Saat penyitaan berlangsung, sempat ada penolakan dari pihak kampus dan berusaha menjelaskan bahwa alat dimaksud hanyalah inovasi mahasiswa dan tidak akan disalahgunakan dan untuk kepentingan pendidikan.
Tetapi petugas yang menyita tetap mengambil alat tersebut.
Informasi ini kemudian berhembus cepat di kalangan aktivis mahasiswa UIN Ar-Raniry.
Sejumlah aktivis mahasiswa, Kamis (12/3/2020) mendatangi ruang Wakil Rektor (Warek) III Bidang Mahasiswa, Dr Saifullah SAg MAg meminta agar kampus bersikap.
Turut mendampingi Warek, Budi Azhari MPd, mewakili unsur pimpinan Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) di UIN AR-Raniry.
Dalam pertemuan itu, mahasiswa meminta agar Islamic Jammer dikembalikan.
Mereka sangat menyesalkan pengambil alat karena itu sama artinya dengan membunuh inovasi mahasiswa.
Terlebih penyitaan dilakukan di laboratorium kampus.
"Masa inovasi itu menganggu, disitanya di lab kampus lagi," kata seorang mahasiswa.
Menyangkut hal ini, Budi Azhari yang dihubungi Serambi juga membenarkan penyitaan alat tersebut.
Ia pun meminta kepada mahasiswa agar bersabar dan tidak bertindak gegabah.
“Kita telah mendengarkan persoalan yang terjadi.
Apalagi Bapak Warek III sudah berjanji akan melakukan komunikasi dan pendekatan melalui tim Wadek I dan III Falultas Tarbiyah yang ditunjuk untuk mengembalikan inovasi mahasiswa tadi,” ujar Budi.
Budi mengatakan, setiap inovasi harusnya mendapat penghargaan dari pemerintah, bukan malah membunuh kreativitas mahasiswa.
"Kita menawarkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk pengembangan dan inovasi, termasuk Balai Monitor Spektrum untuk dapat bersama-sama mendukung inovasi anak negeri,” kata mantan aktivis mahasiswa ini lagi.