikan hingga kesejahteraannya.
Universitas Keguruan melakukan seleksi ketat terhadap calon mahasiswa ilmu keguruan.
Begitu pula warga negara yang ingin menjadi guru, maka harus melalui seleksi yang ketat, termasuk untuk praktik mengajar (micro teaching).
Zonasi tempat tinggal dan keutuhan guru daerah setempat juga menjadi bagian pertimbangan penerimaan guru.
Semua berlaku pada semua jenjang pendidikan, bahkan banyak guru-guru SD adalah lulusan S2 dan S3.
Guru diberi kesejahteraan yang sangat tinggi, sekitar KRW 100 juta per tahun (sekitar Rp 1,3 miliar per tahun).
Dengan demikian guru adalah profesi bergengsi di Negeri Ginseng ini.
Profesi guru banyak diminati, sehingga proses seleksi penerimaan guru pun super selektif.
Untuk menjadi guru di Korea Selatan, harus melewati tujuh kali ujian seleksi, itu pun disesuaikan dengan kuota zonasinya.
Jadi sekali pun lulus ujian, tetapi jika di lingkungan ia tinggal jumlah guru sudah mencukupi, maka ia tidak bisa diangkat menjadi guru di daerah tersebut.
Untuk meningkatkan profesionalitas dan kompetensi pendidik, maka guru dinilai oleh kepala sekolah, peserta didik, bahkan oleh orang tua/wali murid.
Demikian pula kepala sekolah juga dinilai oleh mereka, kemudidan diberi grade.
Penilaian kebijakan sekolah yang dijalankan bukan menjadi kewenangan dinas pendidikan.
Tetapi orang tua, lembaga pemerhati pendidikan, termasuk peserta didik yang memberikan penilaian terhadap kebijakan sekolah tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa profesi guru sangat dijunjung tinggi dan dihormati di negara dimaksud.
Oleh karena itu guru harus menanamkan kedisiplinan serta kebiasaan-kebiasaan baik lainnya.
Selain itu, guru harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif serta mampu mengenal secara mendalam bakat dan minat siswa.
Agar siswa tidak ada masalah dan tekanan dalam pembelajaran menuju prestasi gemilang yang mampu mengharumkan nama bangsa. (*)